28.7 C
Jakarta
Friday, September 12, 2025

Hubungan Sepihak Sering Menimbulkan Rasa Lelah Emosional, Rendah Diri hingga Krisis Kepercayaan

Dalam dunia percintaan maupun persahabatan, hubungan ideal seharusnya berjalan dua arah. Kedua belah pihak saling memberi, saling mendukung, dan saling mengusahakan agar ikatan tetap sehat. Namun, tidak semua orang beruntung mengalami hal itu.

Ada kalanya seseorang justru terjebak dalam hubungan sepihak, di mana hanya satu orang yang terus berusaha menjaga, sementara pihak lain tampak acuh.

Dilansir dari Geediting pada Kamis (11/9), psikologi menjelaskan bahwa hubungan sepihak sering menimbulkan rasa lelah emosional, rendah diri, hingga krisis kepercayaan.

Tanda-tandanya bisa dikenali dari perilaku sehari-hari. Anda mungkin berada dalam hubungan sepihak jika merasa hanya Anda yang selalu melakukan delapan hal berikut ini.

  1. Anda Selalu yang Menghubungi Terlebih Dahulu

Dalam hubungan sehat, komunikasi terjalin dua arah. Namun bila Anda selalu menjadi pihak yang memulai obrolan, menelpon lebih dulu, atau mengirim pesan tanpa pernah dibalas dengan antusias, itu tanda kuat bahwa perhatian tidak seimbang.

Dari sisi psikologi, kebiasaan ini menciptakan ketidakseimbangan emosional yang bisa melelahkan dalam jangka panjang.

  1. Anda Sering Menjadi Pemberi, Bukan Penerima

Apakah Anda selalu berkorban waktu, tenaga, bahkan materi demi pasangan atau teman, tetapi jarang mendapat balasan?

Hubungan sepihak ditandai dengan pola giving without reciprocity—memberi tanpa menerima.Kondisi ini membuat Anda terus menguras energi emosional hingga merasa tidak dihargai.

  1. Anda yang Selalu Meminta Maaf Terlebih Dahulu
Baca Juga :  Cara Membangun Hubungan yang Harmonis dan Sehat

Pertengkaran wajar terjadi dalam hubungan, tapi seharusnya kedua pihak sama-sama bertanggung jawab.Jika Anda terus yang mengalah, meminta maaf meski bukan sepenuhnya salah, itu pertanda Anda mencoba menjaga stabilitas hubungan sendirian.

Dari perspektif psikologi, ini disebut self-sacrificing behavior, yang berisiko menekan harga diri Anda.

  1. Anda yang Mengatur Semua Pertemuan

Mulai dari menentukan waktu, mencari tempat, hingga memastikan segalanya berjalan lancar—semua Anda yang urus.

Jika pihak lain jarang berinisiatif, ini menunjukkan kurangnya komitmen. Menurut penelitian psikologi sosial, inisiatif dalam hubungan adalah salah satu ukuran keterlibatan emosional.Tanpa keseimbangan, Anda hanya seperti “event planner” dalam hidup orang lain.

  1. Anda yang Sering Memaklumi

Pasangan lupa ulang tahun Anda? Tidak pernah membalas pesan tepat waktu? Sering mengabaikan janji?Jika Anda selalu memaklumi dengan alasan “dia sibuk” atau “memang wataknya begitu,” kemungkinan besar Anda sedang menormalisasi perilaku yang tidak sehat.

Psikologi menyebut ini sebagai cognitive dissonance, di mana Anda membenarkan hal yang sebenarnya merugikan diri sendiri.

  1. Anda yang Sering Memberi Dukungan Emosional

Setiap kali mereka sedih, Anda hadir untuk menenangkan. Setiap kali mereka gagal, Anda memberi semangat.

Baca Juga :  Zodiak Ini Disarankan Mengarahkan Sifatnya yang Teguh ke yang Konstruktif dan Bermanfaat

Namun, saat Anda membutuhkan hal yang sama, mereka justru tidak ada. Hubungan sehat seharusnya menjadi tempat berteduh bagi kedua belah pihak.  Bila hanya Anda yang menjadi “terapis gratis,” hubungan itu sangat berat sebelah.

  1. Anda yang Selalu Mengorbankan Prioritas

Apakah Anda sering menunda pekerjaan, mengubah jadwal, atau mengorbankan kebutuhan pribadi hanya demi mereka, sementara mereka jarang melakukan hal yang sama?

Dari sisi psikologi, ini menandakan adanya imbalanced commitment, yaitu ketidakseimbangan dalam tingkat keterlibatan.Semakin lama dibiarkan, Anda akan merasa keberadaan Anda tidak dihargai.

  1. Anda yang Selalu Berusaha Menjaga Hubungan Tetap Hidup

Saat percakapan mulai sepi, Anda yang mencari topik. Saat suasana mulai renggang, Anda yang mencari cara memperbaiki.Bila hanya satu orang yang berusaha mempertahankan, hubungan itu ibarat perahu yang dikayuh sendirian.

Pada akhirnya, kelelahan emosional akan menumpuk dan menimbulkan rasa hampa.

Kesimpulan: Layak Diperjuangkan atau Ditinggalkan?

Psikologi mengajarkan bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan timbal balik.

Jika hanya satu pihak yang selalu memberi, meminta maaf, dan mengusahakan, maka hubungan itu tidak seimbang dan berisiko melukai kesehatan mental.

Menyadari tanda-tanda ini penting agar Anda bisa mengambil keputusan: apakah hubungan tersebut masih layak diperjuangkan, atau lebih baik dilepaskan demi kesejahteraan diri sendiri.(jpc)

Dalam dunia percintaan maupun persahabatan, hubungan ideal seharusnya berjalan dua arah. Kedua belah pihak saling memberi, saling mendukung, dan saling mengusahakan agar ikatan tetap sehat. Namun, tidak semua orang beruntung mengalami hal itu.

Ada kalanya seseorang justru terjebak dalam hubungan sepihak, di mana hanya satu orang yang terus berusaha menjaga, sementara pihak lain tampak acuh.

Dilansir dari Geediting pada Kamis (11/9), psikologi menjelaskan bahwa hubungan sepihak sering menimbulkan rasa lelah emosional, rendah diri, hingga krisis kepercayaan.

Tanda-tandanya bisa dikenali dari perilaku sehari-hari. Anda mungkin berada dalam hubungan sepihak jika merasa hanya Anda yang selalu melakukan delapan hal berikut ini.

  1. Anda Selalu yang Menghubungi Terlebih Dahulu

Dalam hubungan sehat, komunikasi terjalin dua arah. Namun bila Anda selalu menjadi pihak yang memulai obrolan, menelpon lebih dulu, atau mengirim pesan tanpa pernah dibalas dengan antusias, itu tanda kuat bahwa perhatian tidak seimbang.

Dari sisi psikologi, kebiasaan ini menciptakan ketidakseimbangan emosional yang bisa melelahkan dalam jangka panjang.

  1. Anda Sering Menjadi Pemberi, Bukan Penerima

Apakah Anda selalu berkorban waktu, tenaga, bahkan materi demi pasangan atau teman, tetapi jarang mendapat balasan?

Hubungan sepihak ditandai dengan pola giving without reciprocity—memberi tanpa menerima.Kondisi ini membuat Anda terus menguras energi emosional hingga merasa tidak dihargai.

  1. Anda yang Selalu Meminta Maaf Terlebih Dahulu
Baca Juga :  Cara Membangun Hubungan yang Harmonis dan Sehat

Pertengkaran wajar terjadi dalam hubungan, tapi seharusnya kedua pihak sama-sama bertanggung jawab.Jika Anda terus yang mengalah, meminta maaf meski bukan sepenuhnya salah, itu pertanda Anda mencoba menjaga stabilitas hubungan sendirian.

Dari perspektif psikologi, ini disebut self-sacrificing behavior, yang berisiko menekan harga diri Anda.

  1. Anda yang Mengatur Semua Pertemuan

Mulai dari menentukan waktu, mencari tempat, hingga memastikan segalanya berjalan lancar—semua Anda yang urus.

Jika pihak lain jarang berinisiatif, ini menunjukkan kurangnya komitmen. Menurut penelitian psikologi sosial, inisiatif dalam hubungan adalah salah satu ukuran keterlibatan emosional.Tanpa keseimbangan, Anda hanya seperti “event planner” dalam hidup orang lain.

  1. Anda yang Sering Memaklumi

Pasangan lupa ulang tahun Anda? Tidak pernah membalas pesan tepat waktu? Sering mengabaikan janji?Jika Anda selalu memaklumi dengan alasan “dia sibuk” atau “memang wataknya begitu,” kemungkinan besar Anda sedang menormalisasi perilaku yang tidak sehat.

Psikologi menyebut ini sebagai cognitive dissonance, di mana Anda membenarkan hal yang sebenarnya merugikan diri sendiri.

  1. Anda yang Sering Memberi Dukungan Emosional

Setiap kali mereka sedih, Anda hadir untuk menenangkan. Setiap kali mereka gagal, Anda memberi semangat.

Baca Juga :  Zodiak Ini Disarankan Mengarahkan Sifatnya yang Teguh ke yang Konstruktif dan Bermanfaat

Namun, saat Anda membutuhkan hal yang sama, mereka justru tidak ada. Hubungan sehat seharusnya menjadi tempat berteduh bagi kedua belah pihak.  Bila hanya Anda yang menjadi “terapis gratis,” hubungan itu sangat berat sebelah.

  1. Anda yang Selalu Mengorbankan Prioritas

Apakah Anda sering menunda pekerjaan, mengubah jadwal, atau mengorbankan kebutuhan pribadi hanya demi mereka, sementara mereka jarang melakukan hal yang sama?

Dari sisi psikologi, ini menandakan adanya imbalanced commitment, yaitu ketidakseimbangan dalam tingkat keterlibatan.Semakin lama dibiarkan, Anda akan merasa keberadaan Anda tidak dihargai.

  1. Anda yang Selalu Berusaha Menjaga Hubungan Tetap Hidup

Saat percakapan mulai sepi, Anda yang mencari topik. Saat suasana mulai renggang, Anda yang mencari cara memperbaiki.Bila hanya satu orang yang berusaha mempertahankan, hubungan itu ibarat perahu yang dikayuh sendirian.

Pada akhirnya, kelelahan emosional akan menumpuk dan menimbulkan rasa hampa.

Kesimpulan: Layak Diperjuangkan atau Ditinggalkan?

Psikologi mengajarkan bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan timbal balik.

Jika hanya satu pihak yang selalu memberi, meminta maaf, dan mengusahakan, maka hubungan itu tidak seimbang dan berisiko melukai kesehatan mental.

Menyadari tanda-tanda ini penting agar Anda bisa mengambil keputusan: apakah hubungan tersebut masih layak diperjuangkan, atau lebih baik dilepaskan demi kesejahteraan diri sendiri.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru