26.3 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Bibir Sumbing dan Celah Langit-langit Mulut Harus Cepat Ditangani

PALANGKA RAYA – Kapolda Kalteng melalui Kabid Humas Polda Kalteng,
Kombes Pol Hendra Rochmawan menghimbau masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng)
yang memiliki keluarga terkena kasus bibir sumbing maupun celah langit-langit
mulut untuk segera dibawa berobat.

“Hal ini sesuai keterangan
dari dokter yang kami dapatkan,” kata Hendra, Senin (17/6/2019).

Lebih lanjut, Hendra
mengungkapkan berdasarkan keterangan dokter jika pengobatan paling baik yakni
usia yang masih dini, maksimal berusia 2 tahun. Oleh sebab itu, ia mengharapkan
jika usia sudah mencapai 2 tahun, secepatnya dibawa untuk berobat.

Hendra juga mengatakan hal ini
bertujuan agar fungsi dari bibir sumbing dan celah langit-langit mulut bisa
kembali dengan normal. Selain itu, estetika yang bersangkutan juga berpengaruh.

“Begitu juga dari segi
psikologi berdampak positif dan fungsi indra juga kembali normal. Sekali lagi
kami harapkan berobatlah sedini mungkin,” tuturnya.

Dikutip dari laman alodokter, bibir
sumbing adalah kondisi kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah atau
belahan pada bibir bagian atas. Celah tersebut bisa terdapat di tengah, kanan,
atau bagian kiri bibir. Selain di bibir atas, sumbing juga bisa terjadi pada
langit-langit mulut. Kondisi ini biasa disebut dengan langit-langit sumbing.

Bibir sumbing dan langit-langit
sumbing terjadi karena jaringan di bibir bayi atau di langit-langit mulut bayi
saat di dalam rahim tidak menyatu, sehingga meninggalkan celah. Normalnya
proses penyatuan tersebut terjadi pada bulan kedua dan ketiga di masa
kehamilan.

Baca Juga :  Waspada jika Wajah Pucat dan Sering Mimisan

Hingga saat ini belum diketahui
secara pasti apa yang menyebabkan bibir sumbing dan langit-langit sumbing.
Namun para ahli percaya bahwa kondisi ini terjadi akibat kombinasi faktor genetik
dan lingkungan.

Beberapa faktor berikut ini
mungkin bisa meningkatkan risiko pasangan memiliki bayi yang terlahir sumbing.
Di antaranya adalah:

·        
Genetik.
Bayi yang lahir dari orang tua dengan kondisi bibir sumbing dan langit-langit
sumbing atau memiliki saudara dengan keadaan tersebut lebih berisiko mengalami
kondisi yang sama.

·        
Gender.
Bayi laki-laki dua kali lebih berisiko mengalami cacat lahir ini dibanding bayi
perempuan. Pada bayi laki-laki, kondisi bibir sumbing bisa terjadi dengan atau
tanpa disertai langit-langit sumbing. Sedangkan langit-langit sumbing tanpa
disertai bibir sumbing lebih umum terjadi pada bayi perempuan.

·        
Diabetes.
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa wanita yang didiagnosa menderita
diabetes sebelum masa kehamilan berisiko tinggi melahirkan bayi dengan bibir
sumbing.

·        
Obesitas
selama masa kehamilan
. Bayi dari ibu penderita obesitas berisiko terlahir
dengan bibir sumbing atau langit-langit sumbing.

·        
Paparan
zat tertentu selama masa kehamilan
. Ibu yang merokok dan mengonsumsi alkohol
selama masa kehamilan berisiko melahirkan bayi dengan kondisi bibir sumbing dan
langit-langit sumbing. Selain itu, konsumsi tablet kortikosteroid dan
obat-obatan antikejang pada masa awal kehamilan juga dihubungkan dengan
beberapa kasus bibir sumbing.

Baca Juga :  Waduh! Pria yang Terjangkit Corona Bisa Mandul

·        
Kekurangan
asam folat di masa kehamilan
.

Pada beberapa kasus, bibir
sumbing merupakan bagian dari kondisi-kondisi yang juga dapat menyebabkan cacat
lahir, seperti sindrom DiGeorge, sindrom Pierre Robin, dan sindrom Van der
Woude.

Bayi dan anak yang mengalami
bibir sumbing berpotensi mengalami beberapa komplikasi seperti:

·        
Gangguan pendengaran. Penumpukkan cairan dalam
telinga dan infeksi telinga berulang berisiko untuk menimbulkan gangguan
pendengaran.

·        
Masalah pertumbuhan gigi. Jika belahan meluas
hingga ke bagian gusi atas, pertumbuhan gigi bayi akan terganggu.

·        
Kesulitan dalam menghisap ASI.

·        
Kesulitan dalam berkomunikasi. Bibir sumbing
dapat membuat perkembangan suara anak terganggu dan akan terdengar sengau.

Untuk mengatasi komplikasi yang
terjadi, dapat diberikan pengobatan tambahan, di antaranya adalah:

Pengobatan infeksi telinga. Pengobatan
ortodontik, seperti pemasangan kawat gigi. Terapi bicara untuk memperbaiki
kesulitan dalam berbicara. Alat bantu dengar untuk anak yang kehilangan
pendengaran dan menggunakan botol khusus atau alat lainnya untuk memberi makan
pada anak.

Anak dengan bibir sumbing mungkin
mengalami masalah dalam emosi, perilaku, dan kehidupan sosialnya karena
penampilannya yang berbeda dan stres menjalani berbagai macam prosedur medis.
Konsultasi dengan psikolog dapat membantu anak untuk menghadapi keadaan ini. (atm/nto)

PALANGKA RAYA – Kapolda Kalteng melalui Kabid Humas Polda Kalteng,
Kombes Pol Hendra Rochmawan menghimbau masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng)
yang memiliki keluarga terkena kasus bibir sumbing maupun celah langit-langit
mulut untuk segera dibawa berobat.

“Hal ini sesuai keterangan
dari dokter yang kami dapatkan,” kata Hendra, Senin (17/6/2019).

Lebih lanjut, Hendra
mengungkapkan berdasarkan keterangan dokter jika pengobatan paling baik yakni
usia yang masih dini, maksimal berusia 2 tahun. Oleh sebab itu, ia mengharapkan
jika usia sudah mencapai 2 tahun, secepatnya dibawa untuk berobat.

Hendra juga mengatakan hal ini
bertujuan agar fungsi dari bibir sumbing dan celah langit-langit mulut bisa
kembali dengan normal. Selain itu, estetika yang bersangkutan juga berpengaruh.

“Begitu juga dari segi
psikologi berdampak positif dan fungsi indra juga kembali normal. Sekali lagi
kami harapkan berobatlah sedini mungkin,” tuturnya.

Dikutip dari laman alodokter, bibir
sumbing adalah kondisi kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah atau
belahan pada bibir bagian atas. Celah tersebut bisa terdapat di tengah, kanan,
atau bagian kiri bibir. Selain di bibir atas, sumbing juga bisa terjadi pada
langit-langit mulut. Kondisi ini biasa disebut dengan langit-langit sumbing.

Bibir sumbing dan langit-langit
sumbing terjadi karena jaringan di bibir bayi atau di langit-langit mulut bayi
saat di dalam rahim tidak menyatu, sehingga meninggalkan celah. Normalnya
proses penyatuan tersebut terjadi pada bulan kedua dan ketiga di masa
kehamilan.

Baca Juga :  Waspada jika Wajah Pucat dan Sering Mimisan

Hingga saat ini belum diketahui
secara pasti apa yang menyebabkan bibir sumbing dan langit-langit sumbing.
Namun para ahli percaya bahwa kondisi ini terjadi akibat kombinasi faktor genetik
dan lingkungan.

Beberapa faktor berikut ini
mungkin bisa meningkatkan risiko pasangan memiliki bayi yang terlahir sumbing.
Di antaranya adalah:

·        
Genetik.
Bayi yang lahir dari orang tua dengan kondisi bibir sumbing dan langit-langit
sumbing atau memiliki saudara dengan keadaan tersebut lebih berisiko mengalami
kondisi yang sama.

·        
Gender.
Bayi laki-laki dua kali lebih berisiko mengalami cacat lahir ini dibanding bayi
perempuan. Pada bayi laki-laki, kondisi bibir sumbing bisa terjadi dengan atau
tanpa disertai langit-langit sumbing. Sedangkan langit-langit sumbing tanpa
disertai bibir sumbing lebih umum terjadi pada bayi perempuan.

·        
Diabetes.
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa wanita yang didiagnosa menderita
diabetes sebelum masa kehamilan berisiko tinggi melahirkan bayi dengan bibir
sumbing.

·        
Obesitas
selama masa kehamilan
. Bayi dari ibu penderita obesitas berisiko terlahir
dengan bibir sumbing atau langit-langit sumbing.

·        
Paparan
zat tertentu selama masa kehamilan
. Ibu yang merokok dan mengonsumsi alkohol
selama masa kehamilan berisiko melahirkan bayi dengan kondisi bibir sumbing dan
langit-langit sumbing. Selain itu, konsumsi tablet kortikosteroid dan
obat-obatan antikejang pada masa awal kehamilan juga dihubungkan dengan
beberapa kasus bibir sumbing.

Baca Juga :  Waduh! Pria yang Terjangkit Corona Bisa Mandul

·        
Kekurangan
asam folat di masa kehamilan
.

Pada beberapa kasus, bibir
sumbing merupakan bagian dari kondisi-kondisi yang juga dapat menyebabkan cacat
lahir, seperti sindrom DiGeorge, sindrom Pierre Robin, dan sindrom Van der
Woude.

Bayi dan anak yang mengalami
bibir sumbing berpotensi mengalami beberapa komplikasi seperti:

·        
Gangguan pendengaran. Penumpukkan cairan dalam
telinga dan infeksi telinga berulang berisiko untuk menimbulkan gangguan
pendengaran.

·        
Masalah pertumbuhan gigi. Jika belahan meluas
hingga ke bagian gusi atas, pertumbuhan gigi bayi akan terganggu.

·        
Kesulitan dalam menghisap ASI.

·        
Kesulitan dalam berkomunikasi. Bibir sumbing
dapat membuat perkembangan suara anak terganggu dan akan terdengar sengau.

Untuk mengatasi komplikasi yang
terjadi, dapat diberikan pengobatan tambahan, di antaranya adalah:

Pengobatan infeksi telinga. Pengobatan
ortodontik, seperti pemasangan kawat gigi. Terapi bicara untuk memperbaiki
kesulitan dalam berbicara. Alat bantu dengar untuk anak yang kehilangan
pendengaran dan menggunakan botol khusus atau alat lainnya untuk memberi makan
pada anak.

Anak dengan bibir sumbing mungkin
mengalami masalah dalam emosi, perilaku, dan kehidupan sosialnya karena
penampilannya yang berbeda dan stres menjalani berbagai macam prosedur medis.
Konsultasi dengan psikolog dapat membantu anak untuk menghadapi keadaan ini. (atm/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru