29.9 C
Jakarta
Thursday, December 26, 2024

Makan Bergizi Gratis Rp 10 Ribu Per Porsi Dinilai Tak Cukup Atasi Stunting

PROKALTENG.CO-Tarik-ulur anggaran makan bergizi gratis (MBG) akhirnya mencapai final. Pemerintah menetapkan alokasi anggaran MBG sebesar Rp 10 ribu per porsi.

Keputusan itu disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada Jumat (29/11) lalu. Sejak dicanangkan, besaran anggaran MBG sangat dinamis. Semula, anggaran sempat dipatok Rp 15 ribu per porsi. Sempat muncul wacana penurunan anggaran menjadi Rp 7.500 per porsi.

Namun, pemerintah kala itu menepis angka tersebut. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan, angka Rp 10 ribu per porsi diambil dengan mempertimbangkan semua aspek. Yakni, ketersediaan anggaran dan kebutuhan gizi. Dari berbagai simulasi, angka Rp 10 ribu cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. ”Untuk ketercukupan 600–700 kalori per sajian, bisa dengan harga maksimal Rp 10 ribu,” ujar Hasan dalam keterangan tertulis kemarin (1/12).

Dia menyebut, simulasi telah dilakukan di sejumlah daerah. Antara lain, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. ”Sudah dilakukan uji coba hampir setahun ini,” jelasnya. Hasan menegaskan, anggaran untuk MBG tahun depan tetap sesuai rencana. Yakni, Rp 71 triliun.

Terpisah, Menko Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar mengungkapkan, anggaran MBG masih bisa berkembang. ”Memang tahap awal dan hanya tersedia (anggaran, Red) Rp 51–70 triliun,” ujar Muhaimin.

Dia menegaskan, keputusan menggunakan angka Rp 10 ribu sebagai indeks program MBG bukan proses trial. Hal itu harus dilakukan lantaran keterbatasan anggaran. Muhaimin menyebut, pemerintah akan berupaya mengumpulkan anggaran untuk program MBG agar bisa terus bertambah.

Baca Juga :  40 Desa Baru di Mura Jadi Lokus Stunting

Di sisi lain, Menteri Agama Nasaruddin Umar meninjau pelaksanaan simulasi program MBG di Pondok Pesantren Nahdlatul Ummat, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu (30/11). Menag melihat langsung proses simulasi pemberian makan siang gratis bagi sekitar 200 santri.

Menag mengatakan, MBG merupakan program Presiden Prabowo dan Wapres Gibran yang tidak membedakan jenis sekolah. Baik pesantren, madrasah, maupun sekolah umum. Semua akan mendapatkan hak setara.

”Tidak ada bedanya dengan sekolah umum, sama-sama menikmati hasil pembangunan yang dicanangkan Presiden Prabowo. Semua makan gratis,” ucap Menag.

Dia mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan binaan Kemenag juga siap menjalankan program tersebut.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Nurhadi menilai besaran yang ditetapkan pemerintah belum ideal. Dengan angka Rp 10 ribu per porsi, dia menduga tidak akan cukup untuk menangani masalah stunting dan kurang gizi pada anak-anak Indonesia. ”Jika program ini bertujuan mengurangi stunting, anggaran Rp 10 ribu bisa dianggap belum cukup,” ujarnya saat dihubungi kemarin.

Agar program berjalan efektif, dia berharap perlu ada penyesuaian. Dalam kalkulasinya, anggaran yang cukup untuk memenuhi angka gizi ideal adalah Rp 15–20 ribu per porsi. Jika tidak disesuaikan, dia khawatir pelaksanaannya tidak efektif. ”Risiko utama adalah program ini akan terlihat baik secara politis, tetapi kurang efektif secara substansi dalam menangani masalah gizi di masyarakat,” imbuhnya.

Selain penyesuaian anggaran, Nurhadi menilai pemerintah bisa mengatur implementasi yang detail. Mulai strategi pengadaan bahan pangan, efisiensi distribusi, hingga pengawasan kualitas makanan. Karena keterbatasan anggaran, dia menyarankan untuk fokus pada kelompok prioritas. Misalnya, anak-anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok miskin ekstrem. ”Agar dampaknya lebih terasa,” tegasnya.

Baca Juga :  Ruas Palangka-Bukit Rawi Kembali Bisa Dilalui

Sebaiknya Batasi Sasaran

Pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah mengatakan, penurunan indeks bantuan MBG itu problematis. Anggaran Rp 10 ribu per porsi sangat jauh dari mencukupi untuk bisa mencapai makan bergizi. Dia khawatir penurunan bujet itu berakibat pada tak tercapainya target kualitas. ”Akhirnya malah jadi program makan gratis, bukan makan bergizi gratis karena sulit memenuhi 4 sehat 5 sempurna,” ungkapnya.

Untuk menghindari hal tersebut, dia merekomendasikan agar target sasaran dibatasi terlebih dahulu. MBG hanya difokuskan untuk anak sekolah atau anak usia sekolah yang ada di rumah. Sementara itu, ibu rumah tangga yang tengah hamil atau menyusui bisa dijangkau dengan program keluarga harapan (PKH) dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang sudah berjalan. Dengan demikian, bujet MBG bisa ditingkatkan.

Meski begitu, dia tak memungkiri bujet Rp 10 ribu per porsi masih dimungkinkan untuk diterapkan di beberapa daerah. Misalnya, Jogjakarta ataupun Jawa Tengah. Ketersediaan bahan pangan yang memadai memungkinkan menu MBG diperoleh dengan harga miring. Apalagi jika proses memasak melibatkan ibu-ibu PKK. Tak perlu lagi membayar vendor mahal. ”Tapi, kalau diterapkan di Jakarta ya susah. Apalagi, bahan makanannya didatangkan semua,” sambungnya. (far/mia/c7/oni/jpg)

 

PROKALTENG.CO-Tarik-ulur anggaran makan bergizi gratis (MBG) akhirnya mencapai final. Pemerintah menetapkan alokasi anggaran MBG sebesar Rp 10 ribu per porsi.

Keputusan itu disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada Jumat (29/11) lalu. Sejak dicanangkan, besaran anggaran MBG sangat dinamis. Semula, anggaran sempat dipatok Rp 15 ribu per porsi. Sempat muncul wacana penurunan anggaran menjadi Rp 7.500 per porsi.

Namun, pemerintah kala itu menepis angka tersebut. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan, angka Rp 10 ribu per porsi diambil dengan mempertimbangkan semua aspek. Yakni, ketersediaan anggaran dan kebutuhan gizi. Dari berbagai simulasi, angka Rp 10 ribu cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. ”Untuk ketercukupan 600–700 kalori per sajian, bisa dengan harga maksimal Rp 10 ribu,” ujar Hasan dalam keterangan tertulis kemarin (1/12).

Dia menyebut, simulasi telah dilakukan di sejumlah daerah. Antara lain, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. ”Sudah dilakukan uji coba hampir setahun ini,” jelasnya. Hasan menegaskan, anggaran untuk MBG tahun depan tetap sesuai rencana. Yakni, Rp 71 triliun.

Terpisah, Menko Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar mengungkapkan, anggaran MBG masih bisa berkembang. ”Memang tahap awal dan hanya tersedia (anggaran, Red) Rp 51–70 triliun,” ujar Muhaimin.

Dia menegaskan, keputusan menggunakan angka Rp 10 ribu sebagai indeks program MBG bukan proses trial. Hal itu harus dilakukan lantaran keterbatasan anggaran. Muhaimin menyebut, pemerintah akan berupaya mengumpulkan anggaran untuk program MBG agar bisa terus bertambah.

Baca Juga :  40 Desa Baru di Mura Jadi Lokus Stunting

Di sisi lain, Menteri Agama Nasaruddin Umar meninjau pelaksanaan simulasi program MBG di Pondok Pesantren Nahdlatul Ummat, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu (30/11). Menag melihat langsung proses simulasi pemberian makan siang gratis bagi sekitar 200 santri.

Menag mengatakan, MBG merupakan program Presiden Prabowo dan Wapres Gibran yang tidak membedakan jenis sekolah. Baik pesantren, madrasah, maupun sekolah umum. Semua akan mendapatkan hak setara.

”Tidak ada bedanya dengan sekolah umum, sama-sama menikmati hasil pembangunan yang dicanangkan Presiden Prabowo. Semua makan gratis,” ucap Menag.

Dia mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan binaan Kemenag juga siap menjalankan program tersebut.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Nurhadi menilai besaran yang ditetapkan pemerintah belum ideal. Dengan angka Rp 10 ribu per porsi, dia menduga tidak akan cukup untuk menangani masalah stunting dan kurang gizi pada anak-anak Indonesia. ”Jika program ini bertujuan mengurangi stunting, anggaran Rp 10 ribu bisa dianggap belum cukup,” ujarnya saat dihubungi kemarin.

Agar program berjalan efektif, dia berharap perlu ada penyesuaian. Dalam kalkulasinya, anggaran yang cukup untuk memenuhi angka gizi ideal adalah Rp 15–20 ribu per porsi. Jika tidak disesuaikan, dia khawatir pelaksanaannya tidak efektif. ”Risiko utama adalah program ini akan terlihat baik secara politis, tetapi kurang efektif secara substansi dalam menangani masalah gizi di masyarakat,” imbuhnya.

Selain penyesuaian anggaran, Nurhadi menilai pemerintah bisa mengatur implementasi yang detail. Mulai strategi pengadaan bahan pangan, efisiensi distribusi, hingga pengawasan kualitas makanan. Karena keterbatasan anggaran, dia menyarankan untuk fokus pada kelompok prioritas. Misalnya, anak-anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok miskin ekstrem. ”Agar dampaknya lebih terasa,” tegasnya.

Baca Juga :  Ruas Palangka-Bukit Rawi Kembali Bisa Dilalui

Sebaiknya Batasi Sasaran

Pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah mengatakan, penurunan indeks bantuan MBG itu problematis. Anggaran Rp 10 ribu per porsi sangat jauh dari mencukupi untuk bisa mencapai makan bergizi. Dia khawatir penurunan bujet itu berakibat pada tak tercapainya target kualitas. ”Akhirnya malah jadi program makan gratis, bukan makan bergizi gratis karena sulit memenuhi 4 sehat 5 sempurna,” ungkapnya.

Untuk menghindari hal tersebut, dia merekomendasikan agar target sasaran dibatasi terlebih dahulu. MBG hanya difokuskan untuk anak sekolah atau anak usia sekolah yang ada di rumah. Sementara itu, ibu rumah tangga yang tengah hamil atau menyusui bisa dijangkau dengan program keluarga harapan (PKH) dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang sudah berjalan. Dengan demikian, bujet MBG bisa ditingkatkan.

Meski begitu, dia tak memungkiri bujet Rp 10 ribu per porsi masih dimungkinkan untuk diterapkan di beberapa daerah. Misalnya, Jogjakarta ataupun Jawa Tengah. Ketersediaan bahan pangan yang memadai memungkinkan menu MBG diperoleh dengan harga miring. Apalagi jika proses memasak melibatkan ibu-ibu PKK. Tak perlu lagi membayar vendor mahal. ”Tapi, kalau diterapkan di Jakarta ya susah. Apalagi, bahan makanannya didatangkan semua,” sambungnya. (far/mia/c7/oni/jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru