Ketua
Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry Harmadi
melihat, jaga jarak menjadi satu protokol yang paling sulit dipatuhi
masyarakat. Sebagaimana diketahui protokol pencegahan Covid-19 dikampanyekan
dengan istilah 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
“Dari
3 hal itu yang paling sulit dilakukan adalah menjaga jarak, menjaga jarak. Tapi
ketika ketemu teman baik langsung cipika-cipiki atau merasa temannya tidak
mungkin menulari Covid-19,†ujarnya dalam Bincang Sore Kemendikbud secara
virtual, Jumat (11/9).
Kepatuhan
terkait memakai masker dan mencuci tangan pun kadang terlupakan. “Walaupun
ketiga itu dilakukan, kepatuhan masyarakat belum 100 persen. Misalnya pakai
masker tapi ketika berbicara dibuka, cuci tangan tapi lupa dan memegang wajah,â€
imbuhnya.
Padahal,
kata dia, penularan Covid-19 dibawa oleh manusia. Jadi, jika manusia bergerak,
manusia itu bisa menyebarkan. Maka dari itu, penerapan 3M harus dilakukan.
“Ini
mutlak kita lakukan dalam rangka mengendalikan laju penularan Covid-19,â€
tambahnya.
Terkait
dengan usia, kepatuhan terbukti dimiliki oleh masyarakat yang lebih tua. Ini
berbanding balik dengan kepatuhan oleh orang-orang yang berusia lebih muda.
Dia
pun membeberkan diskusinya bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, di
mana mayoritas penderita Covid-19 berada pada rentang usia 19 sampai 30 tahun.
“Ini kan baru lulus SMA atau kuliah. Kita tahu sekolah dan kampus semua belajar
online. Tapi kenapa mereka kena paling banyak? Ternyata mereka cenderung berkumpul,
mengabaikan protokol kesehatan dan cenderung karena fisiknya kuat menjadi Orang
Tanpa Gejala (OTG),†terang dia.
Akibatnya,
penularan pun semakin masif karena orang-orang usia muda ini menjadi carrier
virus tanpa gejala. Penyebaran terjadi sangat cepat di lokasi pemukiman.
“Akibat
berkumpul terus bawa virus dan terjadi penyebaran virus di dalam rumah, ini
cukup mengkhawatirkan dan kita harus mendorong perubahan perilaku, terutama
pada kelompok berisiko tinggi (menyebarkan virus),†tegas dia.