Kebanyakan orang mengira bahwa saat seseorang sering mem-posting sesuatu di media sosial, mereka tengah memamerkan banyak hal dan tak menghargai privasi. Padahal tak melulu begitu. Bagi beberapa orang yang terus memposting sesuatu di media sosial meski tanpa reaksi dari pengikutnya di media sosial memiliki kepribadian yang berbeda.
Mereka yang terus mem-posting sesuatu meski tanpa reaksi orang lain, berarti mereka melalukan hal itu untuk orang lain. Berikut adalah 9 kepribadian orang yang terus mem-posting sesuatu di media sosial meski tak direspons orang lain dikutip dari Hack Spirit, Senin (15/7).
- Tidak terpengaruh oleh kurangnya validasi
Orang yang terus memposting sesuatu di media sosial meski tanpa reaksi tak haus validasi. Dunia media sosial kerap kali terasa seperti kontes popularitas di mana like, komentar, dan share berkuasa sebagai simbol validasi.Namun, ada jenis individu langka yang tidak terpengaruh oleh absennya afirmasi digital ini.
Mereka terus-menerus mengunggah konten tanpa banyak interaksi, jika ada. Bagi mereka, yang penting bukan seberapa berharganya mereka dalam hal like—melainkan tentang berbagi pikiran, perasaan, atau pengalaman tanpa harus mengharapkan respons.
- Gigih dan konsisten
Bagi beberapa orang yang bekerja sebagai seniman seperti fotografer, penting untuk terus memposting karyanya meski tanpa reaksi orang. Bukan hanya untuk agar orang melihat karyanya, tetapi juga untuk kepuasan dirinya sendiri agar karyanya dinikmati banyak orang. Mereka tetap gigih dan konsisten.
- Tingkat motivasi diri yang tinggi
Sifat orang yang memiliki motivasi diri juga umum di antara mereka yang terus mengunggah di media sosial meskipun reaksinya rendah. Individu yang termotivasi cenderung lebih produktif dan bahagia dalam usaha mereka. Ini dapat menjelaskan mengapa pengguna media sosial yang gigih ini tidak patah semangat karena kurangnya keterlibatan.
Mereka didorong oleh tujuan dan aspirasi internal mereka, dan mereka tidak membiarkan faktor eksternal seperti keterlibatan media sosial, atau kurangnya keterlibatan, memengaruhi dorongan mereka untuk berbagi dan mengekspresikan diri secara daring.
- Merangkul keaslian
Postingan mereka mungkin tidak selalu bagus atau dikurasi dengan sempurna, tetapi mereka asli dan jujur ​​dengan jati diri mereka. Mereka melihat media sosial sebagai platform untuk berekspresi dan tidak takut untuk menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya, dengan segala kekurangan dan kelebihan.
Keaslian ini mungkin tidak menghasilkan banyak like atau share, tetapi memberi mereka sesuatu yang jauh lebih berharga—kebebasan untuk menjadi diri sendiri, tanpa penyesalan.
- Memiliki sikap nonkonformis
Sikap tidak konformis merupakan sifat menonjol lainnya dari mereka yang terus memposting di media sosial meskipun keterlibatannya rendah. Mereka tidak terpengaruh oleh apa yang sedang tren atau populer. Sebaliknya, mereka membagikan konten yang benar-benar sesuai dengan mereka, meskipun tidak biasa.
Entah itu hobi yang unik, pendapat yang tidak biasa, atau artis musik yang kurang dikenal yang mereka sukai, mereka mengikuti irama mereka sendiri. Mereka menggunakan media sosial untuk menunjukkan perspektif dan minat mereka yang unik, tanpa rasa bersalah.
- Didorong oleh gairah
Satu sifat yang benar-benar menonjol pada orang-orang yang terus memposting sesuatu di media sosial adalah semangat mereka yang tak terbantahkan.
Semangat itu terlihat jelas dalam setiap unggahan yang mereka bagikan, terlepas dari jumlah like atau komentar yang mereka terima.
Entah itu hobi, tujuan yang mereka yakini, atau kecintaan mereka terhadap subjek tertentu, gairah mereka terlihat jelas. Mereka mengunggah karena mereka sangat peduli dengan apa yang mereka bagikan, dan kecintaan yang tulus ini sering kali terpancar melalui konten mereka.
- Nyaman dengan kesendirian
Orang-orang yang terus mengunggah postingan di media sosial tanpa banyak interaksi juga tampaknya merasa nyaman dengan kesendirian . Mereka dapat menikmati kebersamaan dengan diri mereka sendiri dan menemukan kepuasan dalam kegiatan menyendiri mereka.
Entah itu membuat keterangan yang bermakna, mengambil foto yang indah, atau membagikan sebuah karya seni, mereka menemukan kegembiraan dalam prosesnya sendiri, tanpa bergantung pada validasi eksternal. Di era digital ini, di mana koneksi konstan kerap diharapkan, ada sesuatu yang mengagumkan tentang kemampuan menikmati kebersamaan dengan diri sendiri.
- Tingkat ekspresi diri yang tinggi
Orang-orang yang tetap mengunggah postingan di media sosial meskipun tingkat keterlibatannya rendah biasanya memiliki dorongan kuat untuk mengekspresikan diri. Bagi mereka, media sosial bukan sekadar soal popularitas—ini adalah buku harian publik, kanvas tempat mereka dapat menuangkan pemikiran, gagasan, dan pengalaman mereka.
Entah itu berbagi kutipan yang menggugah pikiran, artikel yang menarik, atau potret kehidupan sehari-hari mereka, unggahan mereka mencerminkan dunia batin mereka.
Dorongan mereka untuk mengekspresikan diri lebih besar daripada kebutuhan akan validasi eksternal, mengubah kehadiran media sosial mereka menjadi bentuk penceritaan pribadi.
- Hargai pertumbuhan pribadi
Inti dari semuanya, orang-orang ini sangat menghargai pertumbuhan pribadi. Mereka melihat perjalanan media sosial mereka sebagai proses peningkatan diri dan penemuan jati diri.
Setiap posting, setiap komentar, setiap share merupakan kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Mereka tidak patah semangat karena kurangnya keterlibatan karena mereka berfokus pada kemajuan pribadi, bukan persetujuan publik.
Pola pikir ini mungkin merupakan sifat mereka yang paling kuat. Pola pikir ini mengubah pengalaman media sosial mereka dari sekadar pencarian validasi menjadi perjalanan pengembangan diri.(jpc)