30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

WHO Sebut Kemungkinan Obat Corona Tak Akan Pernah Ada

KALTENGPOS.CO – Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperingatkan,
bahwa kemungkinan besar ‘obat manjur’ untuk mengobati virus corona (Covid-19)
tidak akan pernah ada.

Direktur Jenderal WHO, Tedros
Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pemerintah dan masyarakat seharusnya fokus pada
langkah-langkah yang diketahui ampuh, yaitu testing, pelacakan kontak, jaga
jarak fisik dan pemakaian masker.

“Kita semua berharap memiliki
sejumlah vaksin ampuh yang bisa membantu mencegah orang tertular. Namun, tidak
ada obat yang manjur saat ini, dan mungkin tidak akan pernah ada. Jadi, yang
bisa dilakukan saat ini untuk menghentikan wabah adalah menerapkan dasar-dasar
kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit,” ujar Tedros sebagaimana
dilansir VOA, Selasa (4/8).

Meskipun banyak negara sudah
memberlakukan pembatasan sosial selama berbulan-bulan sehingga melumpuhkan
ekonomi, pandemi virus corona terus meluas. Kini tercatat hampir 700.000
kematian di seluruh dunia.

Baca Juga :  Cara Memulihkan Diri dari Mimpi Buruk

Di negara-negara yang sebelumnya
berhasil mengendalikan, wabah kembali merebak, misalnya Australia yang pada
Senin (2/8/2020) kembali menerapkan jam malam di Negara Bagian Victoria.
Sementara di Filipina, pemerintah juga menerapkan kembali penutupan wilayah
atau lockdown setelah jumlah penularan melampaui 100 ribu.

Berdasarkan data Worldometer, per
Selasa 4 Agustus 2020, jumlah akumulasi kasus telah lebih dari 18 juta pasien,
dengan penambahan 171.815 orang telah dinyatakan positif dalam 24 jam.

Sehingga total akumulasi kasus
mencapai 18.406.862 orang, dengan 697.937 kematian dan sudah 11.647.251 pasien
yang dinyatakan sembuh virus corona.

Terdapat 5 negara yang melaporkan
penambahan kasus baru cukup tinggi di dunia pada Selasa pagi ini, yakni India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan.

Amerika masih menjadi negara yang
paling terimbas pandemi. Sejauh ini, dilaporkan 4,6 juta kasus dan hampir
155.000 kematian di Amerika.

Baca Juga :  Lindungi Tubuh dari Virus dan Penyakit dengan Kombinasi 4 Herbal

Deborah Birx, kepala gugus tugas
virus corona Gedung Putih, memperingatkan negara itu telah memasuki fase baru.
“Apa yang kita saksikan sekarang berbeda dari apa yang terjadi pada Maret dan
April,” kata Birx kepada stasiun televisi CNN.

Kepala teknis WHO untuk tanggap
COVID-19 Maria Van Kerkhove mengatakan, kajian baru-baru ini memperkirakan
tingkat kematian akibat virus corona adalah 0,6 persen.

“Mungkin angka itu terdengar
tidak besar, tetapi cukup tinggi jika memperhitungkan virus yang mudah menular,
yang bisa menular dengan cepat,” katanya.

Pandemi mendorong banyak pihak
bergegas membuat vaksin. Rusia pada Senin menyatakan akan meluncurkan vaksin
secara massal pada September dan memproduksi “jutaan” dosis vaksin setiap bulan
sebelum tahun depan.

KALTENGPOS.CO – Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperingatkan,
bahwa kemungkinan besar ‘obat manjur’ untuk mengobati virus corona (Covid-19)
tidak akan pernah ada.

Direktur Jenderal WHO, Tedros
Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pemerintah dan masyarakat seharusnya fokus pada
langkah-langkah yang diketahui ampuh, yaitu testing, pelacakan kontak, jaga
jarak fisik dan pemakaian masker.

“Kita semua berharap memiliki
sejumlah vaksin ampuh yang bisa membantu mencegah orang tertular. Namun, tidak
ada obat yang manjur saat ini, dan mungkin tidak akan pernah ada. Jadi, yang
bisa dilakukan saat ini untuk menghentikan wabah adalah menerapkan dasar-dasar
kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit,” ujar Tedros sebagaimana
dilansir VOA, Selasa (4/8).

Meskipun banyak negara sudah
memberlakukan pembatasan sosial selama berbulan-bulan sehingga melumpuhkan
ekonomi, pandemi virus corona terus meluas. Kini tercatat hampir 700.000
kematian di seluruh dunia.

Baca Juga :  Cara Memulihkan Diri dari Mimpi Buruk

Di negara-negara yang sebelumnya
berhasil mengendalikan, wabah kembali merebak, misalnya Australia yang pada
Senin (2/8/2020) kembali menerapkan jam malam di Negara Bagian Victoria.
Sementara di Filipina, pemerintah juga menerapkan kembali penutupan wilayah
atau lockdown setelah jumlah penularan melampaui 100 ribu.

Berdasarkan data Worldometer, per
Selasa 4 Agustus 2020, jumlah akumulasi kasus telah lebih dari 18 juta pasien,
dengan penambahan 171.815 orang telah dinyatakan positif dalam 24 jam.

Sehingga total akumulasi kasus
mencapai 18.406.862 orang, dengan 697.937 kematian dan sudah 11.647.251 pasien
yang dinyatakan sembuh virus corona.

Terdapat 5 negara yang melaporkan
penambahan kasus baru cukup tinggi di dunia pada Selasa pagi ini, yakni India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan.

Amerika masih menjadi negara yang
paling terimbas pandemi. Sejauh ini, dilaporkan 4,6 juta kasus dan hampir
155.000 kematian di Amerika.

Baca Juga :  Lindungi Tubuh dari Virus dan Penyakit dengan Kombinasi 4 Herbal

Deborah Birx, kepala gugus tugas
virus corona Gedung Putih, memperingatkan negara itu telah memasuki fase baru.
“Apa yang kita saksikan sekarang berbeda dari apa yang terjadi pada Maret dan
April,” kata Birx kepada stasiun televisi CNN.

Kepala teknis WHO untuk tanggap
COVID-19 Maria Van Kerkhove mengatakan, kajian baru-baru ini memperkirakan
tingkat kematian akibat virus corona adalah 0,6 persen.

“Mungkin angka itu terdengar
tidak besar, tetapi cukup tinggi jika memperhitungkan virus yang mudah menular,
yang bisa menular dengan cepat,” katanya.

Pandemi mendorong banyak pihak
bergegas membuat vaksin. Rusia pada Senin menyatakan akan meluncurkan vaksin
secara massal pada September dan memproduksi “jutaan” dosis vaksin setiap bulan
sebelum tahun depan.

Terpopuler

Artikel Terbaru