PEROKALTENG.CO
– Penyintas kanker payudara berjuang untuk melawan penyakitnya. Harapannya akan
tersedianya akses pengobatan untuk kanker payudara HER2-positif stadium dini,
dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang komprehensif sesuai standar
pengobatan. Terapi kanker payudara HER2-positif stadium dini yang tepat dan
optimal pada JKN dapat memberikan pasien kesempatan terbaik untuk sembuh dan
mengurangi risiko kekambuhan pada stadium lanjut, sehingga berpotensi
meringankan beban bagi pasien dan sistem kesehatan.
Dalam
rangkaian peringatan Hari Kanker Sedunia, para penyintas kanker payudara
HER2-positif yang tergabung dalam Cancer Information and Support Center (CISC)
Ahli ekonomi kesehatan dan juga seorang dosen senior di FK-KMK UGM dr. Diah
menilai, kesehatan masyarakat perlu dilihat sebagai sebuah investasi, bukan
sebagai cost (biaya). Selain deteksi dini, pemberian akses terhadap terapi yang
optimal pada kanker payudara sejak stadium dini merupakan salah satu prinsip
pencegahan agar penyakit tidak bermetastasis (menyebar) dan tidak mengalami
perburukan.
“Saat
ini di Indonesia penanganan kanker payudara di stadium dini untuk kemoterapi
dan terapi endokrin sudah tercakup oleh BPJS. Dengan perkembangan teknologi
yang pesat terutama dalam terapi kanker seperti halnya terapi target Anti-HER2
memberikan harapan lebih baik dalam keberhasilan terapi, yang tentu berdampak
positif terhadap luaran sosial ekonomi,†katanya dalam webinar baru-baru ini.
Terapi
Obat Trastuzumab
Menurutnya
hal ini memerlukan pertimbangan ekonomi kesehatan dalam penentuan cakupan
manfaat dalam jaminan kesehatan. Sebuah telaah sistematis menunjukkan bahwa
terapi pada kanker payudara stadium dini dengan terapi trastuzumab
cost-effective atau efisien di Tiongkok, Jepang, Singapura, dan Taiwan. Artinya
di negara tersebut setelah dilakukan evaluasi ekonomi diputuskan sebagai terapi
pilihan.
“Di
negara lain, seperti Thailand, pemberian trastuzumab dengan kombinasi
kemoterapi juga dinilai cost-effective dibandingkan dengan kemoterapi saja pada
kanker payudara stadium dini dan telah masuk dalam paket manfaat jaminan
kesehatan nasional sejak tahun 2014,†jelasnya.
Ketua
Umum CISC Aryanthi Baramuli Putri mengatakan, sebagian pasien kanker payudara
HER2-positif, menyatakan apresiasinya atas layanan BPJS dalam membantu pasien
dan penyintas kanker payudara HER2-positif dan berharap agar kedepannya akses
pengobatan kanker payudara HER2-positif stadium dini dapat disediakan oleh
pemerintah secara komprehensif. Dia berharap ada pemerataan akses pengobatan
kanker payudara HER2-positif, baik untuk stadium dini maupun stadium
metastasis.
“Saat
ini para pasien dan penyintas kanker payudara sangat terbantu dengan layanan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup terapi inovatif untuk kanker
payudara HER2-positif stadium lanjut. Alangkah baiknya pasien kanker payudara
HER2-positif stadium dini juga memiliki akses yang sama terhadap pengobatan
inovatif dan komprehensif dalam JKN,†jelasnya.
“Saya
pribadi sangat merasakan manfaat dari terapi target anti-HER2 pada kanker
payudara saya yang kebetulan adalah tipe triple positive atau HER2-positif.
Sejak tahun 2015 saya sudah menjalani kemoterapi, dan sejak November 2020 lalu
saya memulai terapi target Trastuzumab,†kata dia.
“Sekarang sudah berjalan 5 kali, dan melihat
perkembangan pada diri saya sendiri, saya berharap pasien kanker payudara HER2
stadium dini dapat merasakan manfaatnya di sistem JKN,†ungkap Aryanthi.
Seorang
penyintas kanker payudara Nova Dhelia, saat ini sudah masuk stadium metastatik
(kanker menyebar) dan menggunakan terapi trastuzumab. Pengalaman Nova hanya
satu dari ribuan pasien kanker payudara di Indonesia.
Berdasarkan
data Global Cancer Observatory 2020 dari WHO, kasus kanker yang paling banyak
terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 65.858 kasus setara dengan
16,6 persen dari total 396.914 kasus kanker. Sementara itu, Kementerian
Kesehatan menyatakan besaran angka kanker untuk perempuan yang tertinggi adalah
kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 17 per 100.000 penduduk. Sekitar 1 dari 51 pasien kanker payudara di
Indonesia memiliki jenis HER2-positif (Human Epidermal Growth Factor Receptor),
yang merupakan salah satu jenis kanker payudara yang agresif.