26.6 C
Jakarta
Wednesday, April 24, 2024

Batuk Pilek Pada Anak dapat Akibatkan Infeksi Telinga

Batuk
dan pilek sering dianggap sebagai penyakit yang biasa oleh masyarakat awam
karena tidak menyebabkan kematian, tapi jika penyakit batuk pilek ini tidak
diobati dengan baik dan benar maka akan menimbulkan gangguan kesehatan lain
yang bisa menghambat aktivitas penderitanya.

Salah
satunya adalah Otitis Mediayang
disingkat dengan OM atau infeksi pada telinga bagian tengah yang disebabkan
oleh adanya sumbatan pada saluran yang menghubungkan antara saluran nafas atas
dan telinga bagian tengah yaitutuba eustachius
akibat dari batuk pilek lama yang tidak sembuh dan tidak diobati dengan baik
sehingga kuman akan masuk ke dalam telinga tengah dan menyebabkan infeksi.
Infeksi tersebut akan menimbulkan cairan yang terus menumpuk dan mendesak
gendang telinga, akibatnya terjadi kebocoran dan cairan tersebut keluar dari
gendang telinga dan dikenal sebagai congek selain itu juga secara langsung
terjadi penurunan pendengaran.

Kasus
OM terbanyak memang terjadi pada anak usia dibawah 10 tahun serta bayi usia 6
sampai 15 bulan, dikarenakan faktor anatomi tuba eustachius pada anak lebih
mendatar dibanding orang dewasa, sehingga infeksi pada hidung cepat menyebar ke
telinga. Selain itu daya tahan tubuh pada anak dan bayi belum sempurna sehingga
penyebaran infeksi lebih mudah terjadi apalagi pada bayi yang tidak mendapat
ASI eksklusif.

OM
dibagi menjadi dua katagori berdasarkan waktu yaitu OM akut jika terjadinya kurang dari dua bulan, dan OM kronik jika terjadi lebih dari dua
bulan, dilihat dari jenis cairannya , OM dapat dibagi menjadi tipe supuratif, yakni jika cairan yang keluar
dari telinga cenderung lebih kental, seperti lendir dari hidung, dan tipe nonsupuratif jika cairan cenderung lebih
cair dan jernih.

Baca Juga :  Penelitian Buktikan Ada Darah Beku Pada Organ Jenazah Pasien Covid-19

Gejala
OM pada tahap awal adalah adanya demam, rasa nyeri pada telinga, keluarnya
cairan berbau dari dalam telinga, telinga terasa penuh dan tertutup, sehingga
kemampuan mendengar akan menurun. Mengingat OM 
sering terjadi pada anak-anak dan bayi, orang tua dituntut untuk lebih
jeli melihat gejala yang ditunjukan pada bayi dan anak yang belum bisa
berbicara, yaitu anak dan bayi akan terlihat gelisah, sering memegang telinga
serta akan sering menangis karena nyeri. Pada keadaan tertentu anak dan bayi
yang mengalami OM akan terlihat tenang, karena cairan yang semula menekan gendang
telinga berhasil keluar karena gendang telinganya pecah, inilah yang disebut fase supuratif akut. Dan bila OM ini
tidak ditangani dengan baik lebih dari dari dua bulan maka infeksinya dapat
berkembang kearahfase kronik,
gejalanya adalah keluarnya cairan dari telinga secara terus menerus maupun
hilang timbul.

Penanganan
pasien dengan OM adalah segera membawa pasien ke dokter umum atau ke dokter
spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorok) terdekat, untuk selanjutnya akan
diberikan obat-obatan seperti obat untuk mengurangi rasa sakit, antibiotik,
obat cuci telinga, obat tetes telinga serta obat untuk mengurangi radang pada
telinga. Terapi yang diberikan tergantung pada fase mana infeksi OM tersebut,
lama terapi biasanya 2 sampai 4 minggu hingga kondisi pasien membaik. Gendang
telinga yang semula bocor, umumnya dapat membaik dengan sendirinya secara
spontan dalam waktu 2-3 bulan, akan tetapi jika gendang telinga tidak menutup
dalam kurun waktu 3 bulan tindakan operasi diperlukan untuk mengatasinya.

Baca Juga :  Benarkah Operasi Caesar Bikin Miss V Tetap Rapat? Ini Faktanya

Komplikasi
yang dapat terjadi jika infeksi telinga tersebut tidak ditangani dengan baik
adalah timbulnya infeksi pada telinga dalam atau disebut sebagai labirinitis, infeksi juga dapat menyebar
pada tulang mastoid yang terletak
dibelakang telinga atau disebut mastoiditis.
Sebelum ditemukannya antibiotik, infeksi pada telinga juga dapat menyebabkan
komplikasi yag serius diantaranya infeksi pada selaput otak seperti meningitis atau abses otak. Oleh karena
itu, disarankan agar orangtua tetap memeriksakan anaknya ke dokter walaupun
gejala infeksi telinganya telah sembuh.

Perlu
diketahui pencegahan penyakit OM yaitu dengan menjauhkan bayi dan anak-anak
dari lingkungan yang berasap atau lingkungan perokok, menghindari kontak
langsung dengan penderita infeksi pernafasan atau yang sedang mengalami
influenza, pemberian vaksin influenza serta ASI eksklusif hingga 6 bulan juga
sebagai tindakan preventif yang efektif pada bayi. Kebiasaan yang perlu
dihindari adalah mengorek telinga dengan cotton
bud
, karena dapat memperparah peradangan pada telinga, hindari juga
memberikan makan pada anak dan bayi dalam posisi berbaring, dan jangan membuang
ingus melalui hidung terlalu keras saat sedang flu.

Artikel
ini dibuat melihat dampak kabut asap yang sedang terjadi di Kalimantan Tengah
saat ini, dan diharapkan orangtua dapat mengambil tindakan yang tepat kepada
anak dan bayi yang sedang mengalami Batuk Pilek agar tidak sampai mengalami
infeksi pada telinga.(
Penulis
adalah dokter di RSUD Pulang Pisau)

Batuk
dan pilek sering dianggap sebagai penyakit yang biasa oleh masyarakat awam
karena tidak menyebabkan kematian, tapi jika penyakit batuk pilek ini tidak
diobati dengan baik dan benar maka akan menimbulkan gangguan kesehatan lain
yang bisa menghambat aktivitas penderitanya.

Salah
satunya adalah Otitis Mediayang
disingkat dengan OM atau infeksi pada telinga bagian tengah yang disebabkan
oleh adanya sumbatan pada saluran yang menghubungkan antara saluran nafas atas
dan telinga bagian tengah yaitutuba eustachius
akibat dari batuk pilek lama yang tidak sembuh dan tidak diobati dengan baik
sehingga kuman akan masuk ke dalam telinga tengah dan menyebabkan infeksi.
Infeksi tersebut akan menimbulkan cairan yang terus menumpuk dan mendesak
gendang telinga, akibatnya terjadi kebocoran dan cairan tersebut keluar dari
gendang telinga dan dikenal sebagai congek selain itu juga secara langsung
terjadi penurunan pendengaran.

Kasus
OM terbanyak memang terjadi pada anak usia dibawah 10 tahun serta bayi usia 6
sampai 15 bulan, dikarenakan faktor anatomi tuba eustachius pada anak lebih
mendatar dibanding orang dewasa, sehingga infeksi pada hidung cepat menyebar ke
telinga. Selain itu daya tahan tubuh pada anak dan bayi belum sempurna sehingga
penyebaran infeksi lebih mudah terjadi apalagi pada bayi yang tidak mendapat
ASI eksklusif.

OM
dibagi menjadi dua katagori berdasarkan waktu yaitu OM akut jika terjadinya kurang dari dua bulan, dan OM kronik jika terjadi lebih dari dua
bulan, dilihat dari jenis cairannya , OM dapat dibagi menjadi tipe supuratif, yakni jika cairan yang keluar
dari telinga cenderung lebih kental, seperti lendir dari hidung, dan tipe nonsupuratif jika cairan cenderung lebih
cair dan jernih.

Baca Juga :  Penelitian Buktikan Ada Darah Beku Pada Organ Jenazah Pasien Covid-19

Gejala
OM pada tahap awal adalah adanya demam, rasa nyeri pada telinga, keluarnya
cairan berbau dari dalam telinga, telinga terasa penuh dan tertutup, sehingga
kemampuan mendengar akan menurun. Mengingat OM 
sering terjadi pada anak-anak dan bayi, orang tua dituntut untuk lebih
jeli melihat gejala yang ditunjukan pada bayi dan anak yang belum bisa
berbicara, yaitu anak dan bayi akan terlihat gelisah, sering memegang telinga
serta akan sering menangis karena nyeri. Pada keadaan tertentu anak dan bayi
yang mengalami OM akan terlihat tenang, karena cairan yang semula menekan gendang
telinga berhasil keluar karena gendang telinganya pecah, inilah yang disebut fase supuratif akut. Dan bila OM ini
tidak ditangani dengan baik lebih dari dari dua bulan maka infeksinya dapat
berkembang kearahfase kronik,
gejalanya adalah keluarnya cairan dari telinga secara terus menerus maupun
hilang timbul.

Penanganan
pasien dengan OM adalah segera membawa pasien ke dokter umum atau ke dokter
spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorok) terdekat, untuk selanjutnya akan
diberikan obat-obatan seperti obat untuk mengurangi rasa sakit, antibiotik,
obat cuci telinga, obat tetes telinga serta obat untuk mengurangi radang pada
telinga. Terapi yang diberikan tergantung pada fase mana infeksi OM tersebut,
lama terapi biasanya 2 sampai 4 minggu hingga kondisi pasien membaik. Gendang
telinga yang semula bocor, umumnya dapat membaik dengan sendirinya secara
spontan dalam waktu 2-3 bulan, akan tetapi jika gendang telinga tidak menutup
dalam kurun waktu 3 bulan tindakan operasi diperlukan untuk mengatasinya.

Baca Juga :  Benarkah Operasi Caesar Bikin Miss V Tetap Rapat? Ini Faktanya

Komplikasi
yang dapat terjadi jika infeksi telinga tersebut tidak ditangani dengan baik
adalah timbulnya infeksi pada telinga dalam atau disebut sebagai labirinitis, infeksi juga dapat menyebar
pada tulang mastoid yang terletak
dibelakang telinga atau disebut mastoiditis.
Sebelum ditemukannya antibiotik, infeksi pada telinga juga dapat menyebabkan
komplikasi yag serius diantaranya infeksi pada selaput otak seperti meningitis atau abses otak. Oleh karena
itu, disarankan agar orangtua tetap memeriksakan anaknya ke dokter walaupun
gejala infeksi telinganya telah sembuh.

Perlu
diketahui pencegahan penyakit OM yaitu dengan menjauhkan bayi dan anak-anak
dari lingkungan yang berasap atau lingkungan perokok, menghindari kontak
langsung dengan penderita infeksi pernafasan atau yang sedang mengalami
influenza, pemberian vaksin influenza serta ASI eksklusif hingga 6 bulan juga
sebagai tindakan preventif yang efektif pada bayi. Kebiasaan yang perlu
dihindari adalah mengorek telinga dengan cotton
bud
, karena dapat memperparah peradangan pada telinga, hindari juga
memberikan makan pada anak dan bayi dalam posisi berbaring, dan jangan membuang
ingus melalui hidung terlalu keras saat sedang flu.

Artikel
ini dibuat melihat dampak kabut asap yang sedang terjadi di Kalimantan Tengah
saat ini, dan diharapkan orangtua dapat mengambil tindakan yang tepat kepada
anak dan bayi yang sedang mengalami Batuk Pilek agar tidak sampai mengalami
infeksi pada telinga.(
Penulis
adalah dokter di RSUD Pulang Pisau)

Terpopuler

Artikel Terbaru