29.2 C
Jakarta
Sunday, April 20, 2025

Pandemi Covid-19 Bisa Memperburuk Kondisi Baby Blues Usai Melahirkan

Baby
blues atau depresi pascanatal usai melahirkan, adalah kondisi kegelisahan yang
dialami ibu pascapersalinan. Mereka akan mengalami gangguan mood dan emosional
yang muncul bersama dengan periode fase baru. Apalagi di masa pandemi Covid-19,
kondisi ini makin sulit karena membuat siapapun harus lebih banyak berada di
rumah saja demi menekan penularan virus Korona.

Dilansir
dari Baby and Child, Minggu (12/7), kondisi ‘baby blues’ adalah bentuk yang
paling parah dan akan memengaruhi 70-80 persen perempuan yang baru menjadi ibu.
Sebanyak 1 dari 5 wanita akan mengalami beberapa jenis gangguan mood dan
kecemasan perinatal.

Kondisi
dapat memengaruhi wanita dari segala budaya, usia, dan tingkat pendapatan serta
dapat muncul kapan saja selama kehamilan. Bahkan dalam 12 bulan pertama pasca
kelahiran. Misalnya termasuk depresi postpartum, kecemasan postpartum, gangguan
kompulsif obsesif postpartum, bipolar postpartum, dan psikosis postpartum.

Baca Juga :  Kerokan Bisa Memicu Strok, Mitos atau Fakta?

Praktisi
medis dari PCOS dan spesialis dukungan infertilitas di Thrive, Dubai, Pashmi
Khare, M.Sc., menilai selama isolasi diri dalam pandemi, penting untuk
meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental ibu. Sehingga dibutuhkan
bantuan suami untuk memberikan dukungan.

“Memiliki
bayi yang baru lahir dapat menimbulkan kecemasan, karena harus sigap terus
menerus memenuhi kebutuhan bayi. Salah satu pilar terpenting adalah dukungan.
Bisa suami atau dukungan sosial. Bantuan dari lembaga eksternal, terutama
keluarga besar hingga sahabat,” katanya.

Tapi
kondisi Covid-19 yang memerlukan seseorang menjaga jarak agar tak bertemu
dengan keluarga besar atau sahabat, membuat ibu semakin stres. Para ibu makin
merasa seperti sendiri mengatasi kesulitannya.

Baca Juga :  Ingin Cepat Hamil? Ini 3 Makanan yang Bisa Meningkatkan Kesuburan

“Dengan
krisis Covid-19, isolasi sosial pencegahan dan karantina mandiri, membuat
seseorang yang menjadi ibu, kehilangan dukungan itu saat ini. Ini dapat memicu
atau memperkuat keraguan diri, rasa bersalah dan seolah tidak mampu melakukan
segala sesuatu, atau bahkan benci terhadap pasangan,” jelasnya.

Ketidakpastian
berapa lama pandemi Covid-19 akan berakhir bisa membuat segalanya menjadi lebih
buruk. Gejala Baby Blues dapat muncul seperti rasa khawatir, gelisah, rasa
takut, sulit berkonsentrasi.

“Bahkan
seperti terus-menerus memeriksa bayinya dan khawatir berlebihan sepanjang
malam,” kata Pendiri The Positive Birth Company, Siobhan Miller.

Diperkirakan
bahwa 7 dari 10 perempuan menyembunyikan atau menyepelekan gejala ini. Maka kenali
gejalanya dan segera meminta bantuan kepada ahli untuk tidak membiarkan masalah
ini berlarut-larut.

Baby
blues atau depresi pascanatal usai melahirkan, adalah kondisi kegelisahan yang
dialami ibu pascapersalinan. Mereka akan mengalami gangguan mood dan emosional
yang muncul bersama dengan periode fase baru. Apalagi di masa pandemi Covid-19,
kondisi ini makin sulit karena membuat siapapun harus lebih banyak berada di
rumah saja demi menekan penularan virus Korona.

Dilansir
dari Baby and Child, Minggu (12/7), kondisi ‘baby blues’ adalah bentuk yang
paling parah dan akan memengaruhi 70-80 persen perempuan yang baru menjadi ibu.
Sebanyak 1 dari 5 wanita akan mengalami beberapa jenis gangguan mood dan
kecemasan perinatal.

Kondisi
dapat memengaruhi wanita dari segala budaya, usia, dan tingkat pendapatan serta
dapat muncul kapan saja selama kehamilan. Bahkan dalam 12 bulan pertama pasca
kelahiran. Misalnya termasuk depresi postpartum, kecemasan postpartum, gangguan
kompulsif obsesif postpartum, bipolar postpartum, dan psikosis postpartum.

Baca Juga :  Kerokan Bisa Memicu Strok, Mitos atau Fakta?

Praktisi
medis dari PCOS dan spesialis dukungan infertilitas di Thrive, Dubai, Pashmi
Khare, M.Sc., menilai selama isolasi diri dalam pandemi, penting untuk
meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental ibu. Sehingga dibutuhkan
bantuan suami untuk memberikan dukungan.

“Memiliki
bayi yang baru lahir dapat menimbulkan kecemasan, karena harus sigap terus
menerus memenuhi kebutuhan bayi. Salah satu pilar terpenting adalah dukungan.
Bisa suami atau dukungan sosial. Bantuan dari lembaga eksternal, terutama
keluarga besar hingga sahabat,” katanya.

Tapi
kondisi Covid-19 yang memerlukan seseorang menjaga jarak agar tak bertemu
dengan keluarga besar atau sahabat, membuat ibu semakin stres. Para ibu makin
merasa seperti sendiri mengatasi kesulitannya.

Baca Juga :  Ingin Cepat Hamil? Ini 3 Makanan yang Bisa Meningkatkan Kesuburan

“Dengan
krisis Covid-19, isolasi sosial pencegahan dan karantina mandiri, membuat
seseorang yang menjadi ibu, kehilangan dukungan itu saat ini. Ini dapat memicu
atau memperkuat keraguan diri, rasa bersalah dan seolah tidak mampu melakukan
segala sesuatu, atau bahkan benci terhadap pasangan,” jelasnya.

Ketidakpastian
berapa lama pandemi Covid-19 akan berakhir bisa membuat segalanya menjadi lebih
buruk. Gejala Baby Blues dapat muncul seperti rasa khawatir, gelisah, rasa
takut, sulit berkonsentrasi.

“Bahkan
seperti terus-menerus memeriksa bayinya dan khawatir berlebihan sepanjang
malam,” kata Pendiri The Positive Birth Company, Siobhan Miller.

Diperkirakan
bahwa 7 dari 10 perempuan menyembunyikan atau menyepelekan gejala ini. Maka kenali
gejalanya dan segera meminta bantuan kepada ahli untuk tidak membiarkan masalah
ini berlarut-larut.

Terpopuler

Artikel Terbaru