PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO-“Ini (sapi, red) bergejala, hidung dan mulutnya basah dan berliur,” ucap drh Septi Iriani usai membuka lebar mulut sapi di kandang milik salah satu pedagang di Kelurahan Bukit Tunggal. Dokter itu pun geleng-geleng kepala. Tak hanya satu ekor. Beberapa sapi juga mengalami gejala yang sama. Ada lebih 30 ekor sapi yang dicek secara kasat mata bergejala penyakit mulut dan kuku (PMK).
Beruntung masih terbilang ringan. Artinya bisa diobati. Sapi-sapi itu memang masih tampak bugar. Nafsu makannya tidak hilang. Setumpuk rumput segar yang disiapkan sekejap habis dilahap. Begitu juga minuman. Empunya sapi memberikan air gula merah yang diyakini dapat membantu menjaga energi dan imun sapi. Atas kondisi tersebut, pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Palangka Raya memutuskan menunda pemasangan label (neck tag) sehat pada sapi-sapi itu.
Kondisi ternak akan ditinjau kembali dua hari kemudian. Sedangkan 54 ekor kambing yang ada di kandang berbeda, dinyatakan sehat. Sementara itu, di kandang sapi yang berlokasi di Kelurahan Kalampangan, petugas kesehatan hewan yang dipimpin Kepala Puskeswan Kota Palangka Raya drh Eko Hari Yuwono memeriksa kondisi 200 ekor sapi. Sapi sehat langsung diberi label (nec tag) sehat dan layak dijual.
Kemarin (6/7), petugas DPKP Kota Palangka Raya dikomandoi Kepala Bidang Kesmavet Sumardi juga meninjau kandang ternak di lokasi lain. Lima tim kesehatan hewan dikerahkan. Satu tim disertai satu dokter hewan bertugas meninjau satu tempat. Ada satu tim yang didampingi polisi dari Ditsamapta Polda Kalteng, yakni tim yang meninjau lokasi peternakan di Kalampangan. Pemeriksaan dilakukan 6-8 Juli di seluruh kandang milik peternak atau penjual hewan kurban yang ada di Kota Cantik. Ada 18 lokasi yang menjadi target petugas.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa hewan ternak yang dijual untuk kurban dalam kondisi sehat dan aman untuk dikonsumsi,” ujar drh Eko Hari Yuwono.
Terkait kondisi PMK di Palangka Raya, lanjut Eko, sejauh ini masih berstatus daerah tertular wabah PMK. Namun jumlah kasus berangsur menurun. Dari total 113 kasus ternak sapi yang memiliki gejala klinis terjangkit PMK, saat ini tersisa 64 kasus. Eko menegaskan, petugas kesehatan hewan dari DPKP telah melakukan sejumlah tindakan untuk menekan potensi meluasnya wabah PMK. Langkah yang diambil berupa pengawasan dan isolasi terhadap ternak yang terjangkit PMK, serta pemberian obat-obatan dan vitamin.
Tim kesehatan hewan yang menemukan adanya ternak sapi kurban yang dijual dalam kondisi sakit, pihaknya akan melakukan pemeriksaan ulang terhadap ternak sapi tersebut untuk memastikan penyebab pasti dari kondisi klinis sapi tersebut.
“Sebagian kasus sapi yang bergejala klinis PMK itu berhasil disembuhkan,” ujarnya sembari menambahkan bahwa sapi yang sembuh boleh dijadikan hewan kurban.
Dikatakan Eko, ternak sapi yang pernah dinyatakan positif PMK tapi kemudian sembuh, sebaiknya segera dijadikan sapi potong atau ternak kurban. “(Dengan memotong sapi, red) itu supaya secepatnya memutus siklus wabah PMK. Jangan sampai menjadikan sebagai ternak bibit, lalu dijual ke masyarakat,” tegas Eko. Selain itu, untuk memastikan kondisi hewan sapi ini layak dijadikan sebagai ternak kurban, pihaknya akan berpegang pada Surat Edaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kriteria hewan kurban.
“Kalau kriteria masih masuk diperbolehkan untuk kurban sesuai SE MUI,maka harus dipotong dengan syarat jeroan, mulut kepala dan kaki direbus dalam air mendidih sebelum dibagikan ke masyarakat penerima,” terang Eko lagi.
Terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng Riza Rahmadi menyebut bahwa saat ini masih terdapat kasus aktif PMK. Rinciannya, di Kabupaten Kotawaringin Barat 13 ekor kasus, Kotawaringin Timur 11 kasus, dan Palangka Raya 64 kasus. Karena itu pihaknya mengimbau agar pemotongan hewan kurban saat Iduladha nanti dilakukan di rumah potong hewan (RPH).
“Kami imbau kepada pengurus masjid atau rumah-rumah ibadah yang ada di Kalteng ini supaya melakukan penyembelihan hewan kurban di RPH,” katanya Riza saat diwawancarai di ruang kerjanya. (abw/sja/ce/ram/hnd/kpg)