PROKALTENG.CO
– Seseorang bisa mendapatkan sinyal atau alarm kesehatan saat tubuhnya
menunjukkan masalah. Salah satunya dengan pola Buang Air Besar (BAB) yang
dialami. Jika sering BAB dan berdarah, Anda perlu waspada. Bisa saja menjadi
salah satu gejala kanker kolorektal atau kanker usus besar.
Dalam
rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal pada bulan Maret,
Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC) bersama PT
Merck Tbk mengajak masyarakat Indonesia terkait pentingnya deteksi dini kanker
usus besar (kolorektal). Agar tidak terlambat ditangani untuk meningkatkan keberhasilan
pengobatan dan penyembuhan.
Kanker
kolorektal merupakan salah satu jenis kanker dengan kasus terbanyak di dunia.
Di Indonesia telah menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan baik pada pria
maupun perempuan.
Menurut
Ketua Umum CISC Aryanthi Baramuli Putri, kanker kolorektal adalah jenis kanker
yang bersumber dari usus besar. Kanker Kolorektal pada umumnya menyerang orang
dewasa atau yang lebih tua. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kanker
tersebut dapat menyerang segala usia.
“Pada umumnya kanker ini dimulai sebagai
gumpalan sel kecil non-kanker (jinak) yang disebut polip yang terbentuk di
bagian dalam usus besar. Seiring waktu, beberapa polip ini bisa menjadi kanker
kolorektal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat,†katanya dalam seminar
online baru-baru ini.
“Meningkatkan
kepedulian masyarakat Indonesia terhadap kanker kolorektal dan pentingnya
deteksi dini
penyakit
kanker yang pada umumnya baru ditangani saat sudah mencapai stadium lanjut,â€
tambahnya.
Dia
berharap masyarakat memahami gejala-gejala kanker kolorektal yang sulit
terdeteksi pada tahap awal untuk meminimalisir penanganan yang terlambat.
Banyak penderita kanker kolorektal yang tidak mengalami gejala pada tahap awal
penyakit.
Beberapa
gejala kanker kolorektal termasuk; perubahan dalam kebiasaan BAB secara terus
menerus, terdapat darah pada tinja, kelemahan atau kelelahan, ketidaknyamanan
perut seperti kram, gas, atau nyeri, anemia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan. Ketika gejala muncul, kemungkinan besar akan
bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi kanker di usus besar.
“Banyak
pasien kanker kolorektal yang terdiagnosis pada stadium lanjut, yang pada
akhirya membuat proses penyembuhan serta pengobatan menjadi lebih sulit, lebih
mahal dan tingkat keberhasilan pengobatan yang lebih rendah,†katanya.
Menurut
data yang dikumpulkan oleh Globocan (2020) kejadian kanker kolorektal
mendominasi 12,4 persen kasus kanker dunia, dengan 17.368 kasus di Indonesia
pada 2020 sendiri membuat kanker ini menempati urutan ke-6 dengan penderita
terbanyak. Meski dengan angka kematian 4,0 persen secara keseluruhan di
Indonesia masih banyak masyarakat yang tidak menghiraukan penyakit ini sebab
gejala awal yang sulit terdeteksi.