28.8 C
Jakarta
Tuesday, October 21, 2025

Mulai Populer di Indonesia, Halloween Jadi Tren Hiburan Global atau Ancaman Tradisi Lokal

PERAYAAN Halloween semakin marak di berbagai kota besar di Indonesia. Menjelang akhir Oktober, dekorasi bernuansa oranye, kostum menyeramkan, hingga pesta bertema horor mulai menghiasi pusat perbelanjaan, restoran, hingga institusi pendidikan. Fenomena ini menunjukkan meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap perayaan yang berasal dari budaya Barat tersebut.

Halloween yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober berakar dari tradisi kuno bangsa Celtik bernama Samhain, yang telah dirayakan lebih dari dua ribu tahun lalu di wilayah Irlandia dan Inggris. Dalam kepercayaan saat itu, malam Samhain diyakini sebagai waktu ketika batas antara dunia manusia dan roh menjadi tipis, memungkinkan arwah untuk “berkunjung” ke bumi. Tradisi ini kemudian mengalami perkembangan dan pengaruh dari gereja, hingga dikenal sebagai All Hallows’ Eve, yang kini lebih dikenal dengan sebutan Halloween.

Di Indonesia, perayaan Halloween mulai dikenal dalam satu dekade terakhir. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, berbagai kegiatan seperti pesta kostum, lomba dekorasi seram, dan acara tematik mulai rutin digelar, terutama oleh kalangan muda serta institusi internasional. Meski demikian, perayaan ini masih berada dalam ranah hiburan dan belum menjadi bagian dari budaya masyarakat secara menyeluruh.

Baca Juga :  Ketahui Lebih Lanjut Zodiak yang Memiliki Kesetiaan Dalam Hubungan

Kendati demikian, tidak semua pihak menyambut baik euforia ini. Beberapa kalangan menilai bahwa unsur-unsur supranatural yang identik dengan Halloween, seperti hantu, roh, dan ritual malam, berpotensi bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Pemerhati budaya dari Universitas Airlangga, Dr. Dwi Prasetyo, menyatakan, “Kita harus hati-hati agar tidak sekadar ikut tren luar tanpa memahami maknanya.” Ia menilai bahwa masyarakat Indonesia sejatinya memiliki banyak tradisi serupa yang berakar pada budaya lokal, seperti Ruwahan, Suroan atau upacara tolak bala.

Namun, dari perspektif ekonomi dan industri kreatif, perayaan Halloween justru membuka peluang baru. Menjelang akhir Oktober, penjualan kostum, dekorasi, serta produk tematik mengalami peningkatan signifikan. Beberapa pelaku usaha, khususnya di sektor kuliner dan hiburan, memanfaatkan momen ini untuk menarik minat pengunjung dengan menghadirkan suasana “Halloween Night” yang lengkap dengan dekorasi khas dan promo khusus.

Di kalangan anak muda, Halloween lebih dipandang sebagai ruang ekspresi diri dan kreativitas. Lewat riasan wajah, kostum unik, hingga konten media sosial, perayaan ini menjadi ajang bersenang-senang dan menyalurkan imajinasi. Tren ini menunjukkan bahwa adaptasi budaya asing tidak selalu membawa dampak negatif, selama diletakkan dalam konteks hiburan dan tidak menggantikan nilai-nilai lokal.

Baca Juga :  Tanda Utama Anda Memiliki Kepribadian Kelas Atas Meskipun Kondisi Keuangan Biasa-Biasa Saja

Meski begitu, pengaruh budaya global seperti Halloween tetap perlu diarahkan agar selaras dengan kearifan lokal. Salah satu gagasan yang muncul adalah mengemas perayaan ini dengan nuansa budaya Nusantara, misalnya melalui kostum yang terinspirasi dari cerita rakyat atau tokoh mitologi Indonesia. Langkah ini dinilai dapat menjadi media pelestarian budaya dalam format yang lebih modern dan diterima oleh generasi muda.

Secara umum, perayaan Halloween di Indonesia belum dapat dikatakan sebagai bentuk adaptasi budaya yang utuh. Namun, geliatnya yang kian terasa di masyarakat perkotaan menunjukkan bahwa perayaan ini berpotensi menjadi bagian dari gaya hidup kontemporer. Selama masyarakat mampu memisahkan antara unsur hiburan dan nilai spiritual, Halloween dapat menjadi medium ekspresi tanpa mengikis identitas budaya lokal.(sry/jpg)

PERAYAAN Halloween semakin marak di berbagai kota besar di Indonesia. Menjelang akhir Oktober, dekorasi bernuansa oranye, kostum menyeramkan, hingga pesta bertema horor mulai menghiasi pusat perbelanjaan, restoran, hingga institusi pendidikan. Fenomena ini menunjukkan meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap perayaan yang berasal dari budaya Barat tersebut.

Halloween yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober berakar dari tradisi kuno bangsa Celtik bernama Samhain, yang telah dirayakan lebih dari dua ribu tahun lalu di wilayah Irlandia dan Inggris. Dalam kepercayaan saat itu, malam Samhain diyakini sebagai waktu ketika batas antara dunia manusia dan roh menjadi tipis, memungkinkan arwah untuk “berkunjung” ke bumi. Tradisi ini kemudian mengalami perkembangan dan pengaruh dari gereja, hingga dikenal sebagai All Hallows’ Eve, yang kini lebih dikenal dengan sebutan Halloween.

Di Indonesia, perayaan Halloween mulai dikenal dalam satu dekade terakhir. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, berbagai kegiatan seperti pesta kostum, lomba dekorasi seram, dan acara tematik mulai rutin digelar, terutama oleh kalangan muda serta institusi internasional. Meski demikian, perayaan ini masih berada dalam ranah hiburan dan belum menjadi bagian dari budaya masyarakat secara menyeluruh.

Baca Juga :  Ketahui Lebih Lanjut Zodiak yang Memiliki Kesetiaan Dalam Hubungan

Kendati demikian, tidak semua pihak menyambut baik euforia ini. Beberapa kalangan menilai bahwa unsur-unsur supranatural yang identik dengan Halloween, seperti hantu, roh, dan ritual malam, berpotensi bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Pemerhati budaya dari Universitas Airlangga, Dr. Dwi Prasetyo, menyatakan, “Kita harus hati-hati agar tidak sekadar ikut tren luar tanpa memahami maknanya.” Ia menilai bahwa masyarakat Indonesia sejatinya memiliki banyak tradisi serupa yang berakar pada budaya lokal, seperti Ruwahan, Suroan atau upacara tolak bala.

Namun, dari perspektif ekonomi dan industri kreatif, perayaan Halloween justru membuka peluang baru. Menjelang akhir Oktober, penjualan kostum, dekorasi, serta produk tematik mengalami peningkatan signifikan. Beberapa pelaku usaha, khususnya di sektor kuliner dan hiburan, memanfaatkan momen ini untuk menarik minat pengunjung dengan menghadirkan suasana “Halloween Night” yang lengkap dengan dekorasi khas dan promo khusus.

Di kalangan anak muda, Halloween lebih dipandang sebagai ruang ekspresi diri dan kreativitas. Lewat riasan wajah, kostum unik, hingga konten media sosial, perayaan ini menjadi ajang bersenang-senang dan menyalurkan imajinasi. Tren ini menunjukkan bahwa adaptasi budaya asing tidak selalu membawa dampak negatif, selama diletakkan dalam konteks hiburan dan tidak menggantikan nilai-nilai lokal.

Baca Juga :  Tanda Utama Anda Memiliki Kepribadian Kelas Atas Meskipun Kondisi Keuangan Biasa-Biasa Saja

Meski begitu, pengaruh budaya global seperti Halloween tetap perlu diarahkan agar selaras dengan kearifan lokal. Salah satu gagasan yang muncul adalah mengemas perayaan ini dengan nuansa budaya Nusantara, misalnya melalui kostum yang terinspirasi dari cerita rakyat atau tokoh mitologi Indonesia. Langkah ini dinilai dapat menjadi media pelestarian budaya dalam format yang lebih modern dan diterima oleh generasi muda.

Secara umum, perayaan Halloween di Indonesia belum dapat dikatakan sebagai bentuk adaptasi budaya yang utuh. Namun, geliatnya yang kian terasa di masyarakat perkotaan menunjukkan bahwa perayaan ini berpotensi menjadi bagian dari gaya hidup kontemporer. Selama masyarakat mampu memisahkan antara unsur hiburan dan nilai spiritual, Halloween dapat menjadi medium ekspresi tanpa mengikis identitas budaya lokal.(sry/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/