25.1 C
Jakarta
Friday, April 11, 2025

Perilaku Seksual Berisiko Tinggi di Kalangan Remaja

REMAJA adalah tahapan kehidupan antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan rentang usia 10-24 tahun berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan seksual. Perubahan fisik pada masa remaja antara lain perubahan dari dalam seperti bertambah besar dan beratnya nya organ-organ seperti jantung, paru-paru, jaringan tubuh lainnya serta perubahan dari luar seperti tinggi badan, berat badan, organ-organ seksual, dan muncul serta tumbuhnya tanda tanda kelamin sekunder (menstruasi pada remaja putri, mimpi basah pada remaja laki-laki, munculnya rambut halus dan perubahan suara).

Perubahan fisik dan seksual yang signifikan ini berbanding lurus dengan meningkatnya ketertarikan seksual terhadap lawan jenis dan dorongan seksual juga berkembang. Keadaan ini dapat memicu masalah kesehatan remaja yang rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Kesehatan reproduksi adalah keadaaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan pada proses, fungsi dan sistem reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja yang dibahas pada saat ini adalah masalah kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya akibat perilaku seksual. 

Perilaku seksual adalah suatu bentuk tingkah laku individu dalam mengekspresikan perasannya terhadap lawan jenis. Bentuk perilaku seksual antara lain touching bersentuhan , kissing (berciuman), petting (bercumbu), dan coitus (berhubungan badan). Perilaku seksual pranikah remaja diartikan dengan tingkah laku yang di dorong hasrat seksual sebagaimana bentuk perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan.

Baca Juga :  Batuk di Malam Hari, Atasi dengan 5 Cara Ini

Perilaku seksual pranikah dilakukan oleh remaja mulai dari yang memiliki risiko ringan seperti memeluk dan memegang atau pada tingkat  risiko tinggi  seperti berciuman dan berhubungan seks. Semuanya dilakukan dengan alasan yang paling banyak diungkapkan adalah saling menyukai. Remaja dengan mudah memperoleh informasi, melalui telepon pintar di berupa tulisan, gambar dan video itu mengandung konten pornografi kapan saja dan dimana saja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dengan menganalisa data pada Laporan Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) KKBPK Remaja Kalimantan Tengah Tahun 2019, Yang mana proses pengambilan data dimulai dari desa/kelurahan, kemudian ke rumah tangga, untuk mendata semua remaja pria maupun wanita usia 10-24 tahun yang belum menikah untuk menjadi responden dalam survei, dengan total sampel sebanyak 41.582 remaja. Dari total tersebut ditemukan bahwa remaja di Kalimantan tengah 22.537 orang (54,2%) nya merupakan remaja 10-14 tahun diikuti dengan 13.805 orang (33,2%) remaja 15-19 Tahun dan 5240 orang (12,7%) 20-24 tahun. Remaja jenis kelamin laki-laki 22.371 orang  (53,8%), selebihnya remaja perempuan dan sebagian besar hanya menempuh pendidikan hingga pendidikan dasar.

Sumber informasi Kesehatan reproduksi remaja di Kalimantan Tengah terbanyak didapatkan remaja melalui media luar dengan presentase terbanyak dari televisi 26.716 orang (64,24%), dari petugas dengan presentase terbanyak dari guru 29.481 orang (70,9%) dan dari institusi dengan presentase terbanyak berasal dari pendidikan formal 30.658 (73,73%). Informasi Kesehatan reproduksi ini berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu memiliki pengaruh terhadap kehidupan seksual remaja. Informasi yang salah dapat membawa remaja kepada pergaulan bebas dengan segala konsekuensinya. Berdasarkan  analisis data SKAP 2019 di Kalimantan Tengah diketahui 14.179 orang (34,1 %)sepertiga dari remaja meyatakan pernah melakukan pegagan tangan, ciuman bibir, berpelukan,  dan meraba/merangsang serta 914 orang (2,2%) di antaranya mengaku telah pernah berhubungan secara seksual. Jawaban dari remaja mengenai hal tersebut ditanyakan dengan hati-hati karena merupakan pertanyaan sensitive, para remaja tersebut di minta untuk menjawab dengan jujur, dan data dijamin kerahasiaannya.

Baca Juga :  6 Manfaat Minum Bir Bagi kesehatan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperlukan kerjasama berbagai pihak serta inovasi dalam pemanfaatan media promosi kesehatan reproduksi dalam upaya memberikan informasi kesehatan reproduksi yang benar dan dapat diterima oleh remaja yang nantinya diharapkan dapat mengurangi perilaku berpacaran berisiko pada remaja untuk mendukung terwujudnya remaja di Kalimantan Tengah yang sehat dan berkualitas.

Tulisan ini dibuat oleh tim yang terdiri dari Wahidah Sukriani, SST., M.Keb 1, Itma Annah. SKM., M.Kes 2, Iren Febriani, S.Kep., MKM 3,  Restu Krisnata, S.Psi., M.Si 4, Sri Lilestina, S.Si., M.Pd 5 (1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangkaraya, 4 Perwakilan Bkkbn Provinsi Kalimantan Tengah dan 5 Pegawai BKKBN Pusat Bidang Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan KS)

REMAJA adalah tahapan kehidupan antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan rentang usia 10-24 tahun berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan seksual. Perubahan fisik pada masa remaja antara lain perubahan dari dalam seperti bertambah besar dan beratnya nya organ-organ seperti jantung, paru-paru, jaringan tubuh lainnya serta perubahan dari luar seperti tinggi badan, berat badan, organ-organ seksual, dan muncul serta tumbuhnya tanda tanda kelamin sekunder (menstruasi pada remaja putri, mimpi basah pada remaja laki-laki, munculnya rambut halus dan perubahan suara).

Perubahan fisik dan seksual yang signifikan ini berbanding lurus dengan meningkatnya ketertarikan seksual terhadap lawan jenis dan dorongan seksual juga berkembang. Keadaan ini dapat memicu masalah kesehatan remaja yang rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Kesehatan reproduksi adalah keadaaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan pada proses, fungsi dan sistem reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja yang dibahas pada saat ini adalah masalah kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya akibat perilaku seksual. 

Perilaku seksual adalah suatu bentuk tingkah laku individu dalam mengekspresikan perasannya terhadap lawan jenis. Bentuk perilaku seksual antara lain touching bersentuhan , kissing (berciuman), petting (bercumbu), dan coitus (berhubungan badan). Perilaku seksual pranikah remaja diartikan dengan tingkah laku yang di dorong hasrat seksual sebagaimana bentuk perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan.

Baca Juga :  Batuk di Malam Hari, Atasi dengan 5 Cara Ini

Perilaku seksual pranikah dilakukan oleh remaja mulai dari yang memiliki risiko ringan seperti memeluk dan memegang atau pada tingkat  risiko tinggi  seperti berciuman dan berhubungan seks. Semuanya dilakukan dengan alasan yang paling banyak diungkapkan adalah saling menyukai. Remaja dengan mudah memperoleh informasi, melalui telepon pintar di berupa tulisan, gambar dan video itu mengandung konten pornografi kapan saja dan dimana saja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dengan menganalisa data pada Laporan Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) KKBPK Remaja Kalimantan Tengah Tahun 2019, Yang mana proses pengambilan data dimulai dari desa/kelurahan, kemudian ke rumah tangga, untuk mendata semua remaja pria maupun wanita usia 10-24 tahun yang belum menikah untuk menjadi responden dalam survei, dengan total sampel sebanyak 41.582 remaja. Dari total tersebut ditemukan bahwa remaja di Kalimantan tengah 22.537 orang (54,2%) nya merupakan remaja 10-14 tahun diikuti dengan 13.805 orang (33,2%) remaja 15-19 Tahun dan 5240 orang (12,7%) 20-24 tahun. Remaja jenis kelamin laki-laki 22.371 orang  (53,8%), selebihnya remaja perempuan dan sebagian besar hanya menempuh pendidikan hingga pendidikan dasar.

Sumber informasi Kesehatan reproduksi remaja di Kalimantan Tengah terbanyak didapatkan remaja melalui media luar dengan presentase terbanyak dari televisi 26.716 orang (64,24%), dari petugas dengan presentase terbanyak dari guru 29.481 orang (70,9%) dan dari institusi dengan presentase terbanyak berasal dari pendidikan formal 30.658 (73,73%). Informasi Kesehatan reproduksi ini berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu memiliki pengaruh terhadap kehidupan seksual remaja. Informasi yang salah dapat membawa remaja kepada pergaulan bebas dengan segala konsekuensinya. Berdasarkan  analisis data SKAP 2019 di Kalimantan Tengah diketahui 14.179 orang (34,1 %)sepertiga dari remaja meyatakan pernah melakukan pegagan tangan, ciuman bibir, berpelukan,  dan meraba/merangsang serta 914 orang (2,2%) di antaranya mengaku telah pernah berhubungan secara seksual. Jawaban dari remaja mengenai hal tersebut ditanyakan dengan hati-hati karena merupakan pertanyaan sensitive, para remaja tersebut di minta untuk menjawab dengan jujur, dan data dijamin kerahasiaannya.

Baca Juga :  6 Manfaat Minum Bir Bagi kesehatan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperlukan kerjasama berbagai pihak serta inovasi dalam pemanfaatan media promosi kesehatan reproduksi dalam upaya memberikan informasi kesehatan reproduksi yang benar dan dapat diterima oleh remaja yang nantinya diharapkan dapat mengurangi perilaku berpacaran berisiko pada remaja untuk mendukung terwujudnya remaja di Kalimantan Tengah yang sehat dan berkualitas.

Tulisan ini dibuat oleh tim yang terdiri dari Wahidah Sukriani, SST., M.Keb 1, Itma Annah. SKM., M.Kes 2, Iren Febriani, S.Kep., MKM 3,  Restu Krisnata, S.Psi., M.Si 4, Sri Lilestina, S.Si., M.Pd 5 (1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangkaraya, 4 Perwakilan Bkkbn Provinsi Kalimantan Tengah dan 5 Pegawai BKKBN Pusat Bidang Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan KS)

Terpopuler

Artikel Terbaru