26.6 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Risiko Penularan Lewat Aerosol, WHO Peringatkan Tunda ke Dokter Gigi

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan agar orang-orang menunda pergi ke dokter gigi
jika tidak darurat. Penundaan dianjurkan sampai tingkat penularan Covid-19
turun secara signifikan.

WHO
juga memperingatkan publik tentang risiko prosedur perawatan gigi yang mungkin
menghasilkan semprotan aerosol dari mulut pasien. Menurut WHO, pembersihan gigi
dan perawatan preventif bisa ditunda. Mereka sudah merilis pedoman bagi dokter
gigi tentang cara meminimalkan risiko penularan selama pandemi.

Selain
itu, WHO mengatakan bahwa ada beberapa prosedur dalam sistem perawatan
kesehatan mulut yang dapat dilakukan dengan cara meminimalkan aerosol atau
tetesan mikro yang menggantung di udara.

Dilansir
dari Science Times, Kamis (13/8), pedoman yang dikeluarkan oleh WHO menyatakan
bahwa perawatan kesehatan mulut non-esensial rutin termasuk pemeriksaan
kesehatan mulut, pembersihan gigi, dan perawatan pencegahan harus ditunda
hingga tingkat penularan Covid-19 turun secara signifikan. Lebih lanjut,
pedoman yang sama harus diterapkan untuk perawatan gigi estetika. Namun, dokter
gigi tetap diizinkan untuk melakukan operasi dalam situasi di mana perawatan
segera diperlukan untuk menjaga fungsi mulut, mengatasi rasa sakit yang parah,
dan menjamin kualitas hidup.

Baca Juga :  Terlalu Lama Duduk Saat WFH, Waspadai Munculnya Gejala Wasir

Mereka
juga menyebutkan bahwa akan lebih baik jika pasien dapat diskrining dari jarak
jauh sebelum janji temu dengan dokter. Sebab, dokter gigi paling depan
berhadap-hadapan langsung dengan mulut pasien.

Perawatan
gigi melibatkan komunikasi tatap muka yang erat dan paparan air liur pasien,
darah, cairan tubuh lain, dan instrumen tajam yang sering mereka gunakan selama
prosedur. Akibatnya, dokter gigi berisiko tinggi tertular atau menularkan
infeksi kepada pasien mereka.

Misalnya,
prosedur yang menimbulkan aerosol seperti pembersihan gigi menggunakan scaler
ultrasonik dan pemolesan yang bekerja dengan potongan tangan berkecepatan
tinggi atau rendah. Pencabutan gigi dengan operasi, dan penempatan implan.
Situasi ini meningkatkan kemungkinan penularan jika salah satu pasien atau
dokter sudah terinfeksi.

Baca Juga :  Simak ! Begini Cara Mengurangi Penularan Virus Korona Lewat Udara dala

WHO
telah mencantumkan cara-cara dalam panduan bagi para dokter gigi dalam
menangani gigi palsu dan peralatan ortodontik yang rusak dan juga karies atau
karang gigi. Sehingga bisa meminimalisir aerosol.

Kepala
Kedokteran Gigi WHO, Benoit Varenne, mengatakan kesehatan mulut merupakan
bagian dari sektor kesehatan yang terabaikan di banyak negara. “Di tingkat
global, perkiraan terakhir yang tersedia menunjukkan bahwa 3,5 miliar orang
terkena penyakit mulut,” kata Varenne.

Kondisi
kesehatan mulut yang paling umum pada manusia adalah karies gigi yang tidak
terawat pada gigi permanen. Menurut Varenne, sebuah survei menunjukkan bahwa 75
persen dari negara anggota WHO mengatakan bahwa layanan gigi di negaranya telah
terganggu selama pandemi virus Korona.

“Belum
lagi kurangnya alat pelindung diri bagi para dokter gigi yang bekerja selama
pandemi,” kata Varenne.

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan agar orang-orang menunda pergi ke dokter gigi
jika tidak darurat. Penundaan dianjurkan sampai tingkat penularan Covid-19
turun secara signifikan.

WHO
juga memperingatkan publik tentang risiko prosedur perawatan gigi yang mungkin
menghasilkan semprotan aerosol dari mulut pasien. Menurut WHO, pembersihan gigi
dan perawatan preventif bisa ditunda. Mereka sudah merilis pedoman bagi dokter
gigi tentang cara meminimalkan risiko penularan selama pandemi.

Selain
itu, WHO mengatakan bahwa ada beberapa prosedur dalam sistem perawatan
kesehatan mulut yang dapat dilakukan dengan cara meminimalkan aerosol atau
tetesan mikro yang menggantung di udara.

Dilansir
dari Science Times, Kamis (13/8), pedoman yang dikeluarkan oleh WHO menyatakan
bahwa perawatan kesehatan mulut non-esensial rutin termasuk pemeriksaan
kesehatan mulut, pembersihan gigi, dan perawatan pencegahan harus ditunda
hingga tingkat penularan Covid-19 turun secara signifikan. Lebih lanjut,
pedoman yang sama harus diterapkan untuk perawatan gigi estetika. Namun, dokter
gigi tetap diizinkan untuk melakukan operasi dalam situasi di mana perawatan
segera diperlukan untuk menjaga fungsi mulut, mengatasi rasa sakit yang parah,
dan menjamin kualitas hidup.

Baca Juga :  Terlalu Lama Duduk Saat WFH, Waspadai Munculnya Gejala Wasir

Mereka
juga menyebutkan bahwa akan lebih baik jika pasien dapat diskrining dari jarak
jauh sebelum janji temu dengan dokter. Sebab, dokter gigi paling depan
berhadap-hadapan langsung dengan mulut pasien.

Perawatan
gigi melibatkan komunikasi tatap muka yang erat dan paparan air liur pasien,
darah, cairan tubuh lain, dan instrumen tajam yang sering mereka gunakan selama
prosedur. Akibatnya, dokter gigi berisiko tinggi tertular atau menularkan
infeksi kepada pasien mereka.

Misalnya,
prosedur yang menimbulkan aerosol seperti pembersihan gigi menggunakan scaler
ultrasonik dan pemolesan yang bekerja dengan potongan tangan berkecepatan
tinggi atau rendah. Pencabutan gigi dengan operasi, dan penempatan implan.
Situasi ini meningkatkan kemungkinan penularan jika salah satu pasien atau
dokter sudah terinfeksi.

Baca Juga :  Simak ! Begini Cara Mengurangi Penularan Virus Korona Lewat Udara dala

WHO
telah mencantumkan cara-cara dalam panduan bagi para dokter gigi dalam
menangani gigi palsu dan peralatan ortodontik yang rusak dan juga karies atau
karang gigi. Sehingga bisa meminimalisir aerosol.

Kepala
Kedokteran Gigi WHO, Benoit Varenne, mengatakan kesehatan mulut merupakan
bagian dari sektor kesehatan yang terabaikan di banyak negara. “Di tingkat
global, perkiraan terakhir yang tersedia menunjukkan bahwa 3,5 miliar orang
terkena penyakit mulut,” kata Varenne.

Kondisi
kesehatan mulut yang paling umum pada manusia adalah karies gigi yang tidak
terawat pada gigi permanen. Menurut Varenne, sebuah survei menunjukkan bahwa 75
persen dari negara anggota WHO mengatakan bahwa layanan gigi di negaranya telah
terganggu selama pandemi virus Korona.

“Belum
lagi kurangnya alat pelindung diri bagi para dokter gigi yang bekerja selama
pandemi,” kata Varenne.

Terpopuler

Artikel Terbaru