30.7 C
Jakarta
Friday, May 2, 2025

Perajin Rotan Tetap Produktif di Tengah Pandemi, Begini Cara Memasarka

PALANGKA RAYA,
KALTENGPOS.CO-
Ramintje
tetap menganyam
, meski pandemi Covid-19 belum
bisa diredam. Demi mencegah penularan, ia membatasi bertatap muka langsung dengan pelanggan. Pemasaran produk melalui
media sosial
pun digencarkan.

Ketika banyak perajin dan
pelaku usaha
mikro kecil dan menengah
(U
MKM)
di Kota Palangka Raya terpaksa menutup usaha
karena
terdampak
pandemi, Rumintje justru
tetap eksis. Umur bukanlah penghalang
bagi
wanita paruh baya itu untuk tetap produktif. Bahkan pandemi Covid-19 tak menurunkan semangatnya untuk tetap mengayam rotan dan menghasilkan karya
bernilai dan berkelas.

Kedua tangannya
masih tetap lincah. Namanya makin dikenal sebagai perajin anyaman rotan dan purun di Kota Palangka
Raya.
Jika ada warga yang ingin membeli atau memesan kerajinan
tangan anyaman rotan khas Dayak,
pastilah nama
Ramintje
yang terbayang.

Ramintje bersama Kelompok Pahari mampu membuktikan
bahwa produk kerajinan tangan anyaman rotan dan purun yang di
geluti
selama dua dekade ini masih mampu bertahan saat kondisi ekonomi sedang
sulit seperti sekarang ini.
Rumahnya yang berada
di
Jalan
Surung
IA Nomor 48, Kelurahan Sabaru, Kecamatan
Sebangau, Kota Palangka
Raya tetap dipenuhi setumpuk rotan yang
siap dijadikan home made
bernilai tinggi.

Saat ditemui
di kediaman yang

juga merupakan tempat usaha
miliknya, Ramintje sedang sibuk mengayam rotan untuk dijadikan sebuah tas pesanan salah satu pelanggannya. Tampak pada
sebuah
lemari besar tersusun rapi tas wanita dengan berbagai
motif dan warna.

Produk
yang dijualnya
terdiri
dari
berbagai jenis. Tas perempuan, tas selempang lakiโ€“laki,
lawungsumping,
dompet,
tikar, bahkan masker dan gantungan kunci. Anyamannya begitu klasik, tapi berkelas. Ringan, tapi kokoh. Karya tangannya
sungguh
tak mengecewakan pelanggan.

รขโ‚ฌล“Ada orang yang minta
dibuatkan tas dari rotan ini
,รขโ‚ฌย ucap Ramintje sembari
merapikan pekerjaannya
dan mempersilakan penulis masuk,
Sabtu ( 31/10).

Perempuan
yang sudah lebih 20 tahun membuka usaha di Palangka Raya ini bercerita panjang
lebar. K
elompok
usaha anyaman rotan khas Dayak Kalteng yang ada di

tempatnya,
hampir s
aban hari mendapat pesanan pembuatan berbagai jenis dan motif kerajinan.
Pemesannya tak hanya warga Kota Palangka
Raya, melainkan juga
dari kabupaten- kabupaten di Kalteng serta provinsi lainnya. รขโ‚ฌล“Untuk
penjualan berbagai produk
anyaman rotan di tempat kami tidak ada hambatan. Kami harus
tetap
eksis meski di tengah pandemi,รขโ‚ฌย tegas
pensiunan guru sekolah dasar
(SD) ini.

Baca Juga :  Kabar Duka, Direktur RS Murjani Sampit Meninggal setelah Positif Covid

Pandemi
Covid-19 memang
menjadi
p
ukulan keras bagi sektor perekonomian.
Tak terkecuali bisnis yang dijalani
Ramintje.
Meski
demikian,
dirinya tetap menganyam.

Sebelum pandemi Covidโ€“19,
pelanggan lebih memilih
datang langsung ke tempat usahanya. Tawarโ€“menawar
sudah biasa. P
roduk yang dihasilkan per bulan tergantung pada
pesanan. Tidak ada jumlah khusus produk yang harus diselesaikan.

Pengerjaan
satu tas bermotif perlu waktu tiga hingga empat hari.
Untuk tas tanpa motif hanya perlu satu atau dua hari pembuatan. Sementara
pembuatan masker atau topi, satu anggota Kelompok
Pahari bisa membuat 10 produk.

รขโ‚ฌล“Dulu (sebelum
pandemi, red)

dalam dua atau tiga hari
pasti ada
orang dari Jakarta
atau luar kota yang datang.
Bahkan ada
yang dari luar negeri datang ke
tempat ini untuk membeli atau memesan
langsung
,รขโ‚ฌย tutur perempuan kelahiran
1944 ini.

Namun setelah hadirnya pandemi
Covidโ€“19, pelanggan lebih memilih memesan secara daring melalui media sosial maupun WhatsApp.
รขโ‚ฌล“Sekarang
ini pesan barang seperti
tas lewat WhatsApp
ponsel anak
saya. Sekaligus mereka mengirim gambar contoh dari  barang 
yang dipesan
,รขโ‚ฌย terang perempuan yang mengaku kelahiran Desa Mangkatip, Kabupaten Barito Selatan.

Ramintje juga mengatakan,
salah satu faktor yang membuat produk kerajinan anyaman rotan miliknya tetap
eksis saat ini adalah karena harga jual yang terjangkau dibandingkan produk
serupa di tempat lain.
Untuk menjaga kualitas produk, ia terus memantau aspek
kerapiannya. Bahkan tak jarang ia
harus
menganyamnya sendiri. Perajin anyaman rotan
dari Kelompok Pahari yang dipimpinnya sudah sangat ahli dalam urusan
menganyam
rotan.

รขโ‚ฌล“Mereka itu saudara-saudara
saya yang sudah lama bekerja sebagai petani rotan dan juga perajin rotan
,รขโ‚ฌย beber
perempuan yang sering diundang sebagai instruktur pelatihan kerajinan rotan.

Baca Juga :  Waspada!!! ODP dan PDP Corona di Kalteng Bertambah

Harga produk
yang ditawarkan

bervariasi
. Untuk gantungan kunci dan masker mulai Rp10 ribuโ€“Rp50 ribu. Untuk produk
tas, varian harga termahal
mulai dari

Rp750 ribu hingga
Rp1 juta.

รขโ‚ฌล“Memang yang paling banyak dicari dan dipesan
orang adalah tas
,รขโ‚ฌย sebut Ramintje sambil
menunjuk ke deretan tas anyaman rotan yang terpajang di lemari.

Hal lain yang membuat produk anyaman rotan
Ramintje,
khususnya tas,
tetap laku dijual dan diminati
konsumen, yakni
karena model dan motifnya yang beraneka
ragam. Selain itu
, peminat bisa memesan
model tas atau tikar sesuai yang diinginkan.

รขโ‚ฌล“Asal ada model contohnya atau gambarnya,
saya
usahakan untuk dibuatkan
. Kalau
memang sesuai,
barulah bayar.
Jika tidak jadi, juga tidak apa apa,รขโ‚ฌย ucap Ramintje.

Ia bersyukur karena sejauh ini belum pernah menerima
komplain
dari pelanggan terkait produk
yang dijualnya
.
รขโ‚ฌล“Bahkan
banyak yang datang memesan lagi, minta dibuatkan tas dengan
model lain,รขโ‚ฌย
terang Ramintje yang mengaku sudah belajar menganyam rotan
dari ibunya
sejak berusia lima tahun.

Dari usaha ini, Ramintje mengaku bisa
memperoleh pendapatan rata-rata sekitar 
Rp10-15 juta per
bulan. Bahkan jumlah pendapatan tersebut bisa lebih banyak
lagi didapatnya bila mendapat orderan khusus dalam jumlah yang banyak.

Ramintje juga menyatakan keprihatinannya masa
depan kerajinan rotan di Kal
teng.
Sebab saat
ini hanya ada sedikit anak muda yang mau menggeluti kerajinan rotan
. Sementara
K
elompok Pahari yang kini tersisa 12 anggota,
rata-rata
berusia 50-60
tahun.

รขโ‚ฌล“Sekarang ini kebanyakan
yang bekerja sebagai perajin rotan adalah orang yang tua
-tua seperti
saya ini
. Sedikit sekali anak muda, terutama orang Dayak, yang
mau meneruskan pekerjaan ini
,รขโ‚ฌย ucap Ramintje.

Akhir
Agustus lalu, Ramintje mendapat kesempatan untuk membimbing generasi muda melalui
program pelatihan yang diinisiasi Pemko Palangka Raya dalam
rangka menggerakkan perekonomian. Perempuan yang dikaruniai enam orang anak dan delapan orang cucu itu merasa sangat senang bisa
membantu warga yang terdampak Covid-19 melalui kerajinan rotan.

PALANGKA RAYA,
KALTENGPOS.CO-
Ramintje
tetap menganyam
, meski pandemi Covid-19 belum
bisa diredam. Demi mencegah penularan, ia membatasi bertatap muka langsung dengan pelanggan. Pemasaran produk melalui
media sosial
pun digencarkan.

Ketika banyak perajin dan
pelaku usaha
mikro kecil dan menengah
(U
MKM)
di Kota Palangka Raya terpaksa menutup usaha
karena
terdampak
pandemi, Rumintje justru
tetap eksis. Umur bukanlah penghalang
bagi
wanita paruh baya itu untuk tetap produktif. Bahkan pandemi Covid-19 tak menurunkan semangatnya untuk tetap mengayam rotan dan menghasilkan karya
bernilai dan berkelas.

Kedua tangannya
masih tetap lincah. Namanya makin dikenal sebagai perajin anyaman rotan dan purun di Kota Palangka
Raya.
Jika ada warga yang ingin membeli atau memesan kerajinan
tangan anyaman rotan khas Dayak,
pastilah nama
Ramintje
yang terbayang.

Ramintje bersama Kelompok Pahari mampu membuktikan
bahwa produk kerajinan tangan anyaman rotan dan purun yang di
geluti
selama dua dekade ini masih mampu bertahan saat kondisi ekonomi sedang
sulit seperti sekarang ini.
Rumahnya yang berada
di
Jalan
Surung
IA Nomor 48, Kelurahan Sabaru, Kecamatan
Sebangau, Kota Palangka
Raya tetap dipenuhi setumpuk rotan yang
siap dijadikan home made
bernilai tinggi.

Saat ditemui
di kediaman yang

juga merupakan tempat usaha
miliknya, Ramintje sedang sibuk mengayam rotan untuk dijadikan sebuah tas pesanan salah satu pelanggannya. Tampak pada
sebuah
lemari besar tersusun rapi tas wanita dengan berbagai
motif dan warna.

Produk
yang dijualnya
terdiri
dari
berbagai jenis. Tas perempuan, tas selempang lakiโ€“laki,
lawungsumping,
dompet,
tikar, bahkan masker dan gantungan kunci. Anyamannya begitu klasik, tapi berkelas. Ringan, tapi kokoh. Karya tangannya
sungguh
tak mengecewakan pelanggan.

รขโ‚ฌล“Ada orang yang minta
dibuatkan tas dari rotan ini
,รขโ‚ฌย ucap Ramintje sembari
merapikan pekerjaannya
dan mempersilakan penulis masuk,
Sabtu ( 31/10).

Perempuan
yang sudah lebih 20 tahun membuka usaha di Palangka Raya ini bercerita panjang
lebar. K
elompok
usaha anyaman rotan khas Dayak Kalteng yang ada di

tempatnya,
hampir s
aban hari mendapat pesanan pembuatan berbagai jenis dan motif kerajinan.
Pemesannya tak hanya warga Kota Palangka
Raya, melainkan juga
dari kabupaten- kabupaten di Kalteng serta provinsi lainnya. รขโ‚ฌล“Untuk
penjualan berbagai produk
anyaman rotan di tempat kami tidak ada hambatan. Kami harus
tetap
eksis meski di tengah pandemi,รขโ‚ฌย tegas
pensiunan guru sekolah dasar
(SD) ini.

Baca Juga :  Kabar Duka, Direktur RS Murjani Sampit Meninggal setelah Positif Covid

Pandemi
Covid-19 memang
menjadi
p
ukulan keras bagi sektor perekonomian.
Tak terkecuali bisnis yang dijalani
Ramintje.
Meski
demikian,
dirinya tetap menganyam.

Sebelum pandemi Covidโ€“19,
pelanggan lebih memilih
datang langsung ke tempat usahanya. Tawarโ€“menawar
sudah biasa. P
roduk yang dihasilkan per bulan tergantung pada
pesanan. Tidak ada jumlah khusus produk yang harus diselesaikan.

Pengerjaan
satu tas bermotif perlu waktu tiga hingga empat hari.
Untuk tas tanpa motif hanya perlu satu atau dua hari pembuatan. Sementara
pembuatan masker atau topi, satu anggota Kelompok
Pahari bisa membuat 10 produk.

รขโ‚ฌล“Dulu (sebelum
pandemi, red)

dalam dua atau tiga hari
pasti ada
orang dari Jakarta
atau luar kota yang datang.
Bahkan ada
yang dari luar negeri datang ke
tempat ini untuk membeli atau memesan
langsung
,รขโ‚ฌย tutur perempuan kelahiran
1944 ini.

Namun setelah hadirnya pandemi
Covidโ€“19, pelanggan lebih memilih memesan secara daring melalui media sosial maupun WhatsApp.
รขโ‚ฌล“Sekarang
ini pesan barang seperti
tas lewat WhatsApp
ponsel anak
saya. Sekaligus mereka mengirim gambar contoh dari  barang 
yang dipesan
,รขโ‚ฌย terang perempuan yang mengaku kelahiran Desa Mangkatip, Kabupaten Barito Selatan.

Ramintje juga mengatakan,
salah satu faktor yang membuat produk kerajinan anyaman rotan miliknya tetap
eksis saat ini adalah karena harga jual yang terjangkau dibandingkan produk
serupa di tempat lain.
Untuk menjaga kualitas produk, ia terus memantau aspek
kerapiannya. Bahkan tak jarang ia
harus
menganyamnya sendiri. Perajin anyaman rotan
dari Kelompok Pahari yang dipimpinnya sudah sangat ahli dalam urusan
menganyam
rotan.

รขโ‚ฌล“Mereka itu saudara-saudara
saya yang sudah lama bekerja sebagai petani rotan dan juga perajin rotan
,รขโ‚ฌย beber
perempuan yang sering diundang sebagai instruktur pelatihan kerajinan rotan.

Baca Juga :  Waspada!!! ODP dan PDP Corona di Kalteng Bertambah

Harga produk
yang ditawarkan

bervariasi
. Untuk gantungan kunci dan masker mulai Rp10 ribuโ€“Rp50 ribu. Untuk produk
tas, varian harga termahal
mulai dari

Rp750 ribu hingga
Rp1 juta.

รขโ‚ฌล“Memang yang paling banyak dicari dan dipesan
orang adalah tas
,รขโ‚ฌย sebut Ramintje sambil
menunjuk ke deretan tas anyaman rotan yang terpajang di lemari.

Hal lain yang membuat produk anyaman rotan
Ramintje,
khususnya tas,
tetap laku dijual dan diminati
konsumen, yakni
karena model dan motifnya yang beraneka
ragam. Selain itu
, peminat bisa memesan
model tas atau tikar sesuai yang diinginkan.

รขโ‚ฌล“Asal ada model contohnya atau gambarnya,
saya
usahakan untuk dibuatkan
. Kalau
memang sesuai,
barulah bayar.
Jika tidak jadi, juga tidak apa apa,รขโ‚ฌย ucap Ramintje.

Ia bersyukur karena sejauh ini belum pernah menerima
komplain
dari pelanggan terkait produk
yang dijualnya
.
รขโ‚ฌล“Bahkan
banyak yang datang memesan lagi, minta dibuatkan tas dengan
model lain,รขโ‚ฌย
terang Ramintje yang mengaku sudah belajar menganyam rotan
dari ibunya
sejak berusia lima tahun.

Dari usaha ini, Ramintje mengaku bisa
memperoleh pendapatan rata-rata sekitar 
Rp10-15 juta per
bulan. Bahkan jumlah pendapatan tersebut bisa lebih banyak
lagi didapatnya bila mendapat orderan khusus dalam jumlah yang banyak.

Ramintje juga menyatakan keprihatinannya masa
depan kerajinan rotan di Kal
teng.
Sebab saat
ini hanya ada sedikit anak muda yang mau menggeluti kerajinan rotan
. Sementara
K
elompok Pahari yang kini tersisa 12 anggota,
rata-rata
berusia 50-60
tahun.

รขโ‚ฌล“Sekarang ini kebanyakan
yang bekerja sebagai perajin rotan adalah orang yang tua
-tua seperti
saya ini
. Sedikit sekali anak muda, terutama orang Dayak, yang
mau meneruskan pekerjaan ini
,รขโ‚ฌย ucap Ramintje.

Akhir
Agustus lalu, Ramintje mendapat kesempatan untuk membimbing generasi muda melalui
program pelatihan yang diinisiasi Pemko Palangka Raya dalam
rangka menggerakkan perekonomian. Perempuan yang dikaruniai enam orang anak dan delapan orang cucu itu merasa sangat senang bisa
membantu warga yang terdampak Covid-19 melalui kerajinan rotan.

Terpopuler

Artikel Terbaru