31.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Tensi Tinggi, Waspada Preeklamsia saat Hamil Memasuki Usia 20 Minggu

PROKALTENG.CO-Tingginya angka kematian ibu dan janin salah satu faktor pemicunya adalah preeklamsia. Kondisi preeklamsia atau komplikasi saat hamil menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Sayangnya, masih ada masyarakat, khususnya ibu hamil yang belum paham tentang preeklamsia dan risiko yang ditimbulkan. Salah satu pemicunya adalah tekanan darah yang tinggi.

Dalam diskusi ‘Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin’ bersama Roche Indonesia pada Hari Kesadaran Keguguran dan Kematian Bayi, masyarakat diedukasi soal kematian ibu dan janin yang mengalami peningkatan drastis. Salah satu komplikasi kesehatan yang sering ditemui pada ibu hamil adalah preeklamsia.

“Sayangnya, banyak ibu hamil yang belum mendapatkan informasi yang memadai tentang preeklamsia, gejalanya, dan risiko kesehatan yang bisa muncul jika kondisi ini terlambat ditangani,” kata Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia, Ahmed Hassan secara daring baru-baru ini.

Baca Juga :  Makan Siang Pakai Sambal Bisa Bangkitkan Mood dan Metabolisme

Dokter Spesialis Kandungan, dr. Aditya Kusuma, SpOG menjelaskan gejala-gejala preeklamsia tidak dirasakan pada awal kehamilan dan baru terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu. Sehingga, banyak ibu hamil yang terlambat dalam mendapatkan penanganan yang tepat ketika kondisi preeklamsia yang dimiliki sudah membahayakan ibu dan janin.

Preeklamsia memiliki berbagai risiko bagi ibu dan janin dalam jangka pendek ataupun panjang, misalnya persalinan prematur, berat badan bayi rendah saat lahir, placenta abruption, kejang yang dapat berkembang menjadi eklampsia, bahkan berpotensi mengakibatkan kematian.

Tensi Tinggi jadi Pemicu

Komplikasi ini biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi, termasuk kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati.

Preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal bagi ibu dan bayi, jika tidak ditangani dengan segera. Sayangnya, diagnosis preeklamsia terkadang terlewatkan karena banyak gejalanya tertutup oleh keluhan umum kehamilan seperti kaki bengkak, sakit kepala atau mual.

Baca Juga :  5 Minuman Terbaik Bagi Pasien Diabetes Agar Gula Darah Tetap Stabil

Inovasi Deteksi Dini

Deteksi dini preeklamsia menjadi hal yang perlu diperhatikan sejak awal kehamilan. Di mana, para ibu hamil saat ini dapat mengakses pengujian preeklamsia lewat tes darah di berbagai rumah sakit dan laboratorium. Salah satu inovasi untuk deteksi preeklamsia adalah tes darah dengan menggunakan biomarker sFlt-1/PlGF yang kini dapat memprediksi kemungkinan terjadinya preeklamsia pada kehamilan, bahkan sejak trimester pertama kehamilan.

Tentunya semakin dini kondisi preeklamsia dapat diprediksi, maka dokter dan ibu hamil dapat memberikan perawatan yang lebih cepat dan tepat. Inovasi ini merupakan yang pertama di dunia untuk mendeteksi preeklamsia pada tahap awal kehamilan.

PROKALTENG.CO-Tingginya angka kematian ibu dan janin salah satu faktor pemicunya adalah preeklamsia. Kondisi preeklamsia atau komplikasi saat hamil menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Sayangnya, masih ada masyarakat, khususnya ibu hamil yang belum paham tentang preeklamsia dan risiko yang ditimbulkan. Salah satu pemicunya adalah tekanan darah yang tinggi.

Dalam diskusi ‘Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin’ bersama Roche Indonesia pada Hari Kesadaran Keguguran dan Kematian Bayi, masyarakat diedukasi soal kematian ibu dan janin yang mengalami peningkatan drastis. Salah satu komplikasi kesehatan yang sering ditemui pada ibu hamil adalah preeklamsia.

“Sayangnya, banyak ibu hamil yang belum mendapatkan informasi yang memadai tentang preeklamsia, gejalanya, dan risiko kesehatan yang bisa muncul jika kondisi ini terlambat ditangani,” kata Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia, Ahmed Hassan secara daring baru-baru ini.

Baca Juga :  Makan Siang Pakai Sambal Bisa Bangkitkan Mood dan Metabolisme

Dokter Spesialis Kandungan, dr. Aditya Kusuma, SpOG menjelaskan gejala-gejala preeklamsia tidak dirasakan pada awal kehamilan dan baru terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu. Sehingga, banyak ibu hamil yang terlambat dalam mendapatkan penanganan yang tepat ketika kondisi preeklamsia yang dimiliki sudah membahayakan ibu dan janin.

Preeklamsia memiliki berbagai risiko bagi ibu dan janin dalam jangka pendek ataupun panjang, misalnya persalinan prematur, berat badan bayi rendah saat lahir, placenta abruption, kejang yang dapat berkembang menjadi eklampsia, bahkan berpotensi mengakibatkan kematian.

Tensi Tinggi jadi Pemicu

Komplikasi ini biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi, termasuk kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati.

Preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal bagi ibu dan bayi, jika tidak ditangani dengan segera. Sayangnya, diagnosis preeklamsia terkadang terlewatkan karena banyak gejalanya tertutup oleh keluhan umum kehamilan seperti kaki bengkak, sakit kepala atau mual.

Baca Juga :  5 Minuman Terbaik Bagi Pasien Diabetes Agar Gula Darah Tetap Stabil

Inovasi Deteksi Dini

Deteksi dini preeklamsia menjadi hal yang perlu diperhatikan sejak awal kehamilan. Di mana, para ibu hamil saat ini dapat mengakses pengujian preeklamsia lewat tes darah di berbagai rumah sakit dan laboratorium. Salah satu inovasi untuk deteksi preeklamsia adalah tes darah dengan menggunakan biomarker sFlt-1/PlGF yang kini dapat memprediksi kemungkinan terjadinya preeklamsia pada kehamilan, bahkan sejak trimester pertama kehamilan.

Tentunya semakin dini kondisi preeklamsia dapat diprediksi, maka dokter dan ibu hamil dapat memberikan perawatan yang lebih cepat dan tepat. Inovasi ini merupakan yang pertama di dunia untuk mendeteksi preeklamsia pada tahap awal kehamilan.

Terpopuler

Artikel Terbaru