Site icon Prokalteng

E-Resep, Jaminan Keakuratan dan Kecepatan Pemberian Obat

e-resep-jaminan-keakuratan-dan-kecepatan-pemberian-obat

Pada
masa pandemi, keluar rumah masih terasa menakutkan. Apalagi jika harus
memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan. Rumah sakit pun berbenah dan
berinovasi. Salah satu bentuknya, e-resep.

Saat
pandemi Covid-19 merebak, peresepan elektronik menjadi primadona. Digitalisasi
mempermudah pemberian resep. Plus, menguntungkan pasien, farmasi, dan pihak
layanan kesehatan.

Clinical
Support and Pharmacy Manager RS Pondok Indah (RSPI) Pondok Indah Herra Theresia
menjelaskan, e-resep juga menjamin keamanan data pasien. ”Resep elektronik
dikirimkan melalui jaringan yang aman dan tertutup yang hanya ditujukan untuk
kepentingan pembuatan resep,” jelas Herra.

Di
sistem tersebut, akses ke data pasien dibatasi secara ketat dan hanya bisa
dimanfaatkan yang berkepentingan. Herra menyatakan bahwa pembatasan itu dibuat
sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan setiap karyawan RSPI Group.
”Contohnya, tim humas yang tidak ada sangkut pautnya dengan tim operasional
tidak bisa mengakses data rekam medis pasien,” tegasnya.

Meski
begitu, Herra menuturkan bahwa e-resep yang sekarang digunakan RSPI bisa
dikembangkan lebih baik lagi. Misalnya, penambahan fitur kontraindikasi atau
efek samping obat. ”Atau, fitur yang memungkinkan peresepan dengan dosis
bertingkat (tapering dose). Misalnya, pada hari pertama dosis 5 mg, lalu
diturunkan menjadi 3 mg pada hari kedua,” ungkapnya. Fitur itu dinilai bisa
mempermudah pasien dan dokter.

Keunggulan
e-resep juga diungkapkan dr Michael Siswanto dari Siloam Hospitals Surabaya.
Menurut dia, e-resep juga ampuh meminimalkan medication error. ”Tulisan lebih
mudah dibaca karena diinput lewat komputer. Di resep manual, tulisan dokter
mungkin sulit dibaca,” ujar Michael.

Alur
e-resep tidak ujuk-ujuk dari dokter ke farmasi. Setelah resep diterima pihak
farmasi, dilakukan verifikasi. Di tahap tersebut, apoteker akan mengecek
sediaan obat dan menilik ulang resep sudah sesuai dengan kaidah atau belum.
Nah, pasien pun dilibatkan untuk persetujuan sebelum menebus obat.

”Ketika
verifikasi oke dan pasien setuju, barulah obat diberikan,” jelas Michael.
Pasien tidak perlu bingung stok obat habis atau menebus di apotek luar RS.
Sebab, segalanya sudah dipastikan ada.

Dokter
alumnus Universitas Airlangga, Surabaya, itu mengungkapkan bahwa verifikasi
juga membantu peresepan lebih akurat untuk pasien. Terutama pada pasien yang
harus berkonsultasi dengan lebih dari satu dokter spesialis. Misalnya, pasien
lupus yang harus berkonsultasi dengan spesialis penyakit dalam dan mata. ”Tidak
akan kedobelan obat,” katanya.

Meski
dilakukan serbadigital, Herra dan Michael menilai bahwa e-resep tidak
merepotkan karena bisa diakses siapa pun. Termasuk lansia. ”Ketika pasien
selesai berkonsultasi, resep langsung dikirimkan ke farmasi via jaringan
internal RS. Pasien mendapat kitir untuk mengambil. Simpel,” papar Michael.

BAGAIMANA
PROSESNYA?

Ada
dua jalan untuk berobat dan menebus obat. Bisa dilakukan secara online atau
tatap muka langsung. Berikut skemanya.

1.
Pilih dokter dan tentukan jadwal periksa

2.
Pilih Metode Pemeriksaan

Tatap
muka

Mendaftar
seperti biasa

Ikuti
skrining di awal masuk RS. Biasanya, petugas akan mengecek suhu serta
menanyakan kepentingan dan keluhan pasien. Pendamping pasien juga ikut dicek.

Mengikuti
pemeriksaan sesuai dengan tata laksana.

Telemedicine

Mendaftar
di aplikasi atau situs RS yang dituju.

Memenuhi
panggilan sesuai dengan jadwal yang dipilih ketika mendaftar. Biasanya, pasien
diminta melakukan panggilan video via aplikasi tertentu.

Pemeriksaan
sesuai dengan tata laksana, tetapi terbatas pada apa yang bisa diamati dokter.

3.
Dokter akan meresepkan obat. Resep bakal dikirimkan langsung via jaringan
internal rumah sakit.

Pihak
farmasi akan menyiapkan obat sesuai dengan resep dan kaidah.

Pasien
mendapatkan kitir atau bukti pengambilan obat.

4.
Pasien melakukan verifikasi.

Pihak
farmasi memberikan edukasi terkait dengan cara minum obat dan dosis.

5.
Pasien menebus resep setelah melakukan pembayaran dan menyerahkan kitir.

Jika
pasien menginginkan obat diantar, pihak RS bakal melakukan konfirmasi.

Ayo
Jadi Pasien Cerdas!

Catat
obat-obatan yang pernah dikonsumsi.

Terangkan
alergi yang dimiliki.

Jika
obat yang diresepkan pernah dikonsumsi sebelumnya dan menimbulkan reaksi kurang
baik, konsultasikan lagi. Dengan begitu, dokter bisa melakukan penyesuaian.

Catat
penjelasan dokter dan farmasi terkait dengan cara minum obat (misalnya, sesudah
atau sebelum makan, tidak boleh dikonsumsi bersama obat lain).

Tambahan

Bagaimana
kalau pasien menjalani pengobatan rutin jangka panjang?

Jika
obat yang diresepkan tidak bersifat narkotika:

Dokter
akan memberikan iter atau resep yang boleh diulang.

Jika
obat yang diresepkan tergolong narkotika

Pasien
wajib datang ke RS untuk tatap muka.

Dokter
bakal melakukan pemeriksaan dan memberi resep baru. Iter tidak berlaku.

Exit mobile version