26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Heboh Fetish Pocong, Seksolog Jelaskan Ragam Penyimpangan Seksual

Dunia
media sosial dihebohkan dengan kabar viral dugaan pelecehan seksual dengan cara
‘Fetish’ menggunakan kain jarik dan korbannya dibungkus seperti pocong.
Sebetulnya mengapa seseorang bisa sampai berperilaku aneh atau tak umum seperti
itu?

Seksolog
Zoya Amirin menilai, tentunya seorang ahli tak bisa mengeneralisir semua
tindakan penyimpangan seksual seseorang tanpa mendiagnosa individu tersebut.
Namun secara umum, memang terdapat penyimpangan seksual atau sexual disorder
yang bisa dialami oleh seseorang.

“Ada
banyak penyimpangan seperti Paraphilia, Eksibisionis, BDSM, sadomasokis,
pedofil, hingga Fetish. Fetish masuk dalam kategori Paraphilia,” jelasnya
kepada JawaPos.com, Jumat (31/7).

Paraphilia
adalah perilaku seksual menyimpang (menurut DSM V atau Diagnostic Statistical
Manual for Mental Disorder V). Fetish adalah bagian dari Paraphilia, perilaku
seksual menyimpang di mana Individu merasa terangsang pada bagian tubuh nonton
seksual (selain payudara dan kelamin).

“Seperti
jempol kaki, betis, ketiak, jari tangan, perempuan gemuk misalnya. atau
terangsang pada benda benda nonton seksual (selain pakaian dalam dan lingerie)
seperti kain kafan, selimut bayi, kaos kaki, sepatu hak tinggi,” kata Zoya.

Baca Juga :  Jangan Salah, Ini Cara Menggunakan Obat Asma Hirup yang Tepat

Nah
ada juga jenis penyimpangan seksual lainnya yaitu Necrophilia. Adalah individu
yang terangsang dengan individu yang tidak berdaya, dalam keadaan koma atau
menjadi mayat.

“Dalam
kasus yang ramai di media sosial, kemungkinan bisa mengalami gangguan campuran
yakni Fetish-Necrophilia. Jadi terangsang saat korbannya seperti mayat, tak
berdaya, dan terbujur kaku,” ungkapnya.

Menurut
Zoya, biasanya ada pelaku Paraphilia yang jenis Fetish bersifat Non-coercive
atau tidak memaksa. Dan ada yang tipe memaksa (coercive). Kondisi ini masuk
dalam ranah pelecehan seksual.

“Karena
manipulasi dengan kedok riset sebagai modusnya. Masuk dalam kategori pelecehan
seksual,” tutrnya.

Penyimpangan
Akut dan Biasa

Penyimpangan
kategori biasa, biasanya dialami seseorang bisa terangsang jika melakukan
penyimpangan dan sudah berhubungan intim. Sedangkan penyimpangan akut, hanya
dengan melihat targetnya saja menggunakan benda-benda yang membuat pelaku
nyaman, sudah bisa mengalami ereksi dan ejakulasi.

Baca Juga :  Semangat! Simak 7 Cara Kembalikan Gairah Bekerja Usai Liburan Panjang

“Dalam
kasus ini, pelaku bisa mengarah ke akut. Mild akut. Karena katanya meraba-raba
korbannya,” ujarnya.

Banyak
Terjadi Pada Pria

Menurut
Zoya, perilaku Paraphilia banyak terjadi pada pria. Hal itu disebabkan budaya
patriarki yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, yang membuat pria
harus berusaha tetap kuat dan tegar sekalipun mereka ingin menangis.

“Sehingga
terjadi displacement atau perilaku yang tan sesuai. Bisa juga karena pola asuh
orang tua, atau jatuh cinta kemudian sedih karena pernah ditolak, trauma masa
lalu dan lainnya,” katanya.

Saat
pelaku menggunakan kain jarik sebagai metode atau media kepada korban, menurut
Zoya bisa jadi kain itulah yang membuatnya nyaman. Bisa jadi kain tersebut
memiliki kenangan yang bisa membuat nyaman bagi pelakunya.

“Bisa
kok dengan selimut bayi, bisa jadi kain jarik itu membuatnya nyaman saat kecil.
Secara tak langsung alam bawah sadarnya membawanya ke masa lalu pada
benda-benda yang membuatnya nyaman,” tutupnya.

Dunia
media sosial dihebohkan dengan kabar viral dugaan pelecehan seksual dengan cara
‘Fetish’ menggunakan kain jarik dan korbannya dibungkus seperti pocong.
Sebetulnya mengapa seseorang bisa sampai berperilaku aneh atau tak umum seperti
itu?

Seksolog
Zoya Amirin menilai, tentunya seorang ahli tak bisa mengeneralisir semua
tindakan penyimpangan seksual seseorang tanpa mendiagnosa individu tersebut.
Namun secara umum, memang terdapat penyimpangan seksual atau sexual disorder
yang bisa dialami oleh seseorang.

“Ada
banyak penyimpangan seperti Paraphilia, Eksibisionis, BDSM, sadomasokis,
pedofil, hingga Fetish. Fetish masuk dalam kategori Paraphilia,” jelasnya
kepada JawaPos.com, Jumat (31/7).

Paraphilia
adalah perilaku seksual menyimpang (menurut DSM V atau Diagnostic Statistical
Manual for Mental Disorder V). Fetish adalah bagian dari Paraphilia, perilaku
seksual menyimpang di mana Individu merasa terangsang pada bagian tubuh nonton
seksual (selain payudara dan kelamin).

“Seperti
jempol kaki, betis, ketiak, jari tangan, perempuan gemuk misalnya. atau
terangsang pada benda benda nonton seksual (selain pakaian dalam dan lingerie)
seperti kain kafan, selimut bayi, kaos kaki, sepatu hak tinggi,” kata Zoya.

Baca Juga :  Jangan Salah, Ini Cara Menggunakan Obat Asma Hirup yang Tepat

Nah
ada juga jenis penyimpangan seksual lainnya yaitu Necrophilia. Adalah individu
yang terangsang dengan individu yang tidak berdaya, dalam keadaan koma atau
menjadi mayat.

“Dalam
kasus yang ramai di media sosial, kemungkinan bisa mengalami gangguan campuran
yakni Fetish-Necrophilia. Jadi terangsang saat korbannya seperti mayat, tak
berdaya, dan terbujur kaku,” ungkapnya.

Menurut
Zoya, biasanya ada pelaku Paraphilia yang jenis Fetish bersifat Non-coercive
atau tidak memaksa. Dan ada yang tipe memaksa (coercive). Kondisi ini masuk
dalam ranah pelecehan seksual.

“Karena
manipulasi dengan kedok riset sebagai modusnya. Masuk dalam kategori pelecehan
seksual,” tutrnya.

Penyimpangan
Akut dan Biasa

Penyimpangan
kategori biasa, biasanya dialami seseorang bisa terangsang jika melakukan
penyimpangan dan sudah berhubungan intim. Sedangkan penyimpangan akut, hanya
dengan melihat targetnya saja menggunakan benda-benda yang membuat pelaku
nyaman, sudah bisa mengalami ereksi dan ejakulasi.

Baca Juga :  Semangat! Simak 7 Cara Kembalikan Gairah Bekerja Usai Liburan Panjang

“Dalam
kasus ini, pelaku bisa mengarah ke akut. Mild akut. Karena katanya meraba-raba
korbannya,” ujarnya.

Banyak
Terjadi Pada Pria

Menurut
Zoya, perilaku Paraphilia banyak terjadi pada pria. Hal itu disebabkan budaya
patriarki yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, yang membuat pria
harus berusaha tetap kuat dan tegar sekalipun mereka ingin menangis.

“Sehingga
terjadi displacement atau perilaku yang tan sesuai. Bisa juga karena pola asuh
orang tua, atau jatuh cinta kemudian sedih karena pernah ditolak, trauma masa
lalu dan lainnya,” katanya.

Saat
pelaku menggunakan kain jarik sebagai metode atau media kepada korban, menurut
Zoya bisa jadi kain itulah yang membuatnya nyaman. Bisa jadi kain tersebut
memiliki kenangan yang bisa membuat nyaman bagi pelakunya.

“Bisa
kok dengan selimut bayi, bisa jadi kain jarik itu membuatnya nyaman saat kecil.
Secara tak langsung alam bawah sadarnya membawanya ke masa lalu pada
benda-benda yang membuatnya nyaman,” tutupnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru