Kecanduan sosial media adalah kondisi ketika seseorang sulit melepaskan diri dari media sosial, gadget, atau internet meskipun sudah mengganggu keseharian.
Tentu saja kemajuan teknologi membuat semua hal yang berbentu informasi dapat diraih dengan mudah. Tetapi hal ini dapat menjadi masalah pada fisik dan mental Anda.
Kemunculan beberapa terminologi baru yang berakar dari kecanduan media sosial menunjukkan betapa pentingnya masalah ini.
Saya akan coba berikan gambaran, Mungkin Anda pernah menunda-nunda hal yang penting karena terlalu asyik scrolling media sosial hingga berjam-jam lamanya. Anda sudah sadar harus berhenti, tetapi tetap menunda karena berpikir “Ah satu video lagi”.
Teruntuk kalian yang kronis secara online, pastinya pernah mendengar terminologi untuk tindakan yang satu ini. Yap, betul doomscrolling.
Seseorang yang kecanduan media sosial akan memprioritaskan tersambungnya gawai mereka pada internet.
Hal ini tentunya dapat mengganggu karier dan hubungan dengan orang terkasih. Kecanduan ini juga dapat merambat ke masalah mental yang lain.
Ingin tahu lebih dalam tentang kecanduan media sosial? Simak beberapa penjelasannya berikut ini.
- Ciri – Ciri Seseorang Dengan Kecanduan Media Sosial
Dilansir dari Better Health, seorang pengguna media sosial yang normal akan merasa baik-baik saja ketika tidak menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut.
Namun, seseorang yang sudah kecanduan memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Keharusan untuk online – Jika seseorang ingin menghibur diri, umumnya mereka akan melarikan diri dengan melakukan hobi. Tidak untuk pecandu media sosial. Mereka akan menggunakan media sosial untuk menghibur diri mereka dari situasi yang sulit.
Perasaan gelisah – seorang pecandu media sosial akan merasa gelisah jika tidak online dan scrolling media sosial.
Internet sebagai pertahanan – Ketika seorang pecandu dihadapi oleh situasi yang buruk, mereka akan menggunakan internet untuk memberikan rasa aman.
Berlebihan dalam penggunaan – Pecandu media sosial cenderung menghabiskan waktu berlebihan di platform tersebut, yang dapat menyebabkan penundaan pekerjaan.
Siap kehilangan hubungan – pada situasi yang lebih extrem, seorang pecandu media sosial rela kehilangan hubungan dengan orang terdekat mereka.
- Dampak Kecanduan Sosial Media
“Cuma scolling media sosial aja emang bahayanya apa? Saya tidak separah itu dalam penggunaannya”
Mungkin saat ini Anda menggunakan media sosial secara moderat tetapi kecanduan yang mengarah pada penggunaan yang berlebihan bisa saja terjadi.
Dilansir dari The Neuro Times, Ketika Anda menggunakan media sosial, zat dalam otak yang disebut sebagai dopamin memberikan Anda perasaan bahagia.
Namun, seperti kecanduan lainnya, tubuh akan menyeimbangkan diri sehingga efek zat ini tidak lagi sekuat saat kita menggunakan media sosial.
Belum terdengar menakutkan? Memang kedengarannya seperti masalah kecil. Tetapi penting untuk diketahui, dopamine adalah sumber dari perasaan senang Anda.
Hasilnya Anda akan terus menggunakan media sosial dengan lebih intens mengharapkan perasaan senang yang sama. Hal ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan untuk fokus hingga depresi.
Dilansir dari Healthline, beberapa dampak lain dapat ikut menyertai. Salah satunya adalah munculnya rasa rendah diri karena sering kali kita terjebak dalam persepsi keliru bahwa hidup orang lain jauh lebih “sempurna” daripada milik kita.
Dari sini, perasaan terisolasi dan kesepian pun semakin meningkat, bahkan bisa berujung pada kecemasan hingga depresi.
Bagi sebagian orang, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan sosial, ditambah lagi dengan rasa takut ketinggalan momen (FOMO) yang justru membuat kita makin kecanduan membuka media sosial.
Kebiasaan tersebut juga kerap mengganggu pola tidur, terutama jika dilakukan sebelum waktu istirahat malam.
- Cara Menghindari Kecanduan Media Sosial
Untuk menjaga keseimbangan yang lebih sehat dengan media sosial, ada beberapa langkah sederhana yang bisa mulai diterapkan.
Salah satunya dengan menghapus aplikasi media sosial dari smartphone. Cara ini tidak berarti Anda harus benar-benar berhenti.
Anda dapat mengakses media sosial melalui komputer yang tentunya dapat mengurangi penggunaan media sosial berkurang secara signifikan.
Selain itu, coba biasakan untuk mematikan ponsel pribadi saat sedang bekerja, belajar, makan, atau melakukan aktivitas santai.
Anda juga bisa menonaktifkan notifikasi tertentu agar tidak selalu tergoda untuk membuka aplikasi.
Kebiasaan kecil lain yang efektif adalah tidak membawa ponsel, tablet, atau laptop ke kamar tidur. Dengan begitu, kualitas tidur lebih terjaga.
Jangan lupa, interaksi tatap muka dengan keluarga dan teman tetap jauh lebih berharga dibanding sekadar chat atau komentar online.
Dan sesekali, berikan diri Anda waktu untuk benar-benar rehat dari media sosial. Detoks digital semacam ini bisa membantu Anda menemukan pijakan nyata di kehidupan sehari-hari.(jpc)