Uang dan status sosial bagi beberapa orang adalah hal paling penting dibanding hal lainnya di dunia ini. Termasuk hubungan dengan manusia lain yang biasanya didasari ketulusan tanpa embel-embel.
Beberapa orang lebih peduli dengan citra diri mereka daripada membangun hubungan yang tulus dan bermakna. Mereka mengejar kekayaan, status, dan gengsi, tetapi saat harus berhubungan dengan orang lain secara nyata, mereka sering kali bersikap dingin atau hanya bersikap ketika ada keuntungan bagi mereka.
Terkadang, sifat ini tidak langsung terlihat. Namun, jika Anda memperhatikan dengan saksama, ada tanda-tanda tertentu yang menunjukkan bahwa seseorang lebih memprioritaskan status dan uang daripada hubungan yang sebenarnya.
Menurut psikologi, berikut ini beberapa kebiasaan yang dilakukan orang saat mementingkan uang dan status dibanding hubungan tulus, dikutip dari Blog Herald, Senin (10/3).
- Mereka hanya menghubungi saat butuh sesuatu
Pernahkah Anda memiliki teman yang tiba-tiba muncul saat mereka membutuhkan bantuan, tetapi menghilang ketika semuanya berjalan lancar bagi mereka? Ini adalah tanda klasik orang yang melihat hubungan sebagai alat untuk mencapai tujuan, bukan sebagai ikatan yang tulus.
Hubungan yang sejati melibatkan dukungan dan perhatian, bukan hanya komunikasi saat butuh sesuatu. Jika seseorang hanya muncul ketika ada keuntungan bagi mereka, mungkin mereka tidak benar-benar menghargai hubungan tersebut.
- Mereka terus-menerus memamerkan kekayaan dan status
Beberapa orang selalu membicarakan kekayaan, pencapaian, atau lingkaran sosial elit mereka. Awalnya, mungkin terlihat seperti kebanggaan atas keberhasilan mereka.
Namun, jika setiap percakapan selalu berpusat pada materi dan status, itu bisa menjadi indikasi bahwa mereka lebih peduli dengan citra diri daripada membangun koneksi yang tulus.
- Mereka menilai orang berdasarkan pekerjaan atau penghasilan
Bagi mereka, status sosial adalah segalanya. Mereka memperlakukan orang kaya atau berpengaruh dengan penuh hormat, tetapi meremehkan mereka yang dianggap kurang sukses.
Orang yang terlalu materialistis sering kali sulit membangun hubungan yang mendalam, karena mereka lebih fokus pada apa yang dimiliki seseorang daripada siapa mereka sebenarnya.
- Mereka lebih mementingkan koneksi daripada persahabatan
Ada perbedaan besar antara menjalin pertemanan yang tulus dan membangun jaringan demi keuntungan pribadi.
Beberapa orang menghadiri acara sosial bukan untuk bersenang-senang atau mengenal orang lain, tetapi hanya untuk bertemu orang-orang berpengaruh. Percakapan dengan mereka sering kali terasa transaksional, seolah-olah mereka menilai apakah seseorang “berguna” bagi mereka atau tidak.
- Mereka meninggalkan hubungan yang tidak meningkatkan status mereka
Orang yang sangat terobsesi dengan status sering kali menjauh dari teman atau keluarga yang dianggap tidak sesuai dengan citra yang ingin mereka bangun.
Mereka mungkin mulai menjaga jarak dari orang-orang yang telah lama mendukung mereka, hanya karena orang-orang tersebut tidak “menambah nilai” bagi citra sosial mereka.
- Mereka lebih peduli dengan penampilan sukses daripada kebahagiaan sejati
Beberapa orang tampak memiliki segalanya—uang, jabatan, gaya hidup mewah—tetapi tetap tidak bahagia. Mereka bekerja keras untuk mempertahankan citra sukses, bahkan jika itu berarti mengorbankan kesejahteraan mereka sendiri.
Mereka terus mencari validasi eksternal, berpikir bahwa pencapaian berikutnya akan membuat mereka merasa lebih baik. Namun, kebahagiaan sejati tidak datang dari status atau kekayaan, melainkan dari hubungan yang bermakna dan kepuasan batin.
- Mereka sulit merayakan kesuksesan orang lain
Ketika seseorang lebih peduli dengan status daripada hubungan yang tulus, mereka cenderung melihat kehidupan sebagai persaingan. Bukannya bahagia untuk keberhasilan teman, mereka malah merasa terancam, seolah-olah keberhasilan orang lain membuat mereka kalah.Alih-alih memberi selamat, mereka mungkin meremehkan pencapaian orang lain atau bahkan mengalihkan pembicaraan kembali ke diri mereka sendiri.
- Mereka mengaitkan harga diri dengan kekayaan dan status
Bagi beberapa orang, kesuksesan bukan sekadar tujuan—melainkan identitas mereka. Mereka merasa harga diri mereka bergantung pada jumlah uang yang mereka miliki, mobil yang mereka kendarai, atau jabatan yang mereka pegang.
Karena itu, mereka lebih menghargai orang-orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan, sementara mengabaikan kualitas seperti kebaikan, kejujuran, atau empati.
Kesimpulan
Pada akhirnya, hubungan yang sejati bukan tentang status atau uang, tetapi tentang kepercayaan, kepedulian, dan pengalaman bersama.Penelitian telah menunjukkan bahwa hubungan yang kuat adalah faktor utama dalam kebahagiaan dan kesejahteraan jangka panjang.
Uang dan status mungkin datang dan pergi, tetapi orang-orang yang benar-benar peduli dengan Anda—tanpa memandang apa yang Anda miliki—adalah harta yang paling berharga.(jpc)