30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Waspada jika Wajah Pucat dan Sering Mimisan

15 Februari 2021 diperingati sebagai Hari Kanker Anak
se-Dunia. Di antara jenis kank-er yang diderita anak adalah kanker darah Acute
lymphoblastic leukemia atau leukemia limfoblastik akut (LLA). Untuk mengenal
apa itu LLA, bagaimana gejala dan pengobatan-nya, berikut petikan wawancara
Wartawan Kalteng Pos (Grup prokalteng,co) Mohamamd Ismail dengan dr Andar
Sitanggang MSc SpA, dokter spesialis anak RSUD dr Doris Sylvanus, Selasa
(16/2).

Dokter, apa gejala klinis leukemia yang bisa dikenali
pada anak?

Kanker darah atau leukemia memiliki be-berapa gejala.
Gejala klinisnya wajah pucat, disertai gampang sakit berulang, seperti batuk,
pilek. Bisa mendadak mimisan, gusi berdarah. Kadang muncul bintik-bintik merah
pada kulit, seperti orang sakit demam berdarah, karena trombositnya rendah.
Kadang jika diperiksa perutnya, hati dan limpa akan teraba bengkak. Kadang juga
bagian leher membengkak, karena kelenjar getah bening banyak.

Apa yang terjadi pada penderita Leukemia ?

Penyakit ini terjadi ketika sel darah putih yang belum
matang (limfoblast) memper-banyak diri secara cepat dan agresif. Ini terjadi
karena kesalahan proses produksi sel darah putih di sumsung tulang. Darah
pabriknya di sumsum tulang. Sebelum menjadi darah putih yang matang atau
dewasa, ada urut-urutannya. Pada kasus leukemia, sel darah putih yang harusnya
me-lalui sejumlah proses untuk menjadi matang dan siap pakai, tiba-tiba
berhenti di tengah proses. Misalnya proses sel darah putih untuk menjadi dewasa
atau matang, harus melalui tahapan, A, B, C, D, E dan F. Nah, pada kasus ini,
sel darah putih berhenti prosesnya di tahap D. Jumlahnya banyak sekali.
Harus-nya tidak boleh keluar dari sumsum tulang karena belum matang. Karena
jumlah yang banyak tidak bisa dit-ampung di sumsum tulang, dan akhirnya sel
muda darah putih yang masih tahap D terse-but keluar dan menyebar ke seluruh
tubuh. Karena tidak sempurna prosesnya, akhirnya sel darah putih ini tak mampu
berbuat apa-apa untuk melawan penyakit yang masuk ke tubuh. Jadi kekebalan
tubuh menurun.

Baca Juga :  Selamatkan 25 Juta Anak Agar Tetap Diimunisasi Selama Pandemi

 Apakah ada rentang
usia penderita yang dominan?

Sebenarnya tidak ada yang pasti. Jika usia saat
terdiagnosis semakin rendah, misalnya di bawah usia 1 tahun, maka prognosisnya
akan semakin buruk. Risiko kematian jadi semakin besar. Semisal bila
terdiagnosis di umur 7 tahun (usia 1-9 tahun) terdeteksi leukemia limfo-blastik
akut (LLA). Kemudian pemeriksaan darah pertama kalinya leukosit tidak tinggi,
dan parameter lainnya tidak berat, harapan hidupnya dengan pengobatan yang
terstan-dar itu lebih baik.

Bagaimana peluang sembuh penderita leukemia ini?

Syukurnya sistem pengobatannya di Indo-nesia telah
tersedia. Pengobatannya harus melalui kemoterapi dengan durasi sampai dua
tahun. Pengobatannya panjang. Mele-lahkan bagi pasien dan keluarga. Untungnya
saat ini tertolong dengan sistem asuransi BPJS Kesehatan. Pasien tidak sampai
harus menjual harta benda, sehingga ekonomi keluarga bisa diselamatkan. Peluang
sembuh tergantung pada jenisnya. Jika pada penderita leukemia limfoblastik akut
peluang sembuh bisa sampai 80 persen. Syaratnya harus menjalani kemoterapi
den-gan baik dan tidak ada masalah berat lain se-lama proses pengobatannya.
Tapi leukemia jenis lain peluang sembuhnya lebih kecil.

Kemoterapi bisa membawa efek bagi si pasien ?

Sebenarnya kemoterapi tujuan utamanya untuk menghilangkan
atau membunuh sel-sel kanker. Tapi ketika masuk ke dalam tubuh, obat kemoterapi
tidak bisa memilih hanya menyerang sel kanker, tapi juga ke sel lainnya. Ini
yang sering jadi problem dan membawa efek, seperti rambut rontok, kadang
muntah, mencret.

Karena tujuannya untuk menekan sel-sel darah muda yang
belum matang di sumsum tulang, maka obat kemoterapi akan menekan semua sel
darah lainnya. Efeknya ketika kemoterapi, trombositnya juga jadi turun, sel
darah putih berkurang. Ketika itu terjadi, bisa terjadi perdarahan,
muntah-muntah, diare, ketika buang air besar, kotorannya bisa ber-campur darah.
Itu pengalaman saya ketika merawat pasien leukemia di Jawa.

Baca Juga :  Bebas White Cast, Kenali Penggunaan Sunscreen yang Tepat Untuk Make-u

Apakah leukemia ini bisa dicegah ?

Jika kita bertanya apakah bisa dicegah, maka kita harus
tahu dulu sumbernya. Jika kita tahu sumbernya maka kita akan tahu cara
mencegahnya. Problemnya, sampai sek-arang tidak diketahui penyebabnya. Apakah
ada kaitannya dengan keturunan? Ada, tapi tidak banyak, tidak sampai 20 persen.
Lain-nya tidak diketahui penyebabnya.

Selain kesehatan, apakah ada dampak sosial juga bagi
penderita?

Anak-anak yang menderita leukemia secara sosial akan
hidup berbeda dengan teman-temannya. Jadi mereka tidak bisa bermain dengan
anak-anak lain. Tidak memiliki kebebasan waktu. Mau tidak mau hidup mereka
terisolasi karena penyakit ini menuntut mereka lebih sering berada di rumah
sakit. Kita wajib berempati kepada mereka. Berbela rasa.

Para penderita leukemia ber-juangnya secara fi sik maupun
mental. Masa anak-anak mereka yang normal diisi dengan bermain, ini tidak
ada.Kita juga perlu berbela rasa dengan orang tuanya. Orangtua dari anak
penderita leu-kemia perlu kita beri dukungan. Kadang kita lupa, karena anaknya
yang sakit, kita hanya beri dukungan kepada anaknya. Padahal orangtuanya bisa
terpukulnya berkali-kali. Karena orangtua akan menghadapi ma-salah-masalah
psikologi-sosial lain sebagai dampak lanjutan dari kondisi anaknya yang
menderita leukemia ini.

Apa saran dokter
untuk memberikan dukungan ?Saran saya, ke depannya perlu disediakan semacam
komunitas dukungan bagi orang-tua dari anak penderita leukemia. Sehingga mereka
para orang tua yang anaknya mend-erita leukemia, punya wadah saling berbagi dan
saling mendukung.

15 Februari 2021 diperingati sebagai Hari Kanker Anak
se-Dunia. Di antara jenis kank-er yang diderita anak adalah kanker darah Acute
lymphoblastic leukemia atau leukemia limfoblastik akut (LLA). Untuk mengenal
apa itu LLA, bagaimana gejala dan pengobatan-nya, berikut petikan wawancara
Wartawan Kalteng Pos (Grup prokalteng,co) Mohamamd Ismail dengan dr Andar
Sitanggang MSc SpA, dokter spesialis anak RSUD dr Doris Sylvanus, Selasa
(16/2).

Dokter, apa gejala klinis leukemia yang bisa dikenali
pada anak?

Kanker darah atau leukemia memiliki be-berapa gejala.
Gejala klinisnya wajah pucat, disertai gampang sakit berulang, seperti batuk,
pilek. Bisa mendadak mimisan, gusi berdarah. Kadang muncul bintik-bintik merah
pada kulit, seperti orang sakit demam berdarah, karena trombositnya rendah.
Kadang jika diperiksa perutnya, hati dan limpa akan teraba bengkak. Kadang juga
bagian leher membengkak, karena kelenjar getah bening banyak.

Apa yang terjadi pada penderita Leukemia ?

Penyakit ini terjadi ketika sel darah putih yang belum
matang (limfoblast) memper-banyak diri secara cepat dan agresif. Ini terjadi
karena kesalahan proses produksi sel darah putih di sumsung tulang. Darah
pabriknya di sumsum tulang. Sebelum menjadi darah putih yang matang atau
dewasa, ada urut-urutannya. Pada kasus leukemia, sel darah putih yang harusnya
me-lalui sejumlah proses untuk menjadi matang dan siap pakai, tiba-tiba
berhenti di tengah proses. Misalnya proses sel darah putih untuk menjadi dewasa
atau matang, harus melalui tahapan, A, B, C, D, E dan F. Nah, pada kasus ini,
sel darah putih berhenti prosesnya di tahap D. Jumlahnya banyak sekali.
Harus-nya tidak boleh keluar dari sumsum tulang karena belum matang. Karena
jumlah yang banyak tidak bisa dit-ampung di sumsum tulang, dan akhirnya sel
muda darah putih yang masih tahap D terse-but keluar dan menyebar ke seluruh
tubuh. Karena tidak sempurna prosesnya, akhirnya sel darah putih ini tak mampu
berbuat apa-apa untuk melawan penyakit yang masuk ke tubuh. Jadi kekebalan
tubuh menurun.

Baca Juga :  Selamatkan 25 Juta Anak Agar Tetap Diimunisasi Selama Pandemi

 Apakah ada rentang
usia penderita yang dominan?

Sebenarnya tidak ada yang pasti. Jika usia saat
terdiagnosis semakin rendah, misalnya di bawah usia 1 tahun, maka prognosisnya
akan semakin buruk. Risiko kematian jadi semakin besar. Semisal bila
terdiagnosis di umur 7 tahun (usia 1-9 tahun) terdeteksi leukemia limfo-blastik
akut (LLA). Kemudian pemeriksaan darah pertama kalinya leukosit tidak tinggi,
dan parameter lainnya tidak berat, harapan hidupnya dengan pengobatan yang
terstan-dar itu lebih baik.

Bagaimana peluang sembuh penderita leukemia ini?

Syukurnya sistem pengobatannya di Indo-nesia telah
tersedia. Pengobatannya harus melalui kemoterapi dengan durasi sampai dua
tahun. Pengobatannya panjang. Mele-lahkan bagi pasien dan keluarga. Untungnya
saat ini tertolong dengan sistem asuransi BPJS Kesehatan. Pasien tidak sampai
harus menjual harta benda, sehingga ekonomi keluarga bisa diselamatkan. Peluang
sembuh tergantung pada jenisnya. Jika pada penderita leukemia limfoblastik akut
peluang sembuh bisa sampai 80 persen. Syaratnya harus menjalani kemoterapi
den-gan baik dan tidak ada masalah berat lain se-lama proses pengobatannya.
Tapi leukemia jenis lain peluang sembuhnya lebih kecil.

Kemoterapi bisa membawa efek bagi si pasien ?

Sebenarnya kemoterapi tujuan utamanya untuk menghilangkan
atau membunuh sel-sel kanker. Tapi ketika masuk ke dalam tubuh, obat kemoterapi
tidak bisa memilih hanya menyerang sel kanker, tapi juga ke sel lainnya. Ini
yang sering jadi problem dan membawa efek, seperti rambut rontok, kadang
muntah, mencret.

Karena tujuannya untuk menekan sel-sel darah muda yang
belum matang di sumsum tulang, maka obat kemoterapi akan menekan semua sel
darah lainnya. Efeknya ketika kemoterapi, trombositnya juga jadi turun, sel
darah putih berkurang. Ketika itu terjadi, bisa terjadi perdarahan,
muntah-muntah, diare, ketika buang air besar, kotorannya bisa ber-campur darah.
Itu pengalaman saya ketika merawat pasien leukemia di Jawa.

Baca Juga :  Bebas White Cast, Kenali Penggunaan Sunscreen yang Tepat Untuk Make-u

Apakah leukemia ini bisa dicegah ?

Jika kita bertanya apakah bisa dicegah, maka kita harus
tahu dulu sumbernya. Jika kita tahu sumbernya maka kita akan tahu cara
mencegahnya. Problemnya, sampai sek-arang tidak diketahui penyebabnya. Apakah
ada kaitannya dengan keturunan? Ada, tapi tidak banyak, tidak sampai 20 persen.
Lain-nya tidak diketahui penyebabnya.

Selain kesehatan, apakah ada dampak sosial juga bagi
penderita?

Anak-anak yang menderita leukemia secara sosial akan
hidup berbeda dengan teman-temannya. Jadi mereka tidak bisa bermain dengan
anak-anak lain. Tidak memiliki kebebasan waktu. Mau tidak mau hidup mereka
terisolasi karena penyakit ini menuntut mereka lebih sering berada di rumah
sakit. Kita wajib berempati kepada mereka. Berbela rasa.

Para penderita leukemia ber-juangnya secara fi sik maupun
mental. Masa anak-anak mereka yang normal diisi dengan bermain, ini tidak
ada.Kita juga perlu berbela rasa dengan orang tuanya. Orangtua dari anak
penderita leu-kemia perlu kita beri dukungan. Kadang kita lupa, karena anaknya
yang sakit, kita hanya beri dukungan kepada anaknya. Padahal orangtuanya bisa
terpukulnya berkali-kali. Karena orangtua akan menghadapi ma-salah-masalah
psikologi-sosial lain sebagai dampak lanjutan dari kondisi anaknya yang
menderita leukemia ini.

Apa saran dokter
untuk memberikan dukungan ?Saran saya, ke depannya perlu disediakan semacam
komunitas dukungan bagi orang-tua dari anak penderita leukemia. Sehingga mereka
para orang tua yang anaknya mend-erita leukemia, punya wadah saling berbagi dan
saling mendukung.

Terpopuler

Artikel Terbaru