29.4 C
Jakarta
Wednesday, December 4, 2024

Wadai Gincil: Hanya Tahu Bentuknya, Tak Mengerti Namanya

NAMANYA mungkin belum familiar. Tapi, kalau melihat bentuknya, Anda pasti tak asing lagi. Gincil adalah salah satu kue (wadai) kering khas Banjar. Termasuk dari satu di antara 41 macam wadai Banjar.

Gincil juga punya nama lain, di antaranya kue tambang, tambang ladu, pelintiran, untir-untir dan banyak lagi.

Bentuk kue ini memanjang dan terpelintir. Sekilas mirip potongan tali besar. “Tak heran jika ada yang menyebutnya kue tambang,” ucap Helda, salah seorang pengusaha kue tradisional Banjar di Banjarmasin Tengah.

Kue gincil bercita rasa manis. Teksturnya renyah dan padat. Selain untuk melengkapi kue 41 macam saat tradisi adat, gincil juga dinikmati sebagai camilan. “Biasanya buat teman ngeteh atau ngopi,” ucap Helda.

Gincil berbahan dasar sederhana. Di antaranya terigu, telur, gula, margarin, garam dan santan instan. Dilihat dari bahannya, kue ini sejenis dengan adonan donat.

Baca Juga :  Resep Mexican Quesadillas si Appetizer Kaya Rasa

Ada dua jenis kue gincil yang kerap ditemui. Pertama, kue gincil berlapis lelehan gula pasir. Kue ini mengandalkan cita rasa manis dari gula yang menempel di bagian luar kue. “Adonan utama gincil dibuat tak manis, karena rasa manisnya keluar dari gula pasir yang ada di bagian luarnya,” ujarnya.

Gincil kedua adalah gincil polos. Disebut polos karena tanpa lapisan lelehan gula putih. Adonan gincil ini dibuat lebih manis. “Jadi setelah digoreng, tidak perlu menambahkan lapisan gula lagi,” jelasnya.

Pengolahannya sederhana. Terigu, gula, telur, dan margarin dicampur jadi satu. Setelahnya, santan instan dimasukkan sedikit demi sedikit, lalu adon hingga kalis.

Membentuknya cukup dengan giling menggunakan telapak tangan hingga adonan memanjang. “Sambungkan kedua ujung dan pelintir,” saran Helda.

Baca Juga :  Karhutla Belum Usai, Giliran Banjir Mengancam Banua

Setelahnya adonan ini siap digoreng dengan api kecil dan minyak yang banyak. Jika sudah berwarna cokelat keemasan, angkat kue dan tiriskan. Gincil siap dikonsumsi.

Yang ingin berlapis gula, larutkan gula pasir dengan air sedikit. Rebus hingga mengental, lalu masukkan gincil yang telah digoreng. “Aduk terus hingga merata, lalu siap dimakan,” ujarnya.

Buat yang ingin praktis, kue ini masih terjual di warung-warung atau pun toko oleh-oleh snack banjar. Harganya variatif, mulai dari Rp1.000 hingga Rp35.000. Bahkan tersedia di marketplace. (jpg)

NAMANYA mungkin belum familiar. Tapi, kalau melihat bentuknya, Anda pasti tak asing lagi. Gincil adalah salah satu kue (wadai) kering khas Banjar. Termasuk dari satu di antara 41 macam wadai Banjar.

Gincil juga punya nama lain, di antaranya kue tambang, tambang ladu, pelintiran, untir-untir dan banyak lagi.

Bentuk kue ini memanjang dan terpelintir. Sekilas mirip potongan tali besar. “Tak heran jika ada yang menyebutnya kue tambang,” ucap Helda, salah seorang pengusaha kue tradisional Banjar di Banjarmasin Tengah.

Kue gincil bercita rasa manis. Teksturnya renyah dan padat. Selain untuk melengkapi kue 41 macam saat tradisi adat, gincil juga dinikmati sebagai camilan. “Biasanya buat teman ngeteh atau ngopi,” ucap Helda.

Gincil berbahan dasar sederhana. Di antaranya terigu, telur, gula, margarin, garam dan santan instan. Dilihat dari bahannya, kue ini sejenis dengan adonan donat.

Baca Juga :  Resep Mexican Quesadillas si Appetizer Kaya Rasa

Ada dua jenis kue gincil yang kerap ditemui. Pertama, kue gincil berlapis lelehan gula pasir. Kue ini mengandalkan cita rasa manis dari gula yang menempel di bagian luar kue. “Adonan utama gincil dibuat tak manis, karena rasa manisnya keluar dari gula pasir yang ada di bagian luarnya,” ujarnya.

Gincil kedua adalah gincil polos. Disebut polos karena tanpa lapisan lelehan gula putih. Adonan gincil ini dibuat lebih manis. “Jadi setelah digoreng, tidak perlu menambahkan lapisan gula lagi,” jelasnya.

Pengolahannya sederhana. Terigu, gula, telur, dan margarin dicampur jadi satu. Setelahnya, santan instan dimasukkan sedikit demi sedikit, lalu adon hingga kalis.

Membentuknya cukup dengan giling menggunakan telapak tangan hingga adonan memanjang. “Sambungkan kedua ujung dan pelintir,” saran Helda.

Baca Juga :  Karhutla Belum Usai, Giliran Banjir Mengancam Banua

Setelahnya adonan ini siap digoreng dengan api kecil dan minyak yang banyak. Jika sudah berwarna cokelat keemasan, angkat kue dan tiriskan. Gincil siap dikonsumsi.

Yang ingin berlapis gula, larutkan gula pasir dengan air sedikit. Rebus hingga mengental, lalu masukkan gincil yang telah digoreng. “Aduk terus hingga merata, lalu siap dimakan,” ujarnya.

Buat yang ingin praktis, kue ini masih terjual di warung-warung atau pun toko oleh-oleh snack banjar. Harganya variatif, mulai dari Rp1.000 hingga Rp35.000. Bahkan tersedia di marketplace. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru