PROKALTENG.CO – Apakah Anda sedang jatuh cinta? Atau sudah berapa kali dalam hidup Anda mengalami jatuh cinta? Yaps, sebuah rasa tanpa kagum tanpa terencana hati serta membuat debaran tidak biasa pada lawan jenis acap kali disebut dengan jatuh cinta.
Dikutip dari National Today, cinta merupakan sebuah emosi yang diilustrasikan sebagai perasaan positif yang mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional manusia.
Berdasarkan definisi tersebut, sebenarnya cinta diartikan sebuah rasa yang baik. Sebab dalam cinta, manusia bisa memberi kasih sayang tulus untuk orang lain meski tidak ada hubungan darah.
Namun sebaliknya, jika cinta yang hadir bersama dengan sebuah ekspektasi untuk diperlakukan sama, maka cinta bisa memberi dampak pada psikologis seseorang.
Dilansir dari Psychology Today, tahap awal jatuh cinta bisa membuat seseorang mengalami dua perasaan dalam satu waktu yaitu frustasi sekaligus berbahagia.
Tahap awal dalam sebuah hubungan romantis memang mengembirakan. Pada saat itu pikiran hanya tertuju padanya hingga memunculkan sebuah obsesi gambaran masa depan bersamanya.
Obsesi membuat seseorang yang jatuh cinta tidak sepenuhnya mampu menikmati rasa yang hadir. Hal tersebut terjadi karena kuatnya pengaruh emosi yang tidak stabil karena terus memikirkan hal-hal yang belum terjadi.
Oleh karenanya untuk mencegah dampak buruk akibat jatuh cinta, seseorang perlu memahami apa saja fase jatuh cinta. Jadi saat berada dalam situasi tersebut, Ia bisa mengendalikannya dengan baik.
Berikut merupakan 3 fase awal jatuh cinta:
- Fase Eforia
Menurut peneliti asal Universitas Pisa Italia, Donatella Marazziti pada saat jatuh cinta aktivitas organ-organ dalam tubuh mengalami perubahan salah satunya adalah hormon.
Pemancar syaraf adrenalin dan phenylethylamine atau PEA yang terdapat dalam coklat juga ikut meningkat saat manusia mengalami ketertarikan satu dengan lainnya.
Di sisi lain, jatuh cinta dapat membuat kondisi biologis seseorang meningkat seperti mengonsumsi kokain.
Marazziti menambahkan bahwa kadar testosteron juga mengalami perubahan. Di situasi ini wanita lebih agresif dalam bercinta dibanding pria. Sedangkan pria yang mengalami penurunan kadar testosteron lebih reseptif.
- Fase Merasa Terancam
Pada tahap ini seseorang yang sedang jatuh cinta sering merasa terancam dalam situasi. Hal ini disebabkan oleh tahap eforia yang dilaluinya.
Orang yang berada dalam kondisi ini mengalami kecemasan yang berlebihan karena ketidakmampuannya dalam mengontrol perasaan.
Hari-harinya terfokus pada pemikiran mengenai bagaimana memperkuat hubungan cinta. Energinya dihabiskan untuk terfokus pada ikatan tersebut.
Sehingga membuat seseorang yang berada pada tahap ini dihantui oleh rasa tidak aman dan ketakutan yang berujung emosional.
- Fase Kelelahan
Tahap ini merupakan puncak dari fase awal jatuh cinta. Kondisi ini membuat tubuh mengalami kekurangan energi, baik secara fisik maupun emosional. Keadaan ini dipicu oleh hal-hal yang dilalui pada tahapan pertama dan tahapan kedua.
Perubahan hormon hingga perasaan cemas berlebih berperan besar dalam keletihan pada sebuah hubungan.
Bahkan di tingkat ini, beberapa orang bergegas untuk segera mencapai kesepakatan hubungan untuk mengakhiri perasaan tidak nyaman yang terus menghampiri mereka. (pri/jawapos.com)