30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

58 Persen Istri Konflik dengan Mertua Soal Pengasuhan Anak

PROKALTENG.CO-Hubungan antara istri, suami, dan juga mertua bisa dibilang cukup kompleks, terlebih lagi ketika istri sudah hamil dan memiliki anak. Sangat bisa dipahami jika orang tua memang memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak.

Di sisi lain, mertua dengan pengalamannya juga merasa memiliki keinginan untuk menjadikan sang cucu seperti yang diharapkannya. Kondisi seperti inilah yang terkadang menimbulkan permasalahan baru antara istri dan mertua.

Bahkan, tak hanya ketika istri sudah memiliki anak, konflik antara menantu dan mertua juga bisa timbul sejak istri menjalani program kehamilan atau hamil. Sekitar 65 persen dari 586 istri yang sedang menjalani program kehamilan atau sedang hamil pun mengaku mengalaminya.

Ada 3 konflik utama yang sering muncul di masa ini antara lain permintaan mertua kepada menantu untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai keinginan (30 persen), kritik mertua terhadap menantu (28 persen), dan intervensi mertua dalam keputusan untuk memilih layanan medis selama program kehamilan atau ketika menjalani kehamilan (15 persen).

Sementara itu, dari 527 istri yang sudah memiliki anak, 58 persen di antaranya juga ternyata kerap mengalami konflik dengan mertua terkait pola pengasuhan. Perbedaan pendapat tentang cara perawatan anak menjadi sumber masalah utama dari konflik antara istri dan mertua, diikuti dengan pola dan kebiasaan makan anak, kemudian waktu tidur anak.

Salah satu istri yang mengalami kondisi ini adalah Putri, seorang ibu rumah tangga. Dimulai sejak masa kehamilannya, Putri mengaku bahwa sang mertua terlalu banyak memberikan intervensi terkait pemilihan layanan medis, seperti dokter dan rumah sakit. Tidak berhenti di situ, setelah Putri melahirkan, ia juga merasa bahwa sang mertua terlalu ikut campur dan banyak mengkritik tentang caranya dalam merawat anak.

Baca Juga :  Desainer Cilik Karier Dunia

“Kadang suka kesal sih, ini kan anak saya, ya. Ya, walaupun memang baru anak pertama, saya masih belajar juga, tapi saya juga kan enggak asal-asalan. Maksudnya, kayak waktu saya menggendong anak saya, saya juga akan memastikan kalau dia aman dan nyaman. Walaupun cara mertua berbeda dengan cara saya, bukan berarti aku tidak bisa merawatnya,” aku Putri.

Menanggapi hal ini Psikolog Ajeng Raviando, dalam wawancara ekslusif seperti dalam keterangan resmi Teman Bumil, Kamis (3/6) menenekankan bahwa happiness is compromising. Artinya, jika istri menginginkan kehidupan relasi dengan mertua terasa menyenangkan, maka semuanya harus dikompromikan.

Beberapa pasangan mertua mungkin ada yang menyadari bahwa terdapat perbedaan pola asuh antara zamannya dan zaman sekarang, sehingga mereka tidak ingin terlalu mengintervensi keputusan pasutri dalam mengasuh si Kecil. Di sisi lain, tak sedikit pula pasangan mertua yang justru memiliki pandangan sebaliknya. Jika sudah begini, mungkin akan timbul gesekan dan konflik antara istri dan mertua seperti yang dialami Putri.

“Jika memang mertua tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, sebagai menantu tidak ada salahnya untuk mengupayakan berkompromi dan berdiskusi demi tercipta keharmonisan. Tidak perlu langsung serta merta menolak omongan mertua, karena selain bisa menyakiti, mungkin omongan tersebut bisa berguna juga,” kata Ajeng

Ajeng memberikan saran, misalnya jika ada webinar mengenai perawatan bayi, cobalah untuk mengajak mertua ikut serta di dalamnya. Dengan begini, mertua memperoleh pengetahuan baru dan melihat fakta akan adanya perbedaan pola pengasuhan yang Mums maksud. Alih-alih mertua merasa digurui oleh menantu, isyri dan mertua juga bisa berkompromi mengenai pola asuh apa yang memang cocok untuk diterapkan.

Baca Juga :  Mau Tahu Cara Membahagiakan Wanita ? Nomor 4 Paling Mudah

“Yang penting itu, bersyukur dan pandai melihat apa yang bisa kita syukuri. Kedua, jangan mudah emosi negatif. Ketiga, perlu diingat kalau semua masalah tidak akan selesai dalam waktu singkat, Memang butuh proses dan kita harus yakin bahwa lama-lama kita bisa solving the problem juga selama kita mengupayakan cara penyelesaiannya,” tambah Ajeng.

Suami Jadi Solusi

Berada dalam situasi konflik dengan mertua memang terasa sangat tidak nyaman. Meski kebanyakan istri akan mengungkapkannya kepada ayaj, tetapi ada pula istri yang justru memilih untuk diam dan memendamnya sendiri.

Menurut Ajeng, mengungkapkan keresahan istri terkait konflik dengan mertua adalah cara yang paling efektif dalam menjaga hubungan tetap harmonis. Dengan mengutarakannya, suami bisa membantu menjadi penghubung dan memberikan saran untuk menyelesaikan konflik. Hal ini mengingat suami sebagai anak kandung pasti akan lebih memahami karakteristik dan kebiasaan orang tuanya.

Di sisi lain, sebagai pasangan, istri juga harus bisa memandang dari ‘kacamata’ suami di mana ia berada di antara istri dan orang tuanya. Hal ini tentu bukan hal mudah bagi suami, sehingga jika istri juga terlalu menyudutkan suami karena perilaku mertua, bisa jadi justru timbul masalah baru lagi dalam rumah tangga istri.

“Kadang kala yang jadi posisi sandwich kan pasangan (suami), antara istri atau orang tua. Itulah yang harus disadari dulu. Ketika sudah menyadari, pada akhirnya kita bisa saling toleransi, dan komitmen jadi keluarga yang bahagia,” tutup Ajeng. 

PROKALTENG.CO-Hubungan antara istri, suami, dan juga mertua bisa dibilang cukup kompleks, terlebih lagi ketika istri sudah hamil dan memiliki anak. Sangat bisa dipahami jika orang tua memang memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak.

Di sisi lain, mertua dengan pengalamannya juga merasa memiliki keinginan untuk menjadikan sang cucu seperti yang diharapkannya. Kondisi seperti inilah yang terkadang menimbulkan permasalahan baru antara istri dan mertua.

Bahkan, tak hanya ketika istri sudah memiliki anak, konflik antara menantu dan mertua juga bisa timbul sejak istri menjalani program kehamilan atau hamil. Sekitar 65 persen dari 586 istri yang sedang menjalani program kehamilan atau sedang hamil pun mengaku mengalaminya.

Ada 3 konflik utama yang sering muncul di masa ini antara lain permintaan mertua kepada menantu untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai keinginan (30 persen), kritik mertua terhadap menantu (28 persen), dan intervensi mertua dalam keputusan untuk memilih layanan medis selama program kehamilan atau ketika menjalani kehamilan (15 persen).

Sementara itu, dari 527 istri yang sudah memiliki anak, 58 persen di antaranya juga ternyata kerap mengalami konflik dengan mertua terkait pola pengasuhan. Perbedaan pendapat tentang cara perawatan anak menjadi sumber masalah utama dari konflik antara istri dan mertua, diikuti dengan pola dan kebiasaan makan anak, kemudian waktu tidur anak.

Salah satu istri yang mengalami kondisi ini adalah Putri, seorang ibu rumah tangga. Dimulai sejak masa kehamilannya, Putri mengaku bahwa sang mertua terlalu banyak memberikan intervensi terkait pemilihan layanan medis, seperti dokter dan rumah sakit. Tidak berhenti di situ, setelah Putri melahirkan, ia juga merasa bahwa sang mertua terlalu ikut campur dan banyak mengkritik tentang caranya dalam merawat anak.

Baca Juga :  Desainer Cilik Karier Dunia

“Kadang suka kesal sih, ini kan anak saya, ya. Ya, walaupun memang baru anak pertama, saya masih belajar juga, tapi saya juga kan enggak asal-asalan. Maksudnya, kayak waktu saya menggendong anak saya, saya juga akan memastikan kalau dia aman dan nyaman. Walaupun cara mertua berbeda dengan cara saya, bukan berarti aku tidak bisa merawatnya,” aku Putri.

Menanggapi hal ini Psikolog Ajeng Raviando, dalam wawancara ekslusif seperti dalam keterangan resmi Teman Bumil, Kamis (3/6) menenekankan bahwa happiness is compromising. Artinya, jika istri menginginkan kehidupan relasi dengan mertua terasa menyenangkan, maka semuanya harus dikompromikan.

Beberapa pasangan mertua mungkin ada yang menyadari bahwa terdapat perbedaan pola asuh antara zamannya dan zaman sekarang, sehingga mereka tidak ingin terlalu mengintervensi keputusan pasutri dalam mengasuh si Kecil. Di sisi lain, tak sedikit pula pasangan mertua yang justru memiliki pandangan sebaliknya. Jika sudah begini, mungkin akan timbul gesekan dan konflik antara istri dan mertua seperti yang dialami Putri.

“Jika memang mertua tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, sebagai menantu tidak ada salahnya untuk mengupayakan berkompromi dan berdiskusi demi tercipta keharmonisan. Tidak perlu langsung serta merta menolak omongan mertua, karena selain bisa menyakiti, mungkin omongan tersebut bisa berguna juga,” kata Ajeng

Ajeng memberikan saran, misalnya jika ada webinar mengenai perawatan bayi, cobalah untuk mengajak mertua ikut serta di dalamnya. Dengan begini, mertua memperoleh pengetahuan baru dan melihat fakta akan adanya perbedaan pola pengasuhan yang Mums maksud. Alih-alih mertua merasa digurui oleh menantu, isyri dan mertua juga bisa berkompromi mengenai pola asuh apa yang memang cocok untuk diterapkan.

Baca Juga :  Mau Tahu Cara Membahagiakan Wanita ? Nomor 4 Paling Mudah

“Yang penting itu, bersyukur dan pandai melihat apa yang bisa kita syukuri. Kedua, jangan mudah emosi negatif. Ketiga, perlu diingat kalau semua masalah tidak akan selesai dalam waktu singkat, Memang butuh proses dan kita harus yakin bahwa lama-lama kita bisa solving the problem juga selama kita mengupayakan cara penyelesaiannya,” tambah Ajeng.

Suami Jadi Solusi

Berada dalam situasi konflik dengan mertua memang terasa sangat tidak nyaman. Meski kebanyakan istri akan mengungkapkannya kepada ayaj, tetapi ada pula istri yang justru memilih untuk diam dan memendamnya sendiri.

Menurut Ajeng, mengungkapkan keresahan istri terkait konflik dengan mertua adalah cara yang paling efektif dalam menjaga hubungan tetap harmonis. Dengan mengutarakannya, suami bisa membantu menjadi penghubung dan memberikan saran untuk menyelesaikan konflik. Hal ini mengingat suami sebagai anak kandung pasti akan lebih memahami karakteristik dan kebiasaan orang tuanya.

Di sisi lain, sebagai pasangan, istri juga harus bisa memandang dari ‘kacamata’ suami di mana ia berada di antara istri dan orang tuanya. Hal ini tentu bukan hal mudah bagi suami, sehingga jika istri juga terlalu menyudutkan suami karena perilaku mertua, bisa jadi justru timbul masalah baru lagi dalam rumah tangga istri.

“Kadang kala yang jadi posisi sandwich kan pasangan (suami), antara istri atau orang tua. Itulah yang harus disadari dulu. Ketika sudah menyadari, pada akhirnya kita bisa saling toleransi, dan komitmen jadi keluarga yang bahagia,” tutup Ajeng. 

Terpopuler

Artikel Terbaru