PALANGKA RAYA,
KALTENGPOS.CO- Ramintje
tetap menganyam, meski pandemi Covid-19 belum
bisa diredam. Demi mencegah penularan, ia membatasi bertatap muka langsung dengan pelanggan. Pemasaran produk melalui
media sosial pun digencarkan.
Ketika banyak perajin dan
pelaku usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM)
di Kota Palangka Raya terpaksa menutup usaha karena
terdampak
pandemi, Rumintje justru
tetap eksis. Umur bukanlah penghalang
bagi wanita paruh baya itu untuk tetap produktif. Bahkan pandemi Covid-19 tak menurunkan semangatnya untuk tetap mengayam rotan dan menghasilkan karya
bernilai dan berkelas.
Kedua tangannya
masih tetap lincah. Namanya makin dikenal sebagai perajin anyaman rotan dan purun di Kota Palangka
Raya. Jika ada warga yang ingin membeli atau memesan kerajinan
tangan anyaman rotan khas Dayak, pastilah nama
Ramintje yang terbayang.
Ramintje bersama Kelompok Pahari mampu membuktikan
bahwa produk kerajinan tangan anyaman rotan dan purun yang digeluti
selama dua dekade ini masih mampu bertahan saat kondisi ekonomi sedang
sulit seperti sekarang ini. Rumahnya yang berada
di Jalan
Surung IA Nomor 48, Kelurahan Sabaru, Kecamatan
Sebangau, Kota Palangka Raya tetap dipenuhi setumpuk rotan yang
siap dijadikan home made bernilai tinggi.
Saat ditemui
di kediaman yang
juga merupakan tempat usaha miliknya, Ramintje sedang sibuk mengayam rotan untuk dijadikan sebuah tas pesanan salah satu pelanggannya. Tampak pada
sebuah lemari besar tersusun rapi tas wanita dengan berbagai
motif dan warna.
Produk
yang dijualnya terdiri
dari berbagai jenis. Tas perempuan, tas selempang lakiโlaki,
lawungsumping,
dompet, tikar, bahkan masker dan gantungan kunci. Anyamannya begitu klasik, tapi berkelas. Ringan, tapi kokoh. Karya tangannya
sungguh tak mengecewakan pelanggan.
รขโฌลAda orang yang minta
dibuatkan tas dari rotan ini,รขโฌย ucap Ramintje sembari
merapikan pekerjaannya dan mempersilakan penulis masuk,
Sabtu ( 31/10).
Perempuan
yang sudah lebih 20 tahun membuka usaha di Palangka Raya ini bercerita panjang
lebar. Kelompok
usaha anyaman rotan khas Dayak Kalteng yang ada di
tempatnya,
hampir saban hari mendapat pesanan pembuatan berbagai jenis dan motif kerajinan.
Pemesannya tak hanya warga Kota Palangka
Raya, melainkan juga
dari kabupaten- kabupaten di Kalteng serta provinsi lainnya. รขโฌลUntuk
penjualan berbagai produk anyaman rotan di tempat kami tidak ada hambatan. Kami harus
tetap eksis meski di tengah pandemi,รขโฌย tegas
pensiunan guru sekolah dasar (SD) ini.
Pandemi
Covid-19 memang menjadi
pukulan keras bagi sektor perekonomian.
Tak terkecuali bisnis yang dijalani Ramintje.
Meski
demikian, dirinya tetap menganyam.
Sebelum pandemi Covidโ19,
pelanggan lebih memilih datang langsung ke tempat usahanya. Tawarโmenawar
sudah biasa. Produk yang dihasilkan per bulan tergantung pada
pesanan. Tidak ada jumlah khusus produk yang harus diselesaikan.
Pengerjaan
satu tas bermotif perlu waktu tiga hingga empat hari. Untuk tas tanpa motif hanya perlu satu atau dua hari pembuatan. Sementara
pembuatan masker atau topi, satu anggota Kelompok
Pahari bisa membuat 10 produk.
รขโฌลDulu (sebelum
pandemi, red)
dalam dua atau tiga hari
pasti ada
orang dari Jakarta atau luar kota yang datang.
Bahkan ada
yang dari luar negeri datang ke tempat ini untuk membeli atau memesan
langsung,รขโฌย tutur perempuan kelahiran
1944 ini.
Namun setelah hadirnya pandemi
Covidโ19, pelanggan lebih memilih memesan secara daring melalui media sosial maupun WhatsApp.
รขโฌลSekarang
ini pesan barang seperti tas lewat WhatsApp
ponsel anak
saya. Sekaligus mereka mengirim gambar contoh dari barang
yang dipesan,รขโฌย terang perempuan yang mengaku kelahiran Desa Mangkatip, Kabupaten Barito Selatan.
Ramintje juga mengatakan,
salah satu faktor yang membuat produk kerajinan anyaman rotan miliknya tetap
eksis saat ini adalah karena harga jual yang terjangkau dibandingkan produk
serupa di tempat lain. Untuk menjaga kualitas produk, ia terus memantau aspek
kerapiannya. Bahkan tak jarang ia
harus menganyamnya sendiri. Perajin anyaman rotan
dari Kelompok Pahari yang dipimpinnya sudah sangat ahli dalam urusan menganyam
rotan.
รขโฌลMereka itu saudara-saudara
saya yang sudah lama bekerja sebagai petani rotan dan juga perajin rotan,รขโฌย beber
perempuan yang sering diundang sebagai instruktur pelatihan kerajinan rotan.
Harga produk
yang ditawarkan
bervariasi. Untuk gantungan kunci dan masker mulai Rp10 ribuโRp50 ribu. Untuk produk
tas, varian harga termahal
mulai dari
Rp750 ribu hingga Rp1 juta.
รขโฌลMemang yang paling banyak dicari dan dipesan
orang adalah tas,รขโฌย sebut Ramintje sambil
menunjuk ke deretan tas anyaman rotan yang terpajang di lemari.
Hal lain yang membuat produk anyaman rotan
Ramintje,
khususnya tas, tetap laku dijual dan diminati
konsumen, yakni
karena model dan motifnya yang beraneka
ragam. Selain itu, peminat bisa memesan
model tas atau tikar sesuai yang diinginkan.
รขโฌลAsal ada model contohnya atau gambarnya,
saya
usahakan untuk dibuatkan. Kalau
memang sesuai,
barulah bayar. Jika tidak jadi, juga tidak apa apa,รขโฌย ucap Ramintje.
Ia bersyukur karena sejauh ini belum pernah menerima
komplain dari pelanggan terkait produk
yang dijualnya.
รขโฌลBahkan
banyak yang datang memesan lagi, minta dibuatkan tas dengan model lain,รขโฌย
terang Ramintje yang mengaku sudah belajar menganyam rotan dari ibunya
sejak berusia lima tahun.
Dari usaha ini, Ramintje mengaku bisa
memperoleh pendapatan rata-rata sekitar
Rp10-15 juta per bulan. Bahkan jumlah pendapatan tersebut bisa lebih banyak
lagi didapatnya bila mendapat orderan khusus dalam jumlah yang banyak.
Ramintje juga menyatakan keprihatinannya masa
depan kerajinan rotan di Kalteng.
Sebab saat
ini hanya ada sedikit anak muda yang mau menggeluti kerajinan rotan. Sementara
Kelompok Pahari yang kini tersisa 12 anggota,
rata-rata berusia 50-60
tahun.
รขโฌลSekarang ini kebanyakan
yang bekerja sebagai perajin rotan adalah orang yang tua-tua seperti
saya ini. Sedikit sekali anak muda, terutama orang Dayak, yang
mau meneruskan pekerjaan ini,รขโฌย ucap Ramintje.
Akhir
Agustus lalu, Ramintje mendapat kesempatan untuk membimbing generasi muda melalui
program pelatihan yang diinisiasi Pemko Palangka Raya dalam rangka menggerakkan perekonomian. Perempuan yang dikaruniai enam orang anak dan delapan orang cucu itu merasa sangat senang bisa
membantu warga yang terdampak Covid-19 melalui kerajinan rotan.