Paus Fransiskus kembali mengecam tindakan Israel atas penggunaan taktik yang dinilainya sebagai aksi terorisme di Gaza. Pimpinan gereja Katolik sedunia itu mengutuk pembunuhan dua perempuan Kristen oleh militer Israel yang mencari perlindungan di sebuah gereja.
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dengan tegas menyatakan pada Kamis (14/12) bahwa mereka tidak akan terlibat dalam perundingan pertukaran tahanan dengan Israel, kecuali terjadi penghentian total agresi terhadap Jalur Gaza dan terdapat komitmen terhadap persyaratan kelompok tersebut.
Pemimpin Israel mengumumkan keputusan mereka untuk terus melanjutkan perang di Jalur Gaza melawan kelompok militan Hamas di Palestina.
Keputusan ini diambil Israel. meskipun menghadapi tekanan internasional yang meningkat, termasuk dari sekutu utamanya Amerika Serikat.
Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mengecam negara-negara yang menyuplai Israel dengan senjata dalam perang di Jalur Gaza. Ketua NRC Jan Egeland mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober lalu dan menyerukan pembebasan sandera. Namun, di lain pihak dia menegaskan bahwa kampanye militer Israel di Jalur Gaza sama sekali tidak bisa digambarkan sebagai pertahanan diri.
Pesawat-pesawat tempur Israel menggempur Gaza pada Jumat (1/12), setelah perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata yang telah berlangsung selama seminggu dengan Hamas gagal.
Pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata Hamas-Israel masih berlangsung. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kembali ke Timur Tengah untuk membahas masalah perpanjangan ini. Meski begitu, di tengah upaya komitmen damai itu, Israel terus berulah.
Mulai Jumat (25/11) dini hari, gencatan senjata antara Israel dan Palestina resmi berlaku pasca tujuh pekan pertempuran tanpa henti yang menelan ribuan korban jiwa di Jalur Gaza. Jeda perang yang berakhir pada Selasa (28/11) tersebut akhirnya diperpanjang oleh pihak mediator selama dua hari.
Hamas dan Israel dikabarkan telah sepakat untuk memperpanjang durasi gencatan senjata di Gaza menjadi dua hari lebih lama. Dilansir dari Antara pada Selasa (28/11), kabar tersebut diungkapkan oleh pihak dari Qatar yang memfasilitasi pembicaraan mengenai gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Rumah Sakit Indonesia, salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Gaza utara, mengalami kerusakan parah akibat serangan Israel dan mungkin tidak akan pernah dibuka lagi. "Kami terkejut dan ngeri melihat pemandangan yang ditinggalkan pasukan Israel di Rumah Sakit Indonesia," pernyataan Munir Al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, dilansir dari Al Jazeera.