Banyak orang berusaha keras menampilkan citra tertentu agar dikagumi orang lain. Terutama bagi sebagian kalangan kelas menengah, ada anggapan bahwa beberapa hal bisa membuat mereka terlihat lebih keren.
Namun, tahukah kamu bahwa menurut psikologi, beberapa hal yang sering dianggap mengesankan justru tidak demikian? Mari kita bahas lebih lanjut beberapa pemikiran keliru tersebut.
Dalam kehidupan sosial, wajar jika kita ingin diterima dan dihormati. Cara kita berpakaian, barang-barang yang kita miliki, atau bahkan topik pembicaraan sering kali kita pilih dengan harapan bisa membuat orang lain terkesan.
Akan tetapi, psikologi justru mengungkapkan bahwa beberapa upaya untuk tampil menonjol ini mungkin tidak efektif, bahkan bisa jadi kontraproduktif. Kelas menengah, sering kali berada di antara dua dunia, kadang terjebak dalam pemikiran tertentu tentang apa yang dianggap prestisius.
Dilansir dari Blogherald.com pada Rabu (19/3), berikut adalah 7 hal yang dianggap mengesankan oleh kelas menengah, namun sebenarnya tidak menurut psikologi.
- Pamer Barang Mewah Terbaru
Banyak yang percaya bahwa memiliki dan memamerkan gadget atau barang mewah keluaran terbaru akan meningkatkan status sosial. Mereka mungkin berpikir bahwa dengan menunjukkan logo merek terkenal, orang lain akan melihat mereka sebagai sosok yang sukses dan berkelas.
Padahal, menurut psikologi, fokus pada materi berlebihan justru bisa menunjukkan insecurity. Orang yang benar-benar percaya diri tidak perlu validasi dari barang-barang yang mereka miliki.
- Terobsesi dengan Merek Mahal
Selain barang mewah terbaru, obsesi terhadap merek-merek mahal juga sering dianggap sebagai cara untuk menunjukkan status. Mulai dari pakaian, tas, hingga mobil, semua harus bermerek terkenal. Pemikiran ini didasari asumsi bahwa merek mahal otomatis berarti kualitas dan prestise.
Namun, psikologi justru mengatakan bahwa orang yang terlalu fokus pada merek seringkali mencari pengakuan eksternal. Kualitas sejati dan gaya pribadi tidak selalu harus mahal.
- Membicarakan Pekerjaan dan Jabatan Tinggi Terus-Menerus
Satu di antara cara yang sering digunakan untuk membuat orang terkesan adalah dengan terus-menerus membicarakan pekerjaan dan jabatan yang tinggi. Mereka mungkin merasa bahwa dengan menceritakan betapa pentingnya pekerjaan mereka, orang lain akan merasa kagum.
Padahal, percakapan yang terus berputar pada diri sendiri dan pencapaian karier bisa dianggap membosankan dan bahkan sombong. Orang lebih tertarik pada percakapan yang seimbang dan melibatkan berbagai topik.
- Menunjukkan Pengetahuan yang Luas dengan Cara yang Agresif
Beberapa orang berusaha keras menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai hal. Mereka mungkin menyela pembicaraan atau mengoreksi orang lain dengan tujuan terlihat pintar.
Namun, cara seperti ini justru bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman dan bahkan menjauhi mereka. Menunjukkan pengetahuan dengan cara yang rendah hati dan dalam konteks yang tepat akan lebih dihargai.
- Mengkritik Orang Lain untuk Terlihat Lebih Unggul
Sayangnya, ada juga yang mencoba membuat diri mereka terlihat lebih baik dengan cara mengkritik atau merendahkan orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa dengan menyoroti kekurangan orang lain, kelebihan mereka akan lebih terlihat.
Padahal, perilaku seperti ini menunjukkan insecurity dan kurangnya empati. Orang yang benar-benar unggul tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk bersinar.
- Berusaha Tampil Sempurna di Media Sosial
Di era media sosial, banyak orang berusaha menampilkan citra diri yang sempurna. Mereka hanya membagikan momen-momen bahagia dan pencapaian mereka, seolah hidup mereka tanpa cela.
Namun, psikologi mengingatkan bahwa kesempurnaan yang dibuat-buat ini tidak realistis dan justru bisa menimbulkan tekanan pada diri sendiri dan orang lain. Keaslian dan kerentanan justru lebih menarik dan relatable.
- Mengikuti Tren Kekinian Tanpa Dipikirkan Matang
Demi terlihat keren dan up-to-date, beberapa orang rela mengikuti semua tren kekinian tanpa mempertimbangkan apakah tren tersebut benar-benar sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan mereka.
Mereka mungkin membeli barang-barang yang sedang viral hanya karena ingin dianggap kekinian. Padahal, memiliki gaya dan prinsip sendiri jauh lebih berkesan daripada sekadar menjadi pengikut tren.
Berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri adalah hal yang positif. Namun, melakukannya semata-mata untuk mengesankan orang lain dan didasari oleh pemikiran-pemikiran keliru justru bisa kontraproduktif.
Psikologi mengajarkan kita bahwa hal-hal yang benar-benar membuat seseorang dikagumi adalah kepribadian yang baik, empati, kecerdasan emosional, dan keaslian. Jadi, fokuslah pada pengembangan diri yang tulus, bukan pada upaya-upaya dangkal untuk mencari validasi dari luar.(jpc)