Banyak orangtua khawatir ketika anak-anak mereka mulai menunjukkan perilaku yang dianggap buruk, seperti suka berbohong, mengarang cerita, atau menutupi kebenaran. Namun ternyata, menurut ilmu psikologi, kebiasaan ini bisa jadi justru merupakan tanda awal kecerdasan luar biasa pada anak.
Sebuah studi yang dimuat dalam Child Development menunjukkan bahwa anak-anak yang mulai berbohong sejak usia dini memiliki kemampuan kognitif yang lebih tajam. Terutama dalam hal fungsi eksekutif seperti memori kerja, pengendalian diri, dan kemampuan berargumen.
– Berbohong (Tanda otak anak bekerja lebih keras)
Meskipun terdengar mengejutkan, kebiasaan berbohong pada anak kecil sebenarnya bisa menjadi pertanda bahwa kemampuan berpikir mereka berkembang pesat.
Ketika anak berbohong, ia tidak sekadar mengucapkan sesuatu yang tidak benar. Ia sedang menjalankan proses berpikir kompleks yang melibatkan logika, ingatan, kreativitas, dan pemahaman terhadap sudut pandang orang lain.
Menurut psikolog perkembangan, berbohong adalah bentuk dari keterampilan executive function, yaitu kemampuan otak untuk merencanakan, mengendalikan impuls, dan memprediksi akibat dari suatu tindakan.
Untuk bisa menyusun kebohongan, anak harus memikirkan versi cerita alternatif, mengingat fakta asli, dan menyesuaikannya dengan reaksi orang lain.
Ini menunjukkan bahwa mereka mulai mengembangkan theory of mind atau kesadaran bahwa orang lain punya pikiran dan perasaan sendiri yang bisa dipengaruhi oleh informasi.
– Tak selalu pertanda negatif
Tentu saja, ini bukan berarti kebohongan harus didorong. Tapi penting untuk memahami bahwa berbohong pada usia dini bukan semata-mata perilaku buruk.
Psikolog anak menyebut ini sebagai developmental milestone, tanda bahwa anak mulai mengembangkan theory of mind, kemampuan untuk memahami bahwa orang lain punya pikiran dan perspektif yang berbeda.
Dalam penelitian lainnya yang dimuat di The Journal of Experimental Child Psychology, ditemukan bahwa anak-anak yang mampu berbohong dengan efektif cenderung memiliki IQ verbal yang lebih tinggi dibanding teman seusianya yang tidak bisa berbohong.
Daripada langsung menghukum atau mempermalukan anak saat berbohong, ahli menyarankan pendekatan yang lebih reflektif. Ajak anak berdiskusi, Kenapa kamu bilang seperti itu? atau Apa yang kamu rasakan saat mengatakannya?
Ini membantu anak mengembangkan empati dan belajar membedakan kapan boleh berkata tidak jujur dan kapan harus berkata benar.
Yang terpenting, pastikan rumah menjadi ruang aman di mana anak bisa jujur tanpa rasa takut. Jika anak merasa dihargai dan dipahami, ia akan lebih terbuka dan lebih cepat belajar tanggung jawab.
Berbohong mungkin terdengar negatif, tetapi bagi anak-anak usia dini, itu bisa jadi tanda bahwa otaknya berkembang dengan pesat.
Mereka belajar memahami dunia sosial, berlatih logika, dan mengasah empati, semua merupakan fondasi dari kecerdasan emosional dan intelektual.(jpc)