STRES adalah hal yang wajar dan normal tetapi reaksi terhadapnya akan
menentukan kondisi tubuh dan pikiran dan karena itu perlu kemampuan
mengelolanya, kata psikolog klinis Danang Baskoro.
“Ketika stres menghadapi bahaya, misalnya di rumah sakit
dengan korona (Covid-19), kita harus waspada. Itu hal yang bagus karena
meningkatkan kehatian-hatian kita, meningkatkan kinerja,†kata psikolog RSJ
Menur Surabaya di konferensi via video yang diselenggarakan Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, Rabu (8/4), seperti dikutip
dari Antara.
Tapi jika hal tersebut berlangsung dalam waktu lama,
seperti yang terjadi saat ini dengan mewabahnya Cov id-19, maka dapat menguras
energi dan membuat imunitas tubuh turun karena itu salah satunya diperlukan
relaksasi untuk menghadapinya.
Hal itu sangat berpengaruh kepada tenaga medis yang
langsung berhadapan dengan pasien terinfeksi penyakit yang menyerang sistem
pernapasan itu.
Untuk itu, menurut pakar psikolog pakar psikologi Prof.
Kwartarini Wahyu Yuniarti, para tenaga medis mungkin dapat melakukan relaksasi
dengan masuk ke sebuah ruangan yang nyaman, terpisah dari suasana ruang
perawatan yang cenderung tegang.
Di sana tenaga medis dapat duduk dan melepas seragam
medis dan mengambil napas panjang 3-4 kali. Setiap tarikan dan hembusan napas
diselingi dengan mengucapkan kalimat rileks dan nyaman sambil membayangkan
menuruni 10 anak tangga.
Setelah itu, tenaga medis itu bisa membayangkan apa yang
akan dilakukan setelah kembali ke rumah dan meyakinkan diri sudah melakukan
segalanya dan tidak ada virus yang menempel.
“Itu akan mengaktifkan bagian sel dalam tubuh yang akan
mendukung proses detachment dari rumah
sakit. Kemudian akan mengaktivasi bagian sel di dalam tubuh untuk bertemu
dengan kesiapan mental ke anak-anak, suami, istri di rumah,†kata dia.