PROKALTENG.CO – Amerika Serikat saat ini tengah mengembangkan kandidat kuat obat Covid-19. Namanya Molnupiravir. Obat antivirus tersebut saat ini masih dalam tahap uji klinis.
Obat yang diberi nama Molnupiravir, berupa obat antivirus oral. Hasil penelitian menunjukkan obat mampu mengurangi waktu infeksi virus. Setelah mengonsumsi obat itu, hasil tes usap nasofaring dari peserta dengan gejala infeksi SARS-CoV-2 dinyatakan negatif pada hari ke-5.
Obat tersebut diklaim mampu mengurangi tingkat keparahan. Sebab mampu secara efektif mengurangi muatan virus (viral load) dalam uji coba pada 202 penderita Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit.
Dilansir dari WTSP, Minggu (18/7), ahli epidemiologi molekuler dr. Jill Roberts mengatakan, cara kerja obat ini adalah mengacaukan replikasi virus. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap musang.
Obat ini bahkan diyakini bisa mencegah seorang penderita Covid-19 dirawat inap, bahkan bisa mencegah penularan. Tak cuma itu, obat ini diyakini bisa menangkal serangan Covid-19 yang bermutasi di masa depan.
“Obat ini adalah alat obat yang hebat. Jika di masa depan Covid-19 bermutasi dan vaksinasi yang sudah kita terima tidak bisa menangkalnya, obat ini bisa,” jelas Roberts.
Penderita Covid-19 nantinya bisa minum obat di rumah selama 5 hari, dan diyakini akan langsung pulih.
Menurut Roberts, produsen obat Merck saat ini sudah berada di belakangnya. Merck memiliki sumber daya untuk melakukan uji coba yang cukup besar untuk dikirim ke FDA (BPOM AS, Red) guna mendapatkan Otorisasi Penggunaan Darurat, bahkan otoritas penuh.
Obat ini, kata Roberts, juga dapat digunakan untuk orang yang belum divaksinasi. Bentuknya adalah pil, bukan infus seperti di rumah sakit.
Obat tersebut kini dikembangkan bersama oleh dua perusahaan farmasi besar yaitu Rigibel di Jerman, dan Merck di Amerika Serikat. Molnupiravir sudah melewati uji klinis fase pertama dan kedua pada manusia. Efeknya 100 persen.
Uji klinis fase 3 saat ini hampir berakhir, dan efeknya sangat bagus. Sayangnya, belum ada kepastian kapan obat ini akan tersedia.
Seorang mantan profesor Harvard Medical School and Harvard School of Public Health, William A Haseltine menyambut positif kehadiran obat tersebut. "Obat dapat mencapai tujuan akhirnya untuk mengurangi lamanya infeksi Covid-19. Obat ini akan dikaji secara lebih mendalam setelah rilis data lengkap dari uji coba," katanya di Forbes.
Molnupiravir, kata Haseltine, bisa menjadi alternatif obat Xofluza yang banyak digunakan untuk pengobatan Covid-19. Dia sekaligus menjadi obat tambahan ampuh untuk melawan Covid-19, selain dengan vaksin. Bagi varian virus baru yang lebih kuat, obat ini dinilai cukup efektif.
Obat yang sejenis Molnupiravir bukan barang baru, karena telah dikembangkan sebagai obat pencegahan dan pengobatan untuk SARS-CoV dan MERS pada awal 2000-an. Obat telah terbukti bekerja melawan banyak virus yang menggunakan RNA polymerase seperti SARS-CoV-2 bereplikasi.