Kesendirian bisa menjadi dua hal yang sangat berbeda. Bisa jadi sesuatu yang menyegarkan atau justru melelahkan.
Ada orang yang serasa penuh dan damai saat sendiri, sementara sebagian lain justru merasa kosong dan tertekan meski sendirinya tak sepenuhnya sukarela.
Pertanyaan besarnya adalah apa yang membedakan kenyamanan dalam kesendirian dan rasa sakit akibat kesepian?
Menurut Psychology Today, perbedaannya terletak pada niat di balik kesendirian. Solitude alias kesendirian yang dipilih untuk merenung, mencipta, atau mengisi ulang energi justru memberi manfaat psikologis.
Sebaliknya, rasa kesepian terjadi ketika seseorang merasa terisolasi secara emosional, bahkan di tengah keramaian sosial.
Alasan Mengapa Beberapa Orang Tetap Bahagia dalam Kesendirian
Tidak semua yang sendirian otomatis merasa kesepian.
Beberapa orang bisa menikmati waktu sendiri karena kemampuan reflektif. Mereka kuat dan mereka mampu menemukan ketenangan tanpa perlu berada di tengah kerumunan.
New York Post menyoroti bahwa hanya 15 menit menyendiri bisa menurunkan kecemasan dan meningkatkan kejernihan emosi.
Solitude adalah waktu berharga untuk introspeksi dan kreativitas yang mendalam. Begitu pula, bersenang-senang dengan sendirian seperti membaca, jalan kaki sambil menikmati alam, atau sekadar duduk tanpa gangguan dapat meningkatkan konsentrasi, empati, dan bahkan produktivitas emosional.
Verywell Mind turut menyoroti bahwa waktu sendiri adalah kesempatan untuk membangun kedamaian batin dan memperkuat hubungan dengan diri sendiri.
Kenapa Orang Lain Justru Stres Saat Sendiri?
Sementara itu, yang merasa kesepian bukan karena mereka sendiri, tetapi karena tidak merasakan koneksi bermakna dengan orang lain.
Verywell Mind menjelaskan bahwa kesepian adalah kondisi mental di mana seseorang merasa kosong dan tidak diinginkan bahkan jika secara fisik tidak ‘sendirian’.
Perbedaan ini krusial. Isolasi sosial (jarak fisik dari orang lain) bisa saja tidak membuat kita kesepian jika hubungan emosional kita kuat.
Tetapi tanpa kedekatan emosional, kita bisa sangat kesepian meski dikelilingi banyak orang.
Bahkan Psychology Today menyatakan bahwa pelaku pribadi soliter seringkali tidak neurotik atau tertutup secara emosional.
Sebaliknya, mereka cenderung terbuka dan memiliki keunggulan kepribadian seperti kesadaran diri yang tinggi dan kestabilan.
Ini menandakan bahwa kemampuan menikmati kesendirian bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan psikologis.
Terdapat beberapa ‘nuansa’ kesendirian yang perlu kita pahami.
Pertama, solitude positif adalah kondisi dimana seseorang memilih sendiri untuk refleksi, kreativitas, dan ketenangan.
Namun ada pula loneliness, yaitu perasaan tidak berarti dan terisolasi meski secara sosial masih terhubung.
Faktor usia dan harapan sosial juga berpengaruh. Wall Street Journal menulis bahwa orang yang lebih tua (di atas 40 tahun) cenderung merasa kesepian lebih dalam ketika sendiri, dibandingkan generasi muda yang lebih adaptif terhadap waktu sepi.
Bagaimana Menjaga Keseimbangan Antara Sendiri dan Bersama
New York Post membagikan langkah menjaga keseimbangan antara sendiri dan bersama.
Untuk hidup damai, baik saat sendiri maupun bersama, beberapa strategi berikut bisa membantu:
Definisikan kebutuhan diri. Apakah kamu butuh waktu sendiri untuk recharge atau sebenarnya butuh koneksi emosional? Kenali perbedaan itu.
Sadar pada manfaat solitude. Manfaatkan waktu sendiri untuk merefleksikan tujuan hidup, merencanakan langkah pribadi, atau sekadar menikmati kedamaian. Bahkan waktu pendek saja bisa sangat memulihkan.
Bangun hubungan bermakna. Selama ingin bersama, carilah deep connection, bukan sekadar kehadiran fisik.
Seimbangkan hubungan sosial dan introspeksi. Kombinasikan waktu sendiri dan interaksi sosial sehat. Ini bukan soal jumlah, tapi kualitas hubungan.
Kesendirian dan kesepian bukanlah sinonim. Ada yang bahagia ketika sendiri karena sudah membentuk koneksi batin yang kuat dan itu bukan egois, melainkan sehat secara psikologis.
Sementara itu, rasa kesepian menunjukkan kurangnya makna dalam hubungan, bukan sekadar ketiadaan orang di sekitar.
Jadi, apakah kamu nyaman dalam diam atau mencari kehadiran, kuncinya tetap sama, yaitu makna dan keseimbangan.(jpc)