ANEMIA pada ibu hamil merupakan salah satu kondisi
yang tidak boleh diabaikan. Pasalnya, anemia dapat mengganggu dan
menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya bagi ibu dan juga bayi.
Agar ini tidak terjadi,
bagaimana sih cara mengatasi anemia pada ibu hamil?
Kondisi anemia pada ibu
hamil
Saat hamil, Anda berisiko tinggi mengalami anemia.
Maksudnya, tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk
mengantarkan oksigen ke jaringan tubuh.
Hal ini disebabkan
selama kehamilan Anda membutuhkan dua kali lipat jumlah zat besi yang
dibutuhkan wanita tidak hamil.
Dilansir
dari American Prenancy, tubuh Anda membutuhkan banyak zat besi untuk
membuat lebih banyak darah untuk memasok oksigen ke bayi Anda.
Jika Anda tidak
memiliki cukup cadangan zat besi atau mendapatkan asupan zat besi selama
kehamilan, Anda bisa mengalami anemia defisiensi besi.
“Penyebab seorang ibu
hamil mengalami anemia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia sangat
beraneka ragam. Mulai dari kondisi kurang gizi atau malnutrisi, kurang asupan
zat besi, asam folat, dan vitamin yang cukup selama kehamilan,†kata dr.
Dejandra Rasnaya dari KlikDokter.
Di sisi lain, dr Dejandra menambahkan masih tinggi
juga ibu hamil yang mengalami infeksi, seperti malaria dan cacingan. Ini dapat
menyerang kapan saja.
Beberapa gejala anemia
pada ibu hamil adalah kulit pucat, sering mengeluh pusing dan sakit kepala,
hilangnya nafsu makan, tangan dan kaki terasa dingin, mata berkunang-kunang,
dan mengalami sesak napas.
Bila tidak ditangani,
beragam komplikasi pada ibu dan bayi bisa terjadi. Mulai dari risiko keguguran,
melahirkan secara prematur, sampai bayi lahir dengan berat yang rendah. Bayi
yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah tentu meningkatkan
risiko kematian bayi.
Tidak hanya itu, anemia
juga meningkatkan risiko kematian pada ibu. Hal ini disebabkan oleh adanya
pendarahan dari jalan lahir setelah usia kehamilan lebih dari 29 minggu, dan
pendarahan yang terjadi setelah kelahiran.
“Pendarahan ini terjadi
karena ibu mudah mengalami kelelahan otot saat proses bersalin atau tidak
adanya kontraksi otot rahim. Pendarahan yang berlanjut dapat mengarah ke
kondisi syok yang sangat mengancam jiwa,†kata dr. Dejandra.
Cara atasi anemia pada
ibu hamil
Itu sebabnya, penting
untuk ibu hamil untuk mengatasi gejala anemia yang dialami. Beberapa cara yang
bisa dilakukan adalah:
1. Konsumsi asupan
tinggi zat besi
Sama seperti pengidap
anemia pada umumnya, ibu hamil juga wajib mengonsumsi makanan tinggi zat
besi. “Zat besi sangat diperlukan tubuh agar produksi dan aliran darah
merah bisa berjalan dengan baik. Sumber zat besi seperti daging sapi, ayam,
ikan, telur, gandum dan kacang-kacangan memang baik dikonsumsi oleh ibu hamil
secara rutin,†tutur dr. Dejandra.
2. Tingkatkan asam
folat
Dokter Dejandra juga
menyarankan ibu hamil untuk mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat
tinggi. Misalnya, kacang almon, kacang mede, sayuran hijau (bayam, brokoli,
kangkung), biji-bijian kering, dan buah-buahan kering.
3. Transfusi darah jika
diperlukan
Jika anemia disebabkan
ibu hamil kehilangan banyak darah, salah satu cara yang paling tepat untuk
mengatasinya adalah dengan mendapatkan transfusi darah. Hal ini penting,
khususnya jika kadar Hb sudah di bawah 6 mg/dL.
“Penyebab kehilangan
darah bisa bermacam-macam. Misalnya, luka pada saluran pencernaan, seperti usus
atau anus, sehingga terjadi BAB atau muntah darah. Konsumsi obat-obatan
antiradang atau antinyeri yang tidak sesuai anjuran juga dapat melukai lambung,
sehingga menyebabkan luka dan pendarahan di saluran cerna,†kata dr. Dejandra.
Cara terbaik untuk
mengatasi anemia pada ibu hamil adalah dengan mengetahui penyebab utamanya.
Karena itu, jika Anda mengalami tanda dan gejala anemia, sebaiknya segera
berkonsultasi dengan dokter kandungan. Selain itu, periksakan kondisi kehamilan
secara rutin untuk mendeteksi masalah kesehatan lebih cepat.
Oleh sebab itu, Anda yang mengalami anemia sangat
perlu mengonsumsi beberapa sumber makanan berikut setiap harinya agar kebutuhan
zat besi tercukupi dan terbebas dari anemia.
1. ASI
Bagi bayi baru lahir
yang cukup bulan dan memiliki berat badan lahir normal memiliki simpanan zat
besi yang cukup di dalam tubuhnya untuk 4-6 bulan ke depan. Meski demikian,
untuk memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhannya, bayi di bawah usia 6 bulan
tetap memerlukan ASI sebagai sumber pemenuhan zat besi dan nutrisi yang
lainnya.
Kandungan zat besi di
dalam ASI memang tidak setinggi sumber makanan lainnya, tetapi zat besi yang
ada di dalam ASI 5 kali lebih mudah diserap oleh tubuh bayi dibandingkan dengan
susu formula.
2. Daging dan makanan
laut
Daging (unggas, sapi,
domba), hati, ikan dan kerang-kerangan merupakan sumber makanan yang kaya akan
kandungan zat besi dan asam folat. Sumber makanan yang berasal dari hewan ini
sangat mudah untuk ditemukan dan mudah untuk diolah.
Dalam 85 gram daging
sapi tanpa lemak, terkandung 2 mg zat besi. Sedangkan, pada makanan laut
seperti kerang mengandung zat besi yang lebih tinggi, di mana setiap 85 gram
mengandung 8 mg zat besi.
3. Serealia dan
kacang-kacangan
Sumber zat besi yang
tak terduga lainnya berasal dari serealia (seperti gandum, beras coklat) dan
kacang-kacangan (seperti kedelai, kacang polong dan kacang almond, dan kacang
mede). Serealia dan kacang-kacangan memiliki kandungan zat besi yang sedang,
sekitar 2-3 mg setiap 85 gram.
4. Rempah-rempah
Jangan menganggap remeh
kandungan rempah-rempah. Rupanya rempah seperti kunyit, jinten, daun thyme dan
daun mint mengandung zat besi yang diperlukan tubuh.
Dalam 1 sendok teh
rempah-rempah terdapat kandungan zat besi sebanyak 1,2-1,6 mg. Jadi, jangan
lupa ya untuk menambahkan rempah-rempah dalam masakan Anda sehari-hari.
5. Sayuran
Sayuran seperti bayam,
kentang, brokoli, asparagus, kembang kol, paprika dan kale merupakan sumber zat
besi dan vitamin B12 yang berasal dari tumbuhan.
Meski kandungan zat
besinya lebih rendah dan lebih sulit diserap oleh tubuh, kandungan lain pada
sayur-sayuran seperti vitamin C ternyata membantu penyerapan zat besi yang
lebih baik di dalam saluran pencernaan.
6. Buah berwarna cerah
Buah-buahan segar
seperti jeruk, stroberi, kiwi, jambu dan melon merupakan makanan yang kaya akan
vitamin C. Sama seperti sayuran, kandungan vitamin C dalam buah-buahan membantu
penyerapan zat besi di dalam tubuh menjadi lebih cepat, sehingga proses pembentukan
hemoglobin dalam darah dapat meningkat.
Jika makanan yang
mengandung vitamin C membantu memaksimalkan penyerapan zat besi, ada pula
sumber makanan yang menjadi penghambat penyerapan zat besi. Produk susu seperti
keju dan minuman yang berkafein seperti teh dan kopi sebaiknya dihindari untuk
dikonsumsi secara bersamaan. Jika memang ingin mengonsumsinya, lebih baik beri
jeda setidaknya 2 jam setelah melahap sumber makanan yang kaya akan zat
besi.
Anemia dapat dicegah
dengan menerapkan pola makan yang baik agar terpenuhi kebutuhan zat besi setiap
harinya. Jika Anda masih bingung tentang sumber makanan yang baik dan seberapa
banyak yang harus dikonsumsi, konsultasikan saja lebih lanjut dengan dokter
spesialis gizi atau ahli gizi. (HNS/AYU/klikdokter)