30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Chelsea Vs Arsenal, Dua Tim Ini Ikut Berdebar-debar

LONDON sudah sejajar dengan
Madrid dalam keberhasilan menggelar final tim satu kota di panggung Eropa.
Madrid bisa menciptakan Derbi Madrileno di final Liga Champions 2013–2014 dan
2015–2016, Derbi London menjadi tajuk final Liga Europa 2018–2019.

Sejak
masih bernama Piala UEFA (1971) kemudian berganti jadi Liga Europa (2009),
pertemuan klub senegara merupakan yang kali kesepuluh. Yang menarik, dalam
edisi pertama (1972), final juga mempertemukan klub Inggris. Kala itu Tottenham
Hotspur mengalahkan Wolverhampton Wanderers dengan agregat 3-2. Sebelum 1998,
final memang berformat kandang dan tandang.

Spurs yang
musim ini juga lolos ke final Liga Champions ternyata juga memiliki kepentingan
terhadap hasil final di Olympic Baku Stadium Kamis (30/5) dini hari nanti.
Bukan karena rivalitas dalam Derbi London Utara, melainkan terkait posisi Spurs
di Liga Champions musim depan.

Baca Juga :  ELA MIKEH ! Ayo Kalteng Putra, Bertarung Habis-Habisan Demi Tiga Poin

Sebab, seandainya Arsenal yang juara dan Hugo
Lloris dkk gagal mengalahkan Liverpool di Wanda Metropolitano pada Minggu dini
hari nanti WIB (2/6), Spurs terancam berada di pot non-unggulan dalam undian
fase grup Liga Champions musim depan.

Selain
Spurs, Olympique Lyon berharap Arsenal gagal juara. Jika itu terjadi, tidak ada
slot Liga Champions bagi The Gunners yang hanya finis kelima di Premier League.
Itu juga berarti Lyon yang finis ketiga di Ligue 1 tersebut langsung masuk fase
grup atau tidak perlu menjalani playoff.

Jadi,
apakah Arsenal juara atau tidak? ”Kami tidak akan membuang momentum bagus ini.
Sudah saatnya Arsenal mengakhiri penantian trofi Eropa selama 25 tahun,” ucap
gelandang Arsenal Granit Xhaka kepada ESPN. Gelar terakhir The Gunners di Eropa
adalah Piala Winners 1993–1994. Yakni, kompetisi yang sudah berhenti dua dekade
lalu. (dra/c20/dns)

Baca Juga :  Dua Tim Ini Diunggulkan di Bursa Calon Juara

LONDON sudah sejajar dengan
Madrid dalam keberhasilan menggelar final tim satu kota di panggung Eropa.
Madrid bisa menciptakan Derbi Madrileno di final Liga Champions 2013–2014 dan
2015–2016, Derbi London menjadi tajuk final Liga Europa 2018–2019.

Sejak
masih bernama Piala UEFA (1971) kemudian berganti jadi Liga Europa (2009),
pertemuan klub senegara merupakan yang kali kesepuluh. Yang menarik, dalam
edisi pertama (1972), final juga mempertemukan klub Inggris. Kala itu Tottenham
Hotspur mengalahkan Wolverhampton Wanderers dengan agregat 3-2. Sebelum 1998,
final memang berformat kandang dan tandang.

Spurs yang
musim ini juga lolos ke final Liga Champions ternyata juga memiliki kepentingan
terhadap hasil final di Olympic Baku Stadium Kamis (30/5) dini hari nanti.
Bukan karena rivalitas dalam Derbi London Utara, melainkan terkait posisi Spurs
di Liga Champions musim depan.

Baca Juga :  ELA MIKEH ! Ayo Kalteng Putra, Bertarung Habis-Habisan Demi Tiga Poin

Sebab, seandainya Arsenal yang juara dan Hugo
Lloris dkk gagal mengalahkan Liverpool di Wanda Metropolitano pada Minggu dini
hari nanti WIB (2/6), Spurs terancam berada di pot non-unggulan dalam undian
fase grup Liga Champions musim depan.

Selain
Spurs, Olympique Lyon berharap Arsenal gagal juara. Jika itu terjadi, tidak ada
slot Liga Champions bagi The Gunners yang hanya finis kelima di Premier League.
Itu juga berarti Lyon yang finis ketiga di Ligue 1 tersebut langsung masuk fase
grup atau tidak perlu menjalani playoff.

Jadi,
apakah Arsenal juara atau tidak? ”Kami tidak akan membuang momentum bagus ini.
Sudah saatnya Arsenal mengakhiri penantian trofi Eropa selama 25 tahun,” ucap
gelandang Arsenal Granit Xhaka kepada ESPN. Gelar terakhir The Gunners di Eropa
adalah Piala Winners 1993–1994. Yakni, kompetisi yang sudah berhenti dua dekade
lalu. (dra/c20/dns)

Baca Juga :  Dua Tim Ini Diunggulkan di Bursa Calon Juara

Terpopuler

Artikel Terbaru