27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Psikiater Ingatkan Bahaya Gadget Berlebihan Selama Pandemi Covid-19

Pandemi
Covid-19 memaksa banyak orang untuk berada di rumah saja. Dimulai dari
pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah, dan kerja dari rumah (Work
From Home). Efeknya adalah meningkatnya risiko penggunaan gadget atau internet
yang berlebihan terutama pada anak-anak dan remaja.

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sudah memberikan peringatan akan adanya risiko ini, yaitu
Unhealthy sedentary lifestyles (pola hidup tidak sehat, kurang banyak
bergerak). Kemudian pola tidur juga berubah, olah raga atau aktivitas fisik
yang kurang, pola makan dan nutrisi yang terganggu, sakit kepala, nyeri leher
akibat terlalu lama melihat layar.

Belum
lagi maraknya konten di internet yang berbahaya seperti kekerasan dan seksual.
Menurut Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS Jiwa dr H.
Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor, dr Lahargo Kembaren, SpKJ, informasi
yang salah atau berlebihan tentang Covid-19 yang bisa memicu masalah kejiwaan
seperti cemas, depresi, trauma psikologis.

“Bisa
juga ada ancaman Cyber Bullying yang dilakukan di media sosial, game online
interaktif. Terjadi Gaming Disorder (gangguan kecanduan game atau internet).
Hingga risiko menghabiskan uang lewat judi online, membeli loots, power,
ability secara online saat game online,” paparnya kepada JawaPos.com, Rabu
(8/7)

Baca Juga :  Antibodi Ayam Dikatakan Bisa Lindungi Seseorang dari Covid-19

Penelitian
yang dilakukan oleh Kristiana dkk tahun 2019 menunjukkan bahwa 31,4 persen
remaja memiliki risiko untuk mengalami adiksi internet. Pada remaja perempuan,
7 dari 10 berisiko kecanduan media sosial. Sementara pada remaja laki-laki, 7
dari 10 anak berisiko untuk kecanduan games online.

Kecanduan
internet ditandai dengan penggunaan internet berlebihan akibat kurangnya kemampuan
dalam pengendalian diri, dan menganggu fungsi sehari-hari, misalnya bolos
kelas, penurunan prestasi sekolah dan tidur menjadi berkurang. Anak dan remaja
lebih rentan mengalami kecanduan internet karena rasa ingin tahu yang sangat
besar dan bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku masih dalam
proses perkembangan.

Gejala-gejala
Adiksi Internet

1.
Berpikir terus-menerus untuk bermain internet

2.
Menggunakan internet lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan

3.
Berusaha untuk mengurangi atau menghentikan bermain namun gagal

4.
Membutuhkan waktu semakin lama untuk mendapatkan kepuasan saat bermain internet

5.
Menggunakan internet/game/gadget untuk mengalihkan rasa sedih, marah, kecewa

6.
Merasa sedih, cemas, gelisah saat tidak bermain internet atau saat berusaha
mengurangi, memberhentikannya

Baca Juga :  Tubuh Memerlukan Mineral untuk Membantu Proses Metabolisme

7.
Memiliki masalah di sekolah, dengan teman, guru, orang tua, keluarga karena
pengguna internet

Solusi

Menurut
dr Lahargo apabila ditemukan gejala-gejala tersebut wajib melakukan Digital
Detox. “Melakukan digital detox berarti membatasi akses ke dunia digital
termasuk media sosial, game online, googling,” jelasnya.

“Konsultasi
ke profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog,
konselor untuk mendapatkan pertolongan,” tambahnya.

Digital
Detox terbagi menjadi dua yakni Full Digital Detox (sama sekali tidak
bersentuhan dengan dunia digital). Partial Digital Detox (pembatasan akses
dengan dunia digital untuk hal hal tertentu)

“Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan waktu melakukan detox. Riset
menunjukkan mengurangi akses ke media sosial 30 menit sehari saja sudah
mengurangi risiko terjadinya depresi,” katanya.

Langkah
berikutnya dalam Digital Detox adalah menghilangkan distraksi yang bisa
menyebabkan kita mengakses media sosial. Bisa dengan menghapus aplikasi media
sosial di gadget, laptop, komputer, menghilangkan notifikasi media sosial,
mematikan gadget secara berkala, menaruh gadget di ruangan lain, dalam lemari
yang sulit terjangkau, dan beraktivitas di luar tanpa membawa gadget.

Pandemi
Covid-19 memaksa banyak orang untuk berada di rumah saja. Dimulai dari
pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah, dan kerja dari rumah (Work
From Home). Efeknya adalah meningkatnya risiko penggunaan gadget atau internet
yang berlebihan terutama pada anak-anak dan remaja.

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sudah memberikan peringatan akan adanya risiko ini, yaitu
Unhealthy sedentary lifestyles (pola hidup tidak sehat, kurang banyak
bergerak). Kemudian pola tidur juga berubah, olah raga atau aktivitas fisik
yang kurang, pola makan dan nutrisi yang terganggu, sakit kepala, nyeri leher
akibat terlalu lama melihat layar.

Belum
lagi maraknya konten di internet yang berbahaya seperti kekerasan dan seksual.
Menurut Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS Jiwa dr H.
Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor, dr Lahargo Kembaren, SpKJ, informasi
yang salah atau berlebihan tentang Covid-19 yang bisa memicu masalah kejiwaan
seperti cemas, depresi, trauma psikologis.

“Bisa
juga ada ancaman Cyber Bullying yang dilakukan di media sosial, game online
interaktif. Terjadi Gaming Disorder (gangguan kecanduan game atau internet).
Hingga risiko menghabiskan uang lewat judi online, membeli loots, power,
ability secara online saat game online,” paparnya kepada JawaPos.com, Rabu
(8/7)

Baca Juga :  Antibodi Ayam Dikatakan Bisa Lindungi Seseorang dari Covid-19

Penelitian
yang dilakukan oleh Kristiana dkk tahun 2019 menunjukkan bahwa 31,4 persen
remaja memiliki risiko untuk mengalami adiksi internet. Pada remaja perempuan,
7 dari 10 berisiko kecanduan media sosial. Sementara pada remaja laki-laki, 7
dari 10 anak berisiko untuk kecanduan games online.

Kecanduan
internet ditandai dengan penggunaan internet berlebihan akibat kurangnya kemampuan
dalam pengendalian diri, dan menganggu fungsi sehari-hari, misalnya bolos
kelas, penurunan prestasi sekolah dan tidur menjadi berkurang. Anak dan remaja
lebih rentan mengalami kecanduan internet karena rasa ingin tahu yang sangat
besar dan bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku masih dalam
proses perkembangan.

Gejala-gejala
Adiksi Internet

1.
Berpikir terus-menerus untuk bermain internet

2.
Menggunakan internet lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan

3.
Berusaha untuk mengurangi atau menghentikan bermain namun gagal

4.
Membutuhkan waktu semakin lama untuk mendapatkan kepuasan saat bermain internet

5.
Menggunakan internet/game/gadget untuk mengalihkan rasa sedih, marah, kecewa

6.
Merasa sedih, cemas, gelisah saat tidak bermain internet atau saat berusaha
mengurangi, memberhentikannya

Baca Juga :  Tubuh Memerlukan Mineral untuk Membantu Proses Metabolisme

7.
Memiliki masalah di sekolah, dengan teman, guru, orang tua, keluarga karena
pengguna internet

Solusi

Menurut
dr Lahargo apabila ditemukan gejala-gejala tersebut wajib melakukan Digital
Detox. “Melakukan digital detox berarti membatasi akses ke dunia digital
termasuk media sosial, game online, googling,” jelasnya.

“Konsultasi
ke profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog,
konselor untuk mendapatkan pertolongan,” tambahnya.

Digital
Detox terbagi menjadi dua yakni Full Digital Detox (sama sekali tidak
bersentuhan dengan dunia digital). Partial Digital Detox (pembatasan akses
dengan dunia digital untuk hal hal tertentu)

“Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan waktu melakukan detox. Riset
menunjukkan mengurangi akses ke media sosial 30 menit sehari saja sudah
mengurangi risiko terjadinya depresi,” katanya.

Langkah
berikutnya dalam Digital Detox adalah menghilangkan distraksi yang bisa
menyebabkan kita mengakses media sosial. Bisa dengan menghapus aplikasi media
sosial di gadget, laptop, komputer, menghilangkan notifikasi media sosial,
mematikan gadget secara berkala, menaruh gadget di ruangan lain, dalam lemari
yang sulit terjangkau, dan beraktivitas di luar tanpa membawa gadget.

Terpopuler

Artikel Terbaru