27.2 C
Jakarta
Monday, November 17, 2025

Awas! Bahaya Vape Tak Hanya Ganggu Paru, Bisa Juga Picu Diabetes

ANGGAPAN bahwa rokok elektrik atau vape lebih aman ketimbang rokok konvensional mulai terbantahkan. Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal AJPM Focus menemukan, penggunaan vape bisa meningkatkan risiko pradiabetes hingga 7 persen. Kondisi ini membuat kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal dan berpotensi berkembang menjadi diabetes tipe 2.

“Dampak vape tidak hanya terbatas pada paru-paru, tapi juga bisa memengaruhi metabolisme tubuh,” tegas Sulakshan Neupane, ketua tim peneliti sekaligus mahasiswa doktoral University of Georgia, Amerika Serikat.

Fenomena vape memang makin marak. Di Eropa, laporan tahun 2025 mencatat 22 persen siswa usia 15–16 tahun rutin mengisap rokok elektrik. Tren inilah yang membuat para peneliti memberi peringatan keras.

Hasil studi menunjukkan, perokok elektrik punya risiko 7 persen lebih tinggi mengalami pradiabetes dibandingkan yang tidak merokok. Angkanya naik hingga 15 persen pada perokok konvensional, dan melonjak 28 persen pada mereka yang mengombinasikan vape dengan rokok biasa.

Baca Juga :  Manfaat Fisioterapis pada Gangguan Jantung

Risiko diabetes juga meningkat. Bagi yang merokok sekaligus vaping, risikonya 9 persen lebih tinggi. Sedangkan perokok konvensional 7 persen, dan pengguna vape saja tidak terlihat signifikan.

Temuan ini, kata Neupane, penting di tengah maraknya promosi vape sebagai alternatif yang lebih aman. “Nyatanya, rokok elektrik justru bisa menyimpan bahaya tersembunyi dan berkontribusi pada penyakit kronis seperti pradiabetes maupun diabetes,” ujarnya.

Selain penggunaan vape, faktor lain juga memengaruhi risiko. Misalnya obesitas, kondisi ekonomi rendah, hingga latar belakang etnis tertentu seperti Hispanik, kulit hitam, dan Asia.

Peringatan soal bahaya vape sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, sejumlah penelitian juga mengaitkan vaping dengan pradiabetes. Beberapa negara bahkan mulai mengetatkan aturan. Spanyol, misalnya, baru saja mengesahkan larangan merokok maupun vaping di area luar restoran.

Baca Juga :  Awas, Jangan Sampai Salah! Berikut Daftar Makanan yang Bisa Bikin Asam Urat

Meski begitu, peneliti mengakui studi ini punya keterbatasan. Hubungan sebab akibat langsung antara vape dan pradiabetes belum bisa dipastikan. Data juga sebagian besar hanya berdasar laporan diri responden tanpa mempertimbangkan faktor lain, seperti riwayat keluarga atau kebiasaan olahraga.

Namun, hasil ini tetap menjadi alarm bahwa rokok elektrik bukan berarti bebas risiko. Justru, ada potensi bahaya jangka panjang yang perlu diwaspadai. (dta/fir/jpg)

 

ANGGAPAN bahwa rokok elektrik atau vape lebih aman ketimbang rokok konvensional mulai terbantahkan. Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal AJPM Focus menemukan, penggunaan vape bisa meningkatkan risiko pradiabetes hingga 7 persen. Kondisi ini membuat kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal dan berpotensi berkembang menjadi diabetes tipe 2.

“Dampak vape tidak hanya terbatas pada paru-paru, tapi juga bisa memengaruhi metabolisme tubuh,” tegas Sulakshan Neupane, ketua tim peneliti sekaligus mahasiswa doktoral University of Georgia, Amerika Serikat.

Fenomena vape memang makin marak. Di Eropa, laporan tahun 2025 mencatat 22 persen siswa usia 15–16 tahun rutin mengisap rokok elektrik. Tren inilah yang membuat para peneliti memberi peringatan keras.

Hasil studi menunjukkan, perokok elektrik punya risiko 7 persen lebih tinggi mengalami pradiabetes dibandingkan yang tidak merokok. Angkanya naik hingga 15 persen pada perokok konvensional, dan melonjak 28 persen pada mereka yang mengombinasikan vape dengan rokok biasa.

Baca Juga :  Manfaat Fisioterapis pada Gangguan Jantung

Risiko diabetes juga meningkat. Bagi yang merokok sekaligus vaping, risikonya 9 persen lebih tinggi. Sedangkan perokok konvensional 7 persen, dan pengguna vape saja tidak terlihat signifikan.

Temuan ini, kata Neupane, penting di tengah maraknya promosi vape sebagai alternatif yang lebih aman. “Nyatanya, rokok elektrik justru bisa menyimpan bahaya tersembunyi dan berkontribusi pada penyakit kronis seperti pradiabetes maupun diabetes,” ujarnya.

Selain penggunaan vape, faktor lain juga memengaruhi risiko. Misalnya obesitas, kondisi ekonomi rendah, hingga latar belakang etnis tertentu seperti Hispanik, kulit hitam, dan Asia.

Peringatan soal bahaya vape sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, sejumlah penelitian juga mengaitkan vaping dengan pradiabetes. Beberapa negara bahkan mulai mengetatkan aturan. Spanyol, misalnya, baru saja mengesahkan larangan merokok maupun vaping di area luar restoran.

Baca Juga :  Awas, Jangan Sampai Salah! Berikut Daftar Makanan yang Bisa Bikin Asam Urat

Meski begitu, peneliti mengakui studi ini punya keterbatasan. Hubungan sebab akibat langsung antara vape dan pradiabetes belum bisa dipastikan. Data juga sebagian besar hanya berdasar laporan diri responden tanpa mempertimbangkan faktor lain, seperti riwayat keluarga atau kebiasaan olahraga.

Namun, hasil ini tetap menjadi alarm bahwa rokok elektrik bukan berarti bebas risiko. Justru, ada potensi bahaya jangka panjang yang perlu diwaspadai. (dta/fir/jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru