KALTENGPOS.CO – Lansia merupakan kelompok rentan terserang virus
corona. Hal itu membuat mereka memiliki tantangan berat dalam menjalani hidup
di masa pandemi Covid-19 saat ini. Terlebih jika memiliki penyakit penyerta
bahkan demensia.
Bicara soal demensia, dalam
penelitian terbaru terungkap bahwa kematian pasien Covid-19 terutama lansia
disertai penyakit penyerta penurunan fungsi otak. Hal ini diungkapkan Direktur
Regional Alzheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas ALZI DY Suharya dalam
webinar ‘Let’s talk about Dementia’.
Suharya memaparkan, berdasarkan
penelitian kolaboratif antara London School of Economics dan University College
of London, secara global, sekitar 75 persen kematian pasien yang terpapar
Covid-19 adalah orang dengan demensia sebagai penyakit penyerta (underlying condition). Usia merupakan
faktor terbesar terkait dengan demensia.
“Golongan lansia memiliki risiko
paling tinggi terhadap paparan Covid-19,†katanya baru-baru ini.
Sedangkan, Ahli Syaraf dan Dekan
UNIKA Atma Jaya Dr. dr. Yuda Turana SpS. mengakui, ada masalah besar yang
dihadapi rumah sakit dalam menghadapi pasien demensia di tengah pandemi. Salah
satunya tidak ada pendampingan saat berada di ruang isolasi
“Dengan jumlah tenaga kesehatan
rumah sakit belum sepenuhnya memadai menjadi permasalahan besar pasien lansia
dengan demensia di rumah sakit,†jelas dr. Yuda.
Demensia merupakan gejala
penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Sedangkan demensia Alzheimer
adalah gangguan penurunan fungsi otak yang memengaruhi emosi, daya ingat, dan pengambilan
keputusan seseorang dan biasa disebut pikun.
Lantas, bagaimana pandemi
Covid-19 memengaruhi kesehatan otak?
Lebih lanjut, ia mengungkapkan
bahwa kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini juga membuat banyak
orang rentan akan kesepian, kecemasan, dan depresi. Tak terkecuali Orang Dengan
Demensia (ODD) dan caregivers.
Penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) telah memengaruhi kondisi fisik dan mental masyarakat.
Perubahan-perubahan sikap atau behavior
changes yang diadopsi dalam situasi kebiasaan baru juga meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap kesehatan otak.
Menurutnya, kondisi pandemi
Covid-19 membuat masyarakat di antaranya merasa kesulitan dan takut untuk
datang ke rumah sakit dan berkonsultasi secara langsung.
Meskipun beberapa rumah sakit
sudah menyediakan pelayanan konsultasi online, namun tidak bisa menggantikan
sepenuhnya pemeriksaan fisik saat kehadiran pasien di rumah sakit.