25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Shin Tae-Yong: Masalah Terbesar Indonesia Adalah Fisik

Dia pernah membawa timnas U-23 Korea Selatan
(Korsel) ke perempat final Olimpiade 2016. Dua tahun kemudian, skuad senior
Korsel asuhannya menundukkan Jerman di laga terakhir fase grup Piala Dunia 2018,
sekaligus membuat sang juara bertahan kandas.

 

FARID S. MAULANA, Jakarta, Jawa Pos

 

—

 

MULAI Sabtu (28/12) hingga empat tahun ke
depan, Shin Tae-yong bisa jadi akan menghadapi tantangan terberat sepanjang
karir kepelatihannya.

 

Menjadi pelatih tim nasional (timnas)
Indonesia, negeri yang kali terakhir merebut emas SEA Games nyaris tiga dekade
silam; negeri yang kini terpuruk di posisi ke-173 dalam daftar ranking terbaru
FIFA; negeri yang terus kalah dalam lima laga kualifikasi Piala Dunia 2022.

Bagian dari durasi 4 tahun kontraknya yang
diteken kemarin di ruang VIP Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, pria 50 tahun
itu dibebani menyapu bersih tiga pertandingan sisa kualifikasi Piala Dunia Grup
G Zona Asia. Shin juga ditargetkan bisa membawa Merah Putih juara di Piala AFF
2020.

Belum lagi juga diminta menyiapkan timnas
junior untuk persiapan Piala Dunia U-20 pada 2021 yang dituanrumahi Indonesia.
”Pemain-pemain Indonesia punya bakat luar biasa. Saya melihat harapan itu dan
berjanji berusaha maksimal di sini,” kata mantan pelatih timnas U-17, U-20,
U-23, dan senior Korsel itu.

 

 

 

Berikut petikan wawancara dengan pria yang
semasa bermain berposisi sebagai gelandang serang tersebut di sela
perkenalannya sebagai pelatih baru timnas Indonesia kemarin.

 

 Apa yang Anda ketahui tentang sepak bola
Indonesia sejauh ini? Karakter permainan atau pemain yang menonjol?

Saya pernah ke sini dua kali, sebagai pemain
pada tahun 1994 dan sebagai pelatih bersama timnas Korea Selatan (Korsel) U-22
pada 2015. Saya masih ingat, terutama 2015 bagaimana timnas Indonesia bermain.
Kami (Korsel) memang menang saat itu, tapi kualitas pertandingan sangat luar
biasa.

Baca Juga :  Spekulasi Tanpa Gelar Juara

Ketika kemudian saya dihubungi Sekjen PSSI Ratu
Tisha beberapa bulan lalu mengenai tawaran untuk melatih timnas Indonesia, saya
ingat lagi pertandingan itu. Saya juga langsung nonton video pertandingan
timnas U-22 di SEA Games 2019 dan uji coba. Juga timnas senior di kualifikasi
Piala Dunia. Saya lihat walau gagal dan kalah, ada satu harapan yang bisa dikembangkan.
Pemain-pemain Indonesia punya bakat luar biasa. Saya melihat harapan itu dan
berjanji berusaha maksimal di sini.

 

Dari yang Anda ketahui sejauh ini, apa problem
terbesar yang mesti segera dibenahi di sepak bola Indonesia?

Begini, kemampuan setiap pemain berbeda-beda.
Ada yang kurang satu, yang lainnya punya. Tapi, yang saya lihat masalah
terbesarnya adalah soal fisik. Beberapa video yang saya tonton, pemain
Indonesia selalu kehabisan tenaga di babak kedua. Tepatnya setelah 20 menit pertandingan
berjalan.

Kenapa fisik yang harus dibenahi? Fisik harus
kuat, maka mental akan kuat. Fisik kuat artinya bisa fokus sepanjang
pertandingan. Dan, yang paling penting, kalau fisik kuat, ada semangat untuk
menang. Jika itu semua dikombinasikan, timnas akan kuat.

 

Dari beberapa video timnas yang sudah Anda
tonton, bagaimana Anda menilai kontribusi para pemain naturalisasi?

Skill dan kemampuan mereka sama dengan pemain
(lokal) Indonesia. Saya juga tidak akan membeda-bedakan pemain yang main di luar
negeri atau di dalam negeri.

 

Pemain-pemain di Indonesia sudah terbiasa
dengan pemusatan latihan jangka panjang. Bagaimana cara Anda mengubah kebiasaan
itu?

Saya belum tahu soal itu. Saya mau mengumpulkan
pemain lebih dahulu. Punya banyak waktu untuk pemusatan latihan memang bagus,
tapi sepertinya tidak akan saya lakukan.

 

Bagaimana kualitas liga di Indonesia? Apa yang
ingin Anda sampaikan ke pengelola liga agar pemain-pemain yang dihasilkan
sinkron dengan standar timnas?

Baca Juga :  Bermain Imbang, Penyelesaian Akhir Menjadi Bahan Evaluasi

Saya harus bicara dulu dengan PSSI. Tapi, PSSI
sudah berjanji 100 persen membantu saya soal itu.


Apa modal terbaik sepak bola Indonesia agar
bisa berkembang?

Banyak sekali, tidak bisa saya sebutkan satu
per satu. Yang pasti, seperti yang saya katakan, di beberapa video yang saya
tonton, walau kalah, pemain Indonesia bermain bagus. Punya pemahaman sepak bola
yang baik.


Sejauh apa ketertinggalan sepak bola Indonesia
jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain seperti Thailand dan
Vietnam? Atau di Asia pada umumnya?

Indonesia memang berada di peringkat ke-170
FIFA. Tapi, menurut saya, itu tidak ada masalah. Bukan level yang rendah,
karena nanti pada waktunya akan meraih hasil maksimal.

Untuk timnas yang disiapkan bagi Piala Dunia
U-20 pada 2021 mendatang, apa tidak ada rencana membuat pemusatan latihan
jangka panjang? Sebab, banyak pemain junior Indonesia yang jarang mendapat jam
terbang di klub.

Sekali lagi, saya harus lihat secara langsung
pemain berlatih, baru bisa berkomentar soal itu. Pemusatan jangka panjang bukan
sepenuhnya solusi, tapi ada proses untuk mencapai di tingkat yang lebih baik.
Saya akan bertemu dulu dengan pemain U-19 pada 13 Januari (2020) nanti.

 

Apa yang membuat Anda mau melatih timnas
Indonesia?

Awalnya, saya berpikir untuk melatih klub.
Tapi, saya tertarik untuk tahu kemampuan saya seperti apa. Seberapa jauh saya
bisa meningkatkan tim yang levelnya di bawah Korea Selatan. Saya juga banyak
tahu soal Asia Tenggara dari pelatih timnas Vietnam Park Hang-Seo. Banyak
komunikasi, yang akhirnya membuat saya tertarik. Walaupun dalam obrolan itu
tidak pernah menyebut Indonesia atau Vietnam.(jpg)

Dia pernah membawa timnas U-23 Korea Selatan
(Korsel) ke perempat final Olimpiade 2016. Dua tahun kemudian, skuad senior
Korsel asuhannya menundukkan Jerman di laga terakhir fase grup Piala Dunia 2018,
sekaligus membuat sang juara bertahan kandas.

 

FARID S. MAULANA, Jakarta, Jawa Pos

 

—

 

MULAI Sabtu (28/12) hingga empat tahun ke
depan, Shin Tae-yong bisa jadi akan menghadapi tantangan terberat sepanjang
karir kepelatihannya.

 

Menjadi pelatih tim nasional (timnas)
Indonesia, negeri yang kali terakhir merebut emas SEA Games nyaris tiga dekade
silam; negeri yang kini terpuruk di posisi ke-173 dalam daftar ranking terbaru
FIFA; negeri yang terus kalah dalam lima laga kualifikasi Piala Dunia 2022.

Bagian dari durasi 4 tahun kontraknya yang
diteken kemarin di ruang VIP Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, pria 50 tahun
itu dibebani menyapu bersih tiga pertandingan sisa kualifikasi Piala Dunia Grup
G Zona Asia. Shin juga ditargetkan bisa membawa Merah Putih juara di Piala AFF
2020.

Belum lagi juga diminta menyiapkan timnas
junior untuk persiapan Piala Dunia U-20 pada 2021 yang dituanrumahi Indonesia.
”Pemain-pemain Indonesia punya bakat luar biasa. Saya melihat harapan itu dan
berjanji berusaha maksimal di sini,” kata mantan pelatih timnas U-17, U-20,
U-23, dan senior Korsel itu.

 

 

 

Berikut petikan wawancara dengan pria yang
semasa bermain berposisi sebagai gelandang serang tersebut di sela
perkenalannya sebagai pelatih baru timnas Indonesia kemarin.

 

 Apa yang Anda ketahui tentang sepak bola
Indonesia sejauh ini? Karakter permainan atau pemain yang menonjol?

Saya pernah ke sini dua kali, sebagai pemain
pada tahun 1994 dan sebagai pelatih bersama timnas Korea Selatan (Korsel) U-22
pada 2015. Saya masih ingat, terutama 2015 bagaimana timnas Indonesia bermain.
Kami (Korsel) memang menang saat itu, tapi kualitas pertandingan sangat luar
biasa.

Baca Juga :  Spekulasi Tanpa Gelar Juara

Ketika kemudian saya dihubungi Sekjen PSSI Ratu
Tisha beberapa bulan lalu mengenai tawaran untuk melatih timnas Indonesia, saya
ingat lagi pertandingan itu. Saya juga langsung nonton video pertandingan
timnas U-22 di SEA Games 2019 dan uji coba. Juga timnas senior di kualifikasi
Piala Dunia. Saya lihat walau gagal dan kalah, ada satu harapan yang bisa dikembangkan.
Pemain-pemain Indonesia punya bakat luar biasa. Saya melihat harapan itu dan
berjanji berusaha maksimal di sini.

 

Dari yang Anda ketahui sejauh ini, apa problem
terbesar yang mesti segera dibenahi di sepak bola Indonesia?

Begini, kemampuan setiap pemain berbeda-beda.
Ada yang kurang satu, yang lainnya punya. Tapi, yang saya lihat masalah
terbesarnya adalah soal fisik. Beberapa video yang saya tonton, pemain
Indonesia selalu kehabisan tenaga di babak kedua. Tepatnya setelah 20 menit pertandingan
berjalan.

Kenapa fisik yang harus dibenahi? Fisik harus
kuat, maka mental akan kuat. Fisik kuat artinya bisa fokus sepanjang
pertandingan. Dan, yang paling penting, kalau fisik kuat, ada semangat untuk
menang. Jika itu semua dikombinasikan, timnas akan kuat.

 

Dari beberapa video timnas yang sudah Anda
tonton, bagaimana Anda menilai kontribusi para pemain naturalisasi?

Skill dan kemampuan mereka sama dengan pemain
(lokal) Indonesia. Saya juga tidak akan membeda-bedakan pemain yang main di luar
negeri atau di dalam negeri.

 

Pemain-pemain di Indonesia sudah terbiasa
dengan pemusatan latihan jangka panjang. Bagaimana cara Anda mengubah kebiasaan
itu?

Saya belum tahu soal itu. Saya mau mengumpulkan
pemain lebih dahulu. Punya banyak waktu untuk pemusatan latihan memang bagus,
tapi sepertinya tidak akan saya lakukan.

 

Bagaimana kualitas liga di Indonesia? Apa yang
ingin Anda sampaikan ke pengelola liga agar pemain-pemain yang dihasilkan
sinkron dengan standar timnas?

Baca Juga :  Bermain Imbang, Penyelesaian Akhir Menjadi Bahan Evaluasi

Saya harus bicara dulu dengan PSSI. Tapi, PSSI
sudah berjanji 100 persen membantu saya soal itu.


Apa modal terbaik sepak bola Indonesia agar
bisa berkembang?

Banyak sekali, tidak bisa saya sebutkan satu
per satu. Yang pasti, seperti yang saya katakan, di beberapa video yang saya
tonton, walau kalah, pemain Indonesia bermain bagus. Punya pemahaman sepak bola
yang baik.


Sejauh apa ketertinggalan sepak bola Indonesia
jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain seperti Thailand dan
Vietnam? Atau di Asia pada umumnya?

Indonesia memang berada di peringkat ke-170
FIFA. Tapi, menurut saya, itu tidak ada masalah. Bukan level yang rendah,
karena nanti pada waktunya akan meraih hasil maksimal.

Untuk timnas yang disiapkan bagi Piala Dunia
U-20 pada 2021 mendatang, apa tidak ada rencana membuat pemusatan latihan
jangka panjang? Sebab, banyak pemain junior Indonesia yang jarang mendapat jam
terbang di klub.

Sekali lagi, saya harus lihat secara langsung
pemain berlatih, baru bisa berkomentar soal itu. Pemusatan jangka panjang bukan
sepenuhnya solusi, tapi ada proses untuk mencapai di tingkat yang lebih baik.
Saya akan bertemu dulu dengan pemain U-19 pada 13 Januari (2020) nanti.

 

Apa yang membuat Anda mau melatih timnas
Indonesia?

Awalnya, saya berpikir untuk melatih klub.
Tapi, saya tertarik untuk tahu kemampuan saya seperti apa. Seberapa jauh saya
bisa meningkatkan tim yang levelnya di bawah Korea Selatan. Saya juga banyak
tahu soal Asia Tenggara dari pelatih timnas Vietnam Park Hang-Seo. Banyak
komunikasi, yang akhirnya membuat saya tertarik. Walaupun dalam obrolan itu
tidak pernah menyebut Indonesia atau Vietnam.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru