Pembekuan dan penyimpanan sel telur perempuan atau yang dikenal
dengan sebutan egg banking memang belum lazim dilakukan di Indonesia. Tapi,
buat beberapa perempuan, egg banking bisa menjadi pilihan tepat jika ingin
berencana memiliki anak di kemudian hari.
Egg banking
sendiri merupakan proses pengambilan sel telur yang matang dari perempuan. Lalu
disimpan dengan cara dibekukan dalam minus ratusan derajat celcius, sebelum
nantinya dibuahi sesuai dengan keinginan sang penyimpan telur di masa depan.
Lantas, apa
alasan yang menyebabkan seorang perempuan melakukan penyimpanan sel telurnya?
Dalam online
press conferense, dr. Arie A. Polim selaku Medical Director PT. Morula
Indonesia mengungkapkan, ada 2 indikasi yang menyebabkan seorang perempuan
menyimpan sel telurnya. Yakni kondisi medis dan sosial.
Kondisi medis ini
dikatakan ketika seorang perempuan menderita sakit berat sehingga memerlukan
perawatan khusus yang bisa memengaruhi sel telurnya. Misalnya seorang perempuan
yang menderita kanker payudara atau usus.
Biasanya, ungkap
dr. Arie, kondisi sakit berat seperti kanker memerlukan perawatan atau
pengobatan dengan cara kemoterapi atau radioterapi. Nah, pengobatan kanker ini
bisa merusak indung telur dan sel telur di dalamnya.
รขโฌลOtomatis itu
akan mengganggu vertilitas dikemudian hari jika ingin punya anak. Nah ada
kondisi bisa kita lakukan pembekuan sel telur,รขโฌย ujar dr. Arie dalam konferensi
pers online รขโฌโข22 Tahun Morula Indonesiaรขโฌโข, Senin (8/6).
Sehingga, ketika
nantinya kondisi si pasien sudah pulih dan ingin punya anak, maka perempuan
tersebut masih punya sel telur yang sehat. Atau perempuan berusia 20-an lalu
menderita kista, bisa melakukan penyimpanan. Sebab sel telur akan lebih sedikit
jika makin tua.
Sedangkan,
indikasi sosial biasanya lebih ke keadaan perempuan yang ingin memiliki sel
telur sehat di usia muda tapi masih belum mau punya anak. Misalnya, di usia
20-an, seorang perempuan biasanya sedang fokus mengejar karirnya, bisa
melakukan penyimpanan sel telur.
Jika nanti di
usia matang dan sudah menikah, maka sel telur yang disimpan bisa dibuahi oleh
sperma suaminya. รขโฌลJadi untuk yang single, menyimpan sel telur itu boleh. Tapi
ketika akan dibuahi maka si perempuan harus menikah dulu. Jadi kalau tidak ada
surat nikah yang sah, maka kita tidak bisa lakukan pembuahan,รขโฌย lanjut dr. Arie.
Lantas, adakah
masa kedaluwarsa saat menyimpan sel telur?
Dokter Ari
menerangkan, sebenarnya tidak ada masa kedaluwarsa atau expired saat menyimpan
sel telur. Misalnya, seorang perempuan menyimpan sel telurnya saat berusia 25
tahun. Lalu, ia ingin memiliki anak pada usia 40 tahun. Maka usia sel telurnya
tetap muda. Karena diambil 15 tahun yang lalu, saat usia masih muda.
รขโฌลMaka risiko yang
perlu diperhatikan adalah pada kehamilannya, karena umurnya sudah 40 tahun,รขโฌย
terangnya.