SAMPIT – Berdasarkan
data dari RSUD dr Murjani Sampit, jumlah pasien tetap cuci darah di rumah sakit
tersebut, sekitar 36 orang. Total keseluruhan pasien ginjal yang pernah
ditangani di tempat itu mencapai 350 lebih, sejak RSUD dr Murjani memiliki unit
hemodialisa (Hd) yang diresmikan pada 2017. Jumlah pasien gagal ginjal terus
bertambah. Bahkan setiap bulan, tercatat ada 10 pasien baru yang ditangani di
RSUD Murjani Sampit.
“Bayangkan saja,
setiap bulan 10 pasien. Kalikan saja selama 3 tahun, angkanya bisa mencapai 350
orang lebih. Saat ini kami menangani pasien yang cek rutin 2 minggu satu kali
ada 36 pasien gagal ginjal,” kata direktur RSUD dr Murjani Sampit melalui
Kepala Ruang Unit Hemodialisa Fery Erawaty Burnama kepada Kalteng Pos, Jumat
(13/3).
Menurut dia, untuk
gagal ginjal, tidak seperti penyakit demam yang ada gejalanya. Sebab gagal
ginjal baru terasa saat sudah stadium 2 atau 3, bahkan bisa 4. “Untuk
kemungkinan sembuh, sangat sulit. Hanya lewat cuci darah itu saja. Itu pun
kemungkinannya sembuh kecil,†akuinya.
Fery Erawaty berharap,
masyarakat mengutamakan pola hidup sehat. Sering mengonsumsi buah, makan dan
minum yang sehat. Hindari makanan yang mengandung alkohol, soda dan makanan
yang sifatnya suplemen yang bisa memicu kerusakan ginjal.
“Jika ginjal rusak,
maka tidak ada lagi penyaring di tubuh jika ada racun yang masuk. Sebab ginjal
itulah yang berfungsi untuk memfilter makanan ataupun minuman yang ada zat
berbahayanya,” ungkapnya.
Menurut dia, ada salah satu pasien gagal ginjal
yang harus menjalani cuci darah, Padahal umurnya baru 19 tahun. “Jadi,
gagal ginjal ini tidak memandang usia. Siapa saja bisa terkena. Saya harap
masyarakat Kotim agar memperhatikan pola makan, minum dan hidup. Biasakan hidup
sehat dan mengonsumsi makanan sehat,” harapnya. (rif/uni/ens/dar)