32.5 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

Ketahui Pengobatan Pasien Hipertensi Guna Cegah Gagal Jantung

Tekanan
darah tinggi atau hipertensi memang bisa berujung pada risiko penyakit jantung.
Salah satunya gagal jantung.
  Maka dari
itu pengobatan juga harus mengintervensi tekanan darah pasien agar lebih
stabil.

Dokter
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K) dari
RS Jantung Harapan Kita mengatakan, dengan konsensus penatalaksanaan
hipertensi, dokter akan merekomendasikan pemakaian obat pengendali darah tinggi
secara kombinasi sejak awal pengobatan untuk mencapai tekanan darah sesuai
target. Beberapa jenis obat pengendali tekanan darah, yaitu golongan Calcium
Channel Blocker (CCB), Diuretik, Penyekat Beta (Beta Blocker), Penyekat Alpha
(Alpha Blocker), Anti Converting Enzyme Inhibitor (ACE inhibitor), Angiotensinogen
Receptor Blocker (ARB), Central Blocker, Aldosteron Antagonist dan lain-lain

“Obat
hipertensi harus tetap diminum (tidak boleh dihentikan), melakukan monitoring
tekanan darah sendiri di rumah dengan Ambulatory Blood Pressure Monitoring
(ABPM) atau home

Baca Juga :  Jangan Konsumsi Makanan dan Minuman Ini Saat Batuk

blood
pressure monitoring (HBPM),” tegasnya dalam webinar bersama Bayer Indonesia,
Kamis (12/11).

Lalu
berbicara tentang manajemen hipertensi bagi pasien penyakit jantung di masa
pandemi Covid-19, selain harus minun obat dan mengukur tensi, pasien memang
tidak diperlukan evaluasi klinik rutin. Konsultasi dengan dokter dapat
dilakukan via telepon atau melalui video bila diperlukan.

“Nah
lalu bagi pasien hipertensi dengan Covid-19 positif rawat inap, pasien harus
tetap mengkonsumsi obat anti-hipertensi (tidak boleh dihentikan), tidak perlu
mengganti jenis obat anti hipertensi, monitoring aritmia yang sering terjadi
pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung, cek kadar kalium karena rendahnya
kadar kalium dalam darah (hypokalemia) sering terjadi pada pasien Covid-19 yang
dirawat,” tambahnya.

Konsensus
InaSH menunjukkan bahwa beberapa golongan obat dapat menjadi pilihan pertama,
seperti golongan CCB, ACEi/ARB dan diuretik, namun obat yang ideal adalah bukan
hanya mencapai target yang diinginkan namun juga mempertahankan stabilitas
tekanan darah dalam waktu 24 jam. Pengelolaan tekanan darah 24 jam sangat
penting dalam mengurangi risiko kardiovaskular.

Baca Juga :  Perlukah Konsumsi Suplemen Saat Musim Hujan?

Medical
Affairs Divisi Pharmaceuticals Bayer Indonesia dr. Gunawan Purdianto
mengatakan, kepatuhan pasien hipertensi dalam pengobatan penting untuk
dilakukan. Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan
angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan termasuk di Indonesia.

Untuk
itulah penting bagi pasien hipertensi maupun keluarganya, melakukan lima
langkah mudah untuk manajemen hipertensi. Apa saja?

Ketahui
target tekanan darah. kedua, konsultasikan dengan dokter untuk menentukan
target tekanan darah. ketiga, terapkan gaya hidup sehat. Keempat, selalu cek
tekanan darah di rumah. dan yang kelima, minum obat.

Tekanan
darah tinggi atau hipertensi memang bisa berujung pada risiko penyakit jantung.
Salah satunya gagal jantung.
  Maka dari
itu pengobatan juga harus mengintervensi tekanan darah pasien agar lebih
stabil.

Dokter
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K) dari
RS Jantung Harapan Kita mengatakan, dengan konsensus penatalaksanaan
hipertensi, dokter akan merekomendasikan pemakaian obat pengendali darah tinggi
secara kombinasi sejak awal pengobatan untuk mencapai tekanan darah sesuai
target. Beberapa jenis obat pengendali tekanan darah, yaitu golongan Calcium
Channel Blocker (CCB), Diuretik, Penyekat Beta (Beta Blocker), Penyekat Alpha
(Alpha Blocker), Anti Converting Enzyme Inhibitor (ACE inhibitor), Angiotensinogen
Receptor Blocker (ARB), Central Blocker, Aldosteron Antagonist dan lain-lain

“Obat
hipertensi harus tetap diminum (tidak boleh dihentikan), melakukan monitoring
tekanan darah sendiri di rumah dengan Ambulatory Blood Pressure Monitoring
(ABPM) atau home

Baca Juga :  Jangan Konsumsi Makanan dan Minuman Ini Saat Batuk

blood
pressure monitoring (HBPM),” tegasnya dalam webinar bersama Bayer Indonesia,
Kamis (12/11).

Lalu
berbicara tentang manajemen hipertensi bagi pasien penyakit jantung di masa
pandemi Covid-19, selain harus minun obat dan mengukur tensi, pasien memang
tidak diperlukan evaluasi klinik rutin. Konsultasi dengan dokter dapat
dilakukan via telepon atau melalui video bila diperlukan.

“Nah
lalu bagi pasien hipertensi dengan Covid-19 positif rawat inap, pasien harus
tetap mengkonsumsi obat anti-hipertensi (tidak boleh dihentikan), tidak perlu
mengganti jenis obat anti hipertensi, monitoring aritmia yang sering terjadi
pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung, cek kadar kalium karena rendahnya
kadar kalium dalam darah (hypokalemia) sering terjadi pada pasien Covid-19 yang
dirawat,” tambahnya.

Konsensus
InaSH menunjukkan bahwa beberapa golongan obat dapat menjadi pilihan pertama,
seperti golongan CCB, ACEi/ARB dan diuretik, namun obat yang ideal adalah bukan
hanya mencapai target yang diinginkan namun juga mempertahankan stabilitas
tekanan darah dalam waktu 24 jam. Pengelolaan tekanan darah 24 jam sangat
penting dalam mengurangi risiko kardiovaskular.

Baca Juga :  Perlukah Konsumsi Suplemen Saat Musim Hujan?

Medical
Affairs Divisi Pharmaceuticals Bayer Indonesia dr. Gunawan Purdianto
mengatakan, kepatuhan pasien hipertensi dalam pengobatan penting untuk
dilakukan. Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan
angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan termasuk di Indonesia.

Untuk
itulah penting bagi pasien hipertensi maupun keluarganya, melakukan lima
langkah mudah untuk manajemen hipertensi. Apa saja?

Ketahui
target tekanan darah. kedua, konsultasikan dengan dokter untuk menentukan
target tekanan darah. ketiga, terapkan gaya hidup sehat. Keempat, selalu cek
tekanan darah di rumah. dan yang kelima, minum obat.

Terpopuler

Artikel Terbaru