33 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Salah Menggunakan Antibiotik Bikin Kuman Jadi Kebal

Dokter
konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Adityo Susilo mengajak masyarakat menggunakan antibiotik dengan bijak. Sebab
jika penggunaan yang salah dan tidak sesuai indikasi dapat menyebabkan
resistensi.

”Antibiotik
berfungsi untuk membunuh kuman serta bekerja secara spesifik dan bukan
merupakan obat demam. Jika penggunaan antibiotik tidak sesuai indikasi dapat
menyebabkan munculnya kuman yang kebal terhadap antibiotik,” kata Adityo Susilo
seperti dilansir dari Antara dalam seminar awam bicara sehat ke-32 dengan tajuk
utama Mari Gunakan Antibiotik dengan Bijak.

Menurut
dia, mekanisme kerja antibiotik adalah dengan menghancurkan dinding sel.
Antibiotik diperuntukkan untuk membunuh bakteri bukan virus. ”Pada penyakit
akibat virus, secara logika tidak membutuhkan antibiotik,” terang Adityo
Susilo.

Beberapa
dokter ada yang menggunakan antivirus dalam mengobati penyakit akibat virus.
Namun, tidak semua virus membutuhkan antivirus. Sebab, beberapa virus ada yang
bersifat self-limiting yang berarti penyakit tersebut dapat sembuh sendiri
tanpa obat dengan sistem imun tubuh yang kuat.

Baca Juga :  6 Manfaat Masker Lidah Buaya untuk Kesehatan Rambut

Terdapat
alasan mengapa antibiotik perlu dihabiskan. hal itu karena membutuhkan beberapa
waktu tertentu untuk memastikan bakteri benar-benar telah mati. Biasanya waktu
tunggu sekitar 5–7 hari atau dapat juga mengikuti petunjuk dokter. Sebab
beberapa antibiotik dapat berbeda.

”Jika
tidak dihabiskan karena merasa kondisi tubuh sudah baik, khawatir bakteri
tersebut belum benar-benar mati dan dapat menyebabkan infeksi kembali,” kata
Adityo Susilo.

Dia
menjelaskan, infeksi merupakan suatu kondisi masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh. Infeksi dapat menyebabkan demam, namun demam bukan pasti selalu karena
infeksi. ”Saat demam, umumnya kita mengalami rasa tidak nyaman karena
metabolisme tubuh sedang berjalan tidak normal. Demam adalah tanda adanya
peradangan atau terjadinya perubahan pada pengaturan termoregulasi,” terang
Adityo Susilo.

Sementara
itu, dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUI Ardiana Kusumaningrum
menyampaikan, antibiotik hanya dapat diresepkan jika terdapat kecurigaan
penyakit infeksi bakteri yang telah dilakukan pemeriksaan fisik, anamnesis,
atau pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan penunjang) sebelumnya.

Baca Juga :  Kenali Jenis-jenis Migrain dan Cara Penanganannya

Beberapa
contoh penggunaan antibiotik yang salah di antaranya menyimpan antibiotik untuk
sakit yang akan datang, menghentikan obat ketika merasa lebih baik (tidak
menuntaskan), berbagi obat atau menggunakan obat orang lain, tidak tepat jenis,
dosis, cara pakai, dan lama terapi.

”Kesalahan
penggunaan antibiotik dapat menyebabkan beberapa permasalahan. Seperti kurang
efektifnya antibiotik saat digunakan, dapat menimbulkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik, dan bakteri tersebut dapat menyebar ke orang lain serta
lingkungan sekitar,” kata Ardiana Kusumaningrum.

Dia
menambahkan, terdapat beberapa konsekuensi dari resistensi antibiotik, yaitu
sakit yang lebih berat dan lebih lama, toksisitas meningkat, kematian meningkat,
dan biaya yang lebih mahal.

”Beberapa
tips mencegah terjadinya resistensi, yaitu gunakan antibiotik hanya pada
kondisi infeksi bakteri yang sebelumnya telah dikonsultasikan ke dokter,
gunakan sesuai resep, jangan memaksa meminta antibiotik, serta rajin mencuci
tangan,” tutur Ardiana Kusumaningrum.

Dokter
konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Adityo Susilo mengajak masyarakat menggunakan antibiotik dengan bijak. Sebab
jika penggunaan yang salah dan tidak sesuai indikasi dapat menyebabkan
resistensi.

”Antibiotik
berfungsi untuk membunuh kuman serta bekerja secara spesifik dan bukan
merupakan obat demam. Jika penggunaan antibiotik tidak sesuai indikasi dapat
menyebabkan munculnya kuman yang kebal terhadap antibiotik,” kata Adityo Susilo
seperti dilansir dari Antara dalam seminar awam bicara sehat ke-32 dengan tajuk
utama Mari Gunakan Antibiotik dengan Bijak.

Menurut
dia, mekanisme kerja antibiotik adalah dengan menghancurkan dinding sel.
Antibiotik diperuntukkan untuk membunuh bakteri bukan virus. ”Pada penyakit
akibat virus, secara logika tidak membutuhkan antibiotik,” terang Adityo
Susilo.

Beberapa
dokter ada yang menggunakan antivirus dalam mengobati penyakit akibat virus.
Namun, tidak semua virus membutuhkan antivirus. Sebab, beberapa virus ada yang
bersifat self-limiting yang berarti penyakit tersebut dapat sembuh sendiri
tanpa obat dengan sistem imun tubuh yang kuat.

Baca Juga :  6 Manfaat Masker Lidah Buaya untuk Kesehatan Rambut

Terdapat
alasan mengapa antibiotik perlu dihabiskan. hal itu karena membutuhkan beberapa
waktu tertentu untuk memastikan bakteri benar-benar telah mati. Biasanya waktu
tunggu sekitar 5–7 hari atau dapat juga mengikuti petunjuk dokter. Sebab
beberapa antibiotik dapat berbeda.

”Jika
tidak dihabiskan karena merasa kondisi tubuh sudah baik, khawatir bakteri
tersebut belum benar-benar mati dan dapat menyebabkan infeksi kembali,” kata
Adityo Susilo.

Dia
menjelaskan, infeksi merupakan suatu kondisi masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh. Infeksi dapat menyebabkan demam, namun demam bukan pasti selalu karena
infeksi. ”Saat demam, umumnya kita mengalami rasa tidak nyaman karena
metabolisme tubuh sedang berjalan tidak normal. Demam adalah tanda adanya
peradangan atau terjadinya perubahan pada pengaturan termoregulasi,” terang
Adityo Susilo.

Sementara
itu, dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUI Ardiana Kusumaningrum
menyampaikan, antibiotik hanya dapat diresepkan jika terdapat kecurigaan
penyakit infeksi bakteri yang telah dilakukan pemeriksaan fisik, anamnesis,
atau pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan penunjang) sebelumnya.

Baca Juga :  Kenali Jenis-jenis Migrain dan Cara Penanganannya

Beberapa
contoh penggunaan antibiotik yang salah di antaranya menyimpan antibiotik untuk
sakit yang akan datang, menghentikan obat ketika merasa lebih baik (tidak
menuntaskan), berbagi obat atau menggunakan obat orang lain, tidak tepat jenis,
dosis, cara pakai, dan lama terapi.

”Kesalahan
penggunaan antibiotik dapat menyebabkan beberapa permasalahan. Seperti kurang
efektifnya antibiotik saat digunakan, dapat menimbulkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik, dan bakteri tersebut dapat menyebar ke orang lain serta
lingkungan sekitar,” kata Ardiana Kusumaningrum.

Dia
menambahkan, terdapat beberapa konsekuensi dari resistensi antibiotik, yaitu
sakit yang lebih berat dan lebih lama, toksisitas meningkat, kematian meningkat,
dan biaya yang lebih mahal.

”Beberapa
tips mencegah terjadinya resistensi, yaitu gunakan antibiotik hanya pada
kondisi infeksi bakteri yang sebelumnya telah dikonsultasikan ke dokter,
gunakan sesuai resep, jangan memaksa meminta antibiotik, serta rajin mencuci
tangan,” tutur Ardiana Kusumaningrum.

Terpopuler

Artikel Terbaru