PASIEN diabetes
umumnya disarankan dokter untuk mengikuti pola hidup disiplin dengan prinsip 3J
yaitu atur Jumlah, Jenis, dan Jam makan. Biasanya, dokter menyarankan penderita
diabetes tipe 2 untuk makan sekitar enam kali sehari. Apakah hal itu efektif?
Diabetes tipe 2 adalah salah satu kondisi metabolisme yang
semakin mengancam seluruh manusia. Biasanya, dokter meresepkan obat yang akan
membantu pasien diabetes menjaga kadar gula darah, serta memberi saran kepada
pasien tentang bagaimana mengubah kebiasaan diet mereka untuk membantu
perawatan.
Selama ini ahli medis percaya bahwa pendekatan terbaik bagi
penderita diabetes tipe 2 adalah makan lebih sering dengan cara porsi kecil
secara berkala sepanjang hari. Biasanya para ahli merekomendasikan makan enam
kali sehari.
Namun, pendekatan ini dinilai
kurang efektif. Beberapa orang yang mengikuti jenis diet ini membutuhkan
perawatan yang lebih intensif. Hal ini kurang efektif terutama berlaku bagi
mereka yang menderita diabetes tahap lanjut yang perlu menyuntikkan diri dengan
insulin dosis tinggi.
Namun, suntikan insulin dosis tinggi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan kadar glukosa (gula darah). Mereka juga dapat menyebabkan
penambahan berat badan dan menyebabkan risiko lebih tinggi dari masalah
kardiovaskular.
Penelitian
Terbaru Berikan Solusi
Baru-baru ini, tim peneliti dari Universitas Tel Aviv di
Israel telah berhipotesis bahwa makan sesuai dengan ‘jam tubuh’ alami seseorang
(biasanya membutuhkan tiga kali makan yang lebih sehari) justru lebih efektif.
Cara itu dapat membantu proses fisiologis untuk menyinkronkan gula darah lebih
baik dan mengurangi jumlah insulin yang digunakan.
“Pola makan konvensional untuk penderita diabetes
menetapkan enam kali makan kecil sepanjang hari,†kata Peneliti Prof. Daniela
Jakubowicz.
“Tetapi pola itu belum efektif
untuk pengendalian gula, jadi orang dengan diabetes memerlukan pengobatan
tambahan dan insulin. Dan suntikan insulin menyebabkan kenaikan berat badan,
yang selanjutnya meningkatkan kadar gula darah,†tambahnya.
Maka Jakubowicz dan timnya sekarang telah melakukan
penelitian yang mengkonfirmasi bahwa pendekatan makan tiga kali sehari bisa
lebih bermanfaat bagi mereka yang menderita diabetes tipe 2. Penelitian itu
mengusulkan untuk memindahkan kalori yang kaya kandungan pati (karbo) ke
jam-jam awal hari ini.
“Makan karbo (di awal hari) ini menghasilkan keseimbangan
glukosa dan peningkatan kontrol glikemik yang lebih baik,†tuturnya.
Dalam makalah studi mereka yang ditampilkan dalam jurnal
Diabetes Care, para peneliti mencatat temuan itu dilakukan paea 28 peserta
dengan diabetes tipe 2. Para peneliti membagi peserta menjadi dua kelompok dan
secara acak menugaskan mereka untuk mengikuti pola makan enam kali sehari dan
pola makan tiga kali sehari.
Dalam pendekatan tiga kali sehari, peserta harus mengikuti
rencana diet yang lebih sesuai untuk makan porsi lebih banyak di pagi hari, dan
berpuasa di malam hari. Pola makan ini membutuhkan makan sarapan roti, buah,
dan permen di pagi hari, makan siang porsi besar, dan makan kecil saat makan
malam, tanpa karbo, tepung, permen atau buah.
Hasilnya?
Tim menilai berat badan peserta, kontrol gula darah, nafsu
makan, dan ekspresi gen jam sirkadian (jam tubuh) cenderung baik. Dan kemudian
penelitian dilakukan lagi pada 2 minggu setelah dimulainya percobaan, dan pada
12 minggu setelahnya.
“Kebutuhan pasien akan obat diabetes, terutama untuk dosis
insulin, turun secara substansial. Beberapa bahkan dapat berhenti menggunakan
insulin sama sekali, “catat Prof. Jakubowicz.
“Selain itu, 3 kali makan meningkatkan ekspresi gen jam
biologis. Ini menunjukkan bahwa pola makan yang tepat lebih efektif dalam
mengendalikan diabetes. Ini juga dapat mencegah banyak komplikasi lain, seperti
penyakit kardiovaskular, penuaan, dan kanker, yang semuanya diatur oleh gen jam
biologis,†tutup Prof. Jakubowicz.(jpc)