"Pertemuan" terakhir saya dengan Rianto Nurhadi terjadi di Fuqing, Tiongkok, Oktober lalu. Hari itu saya bertemu dengannya dua kali. Pertama, di museum Liem Sioe Liong. Kedua, di pabrik miliknya, pabrik rem mobil.
"Saya harus bertemu Anda," ujar Mayasari.
"Saya di Chicago. Anda kan di Indiana," jawab saya.
"Saya bisa naik mobil ke Chicago. Sekalian cari wajan," katanyi.
Pertanyaan penting tentang Syria adalah: akan menjadi negara apa setelah penguasa lamanya runtuh? Menjadi republik Islam seperti Iran, Iraq, atau Pakistan?
"Selamat ya... Anda sudah membuat sejarah." Saya pun menyalaminya.
Tapi tetap saja Irfan Setiaputra diganti. Lebih cepat dari periode lima tahunnya sebagai dirut Garuda Indonesia.
SOAL Pilkada, saya mengaku: kalah oleh perusuh Disway. Tulisan saya kemarin pun dianggap bukan karya jurnalistik –maksudnya, mungkin, tidak ada unsur eksklusifnya.
Saya kembali memutari bumi: berangkat ke arah timur (Jakarta-Guangzhou-San Francisco-New York), pulang dari barat (Chicago-Istanbul-Singapura-Jakarta).