Lifter
belia Windy Cantika Aisah membetot perhatian publik. Gadis 17 tahun itu baru
beberapa bulan bergabung di pelatnas angkat besi. Tapi, potensinya sudah
terlihat mengerikan. Harus diasah dengan benar, agar tak salah langkah.
RAGIL PUTRI-TYASEFANIA
FEBRIANI, Jakarta
KEMUNCULAN Windy Cantika
Aisah di pentas angkat besi nasional sebenarnya agak terlalu dini. Dia masuk
pelatnas karena kondisi darurat. Karena pelatnas kehilangan dua lifter putri
secara beruntun. Pertama, Sri Wahyuni Agustiani, yang menikah lalu hamil.
Kemudian, penggantinya, Acchedya Jaggadhita tersandung kasus doping.
Resmi gabung pelatnas pada Februari, dia langsung
bersinar. Langsung bernyali diterjunkan ke Kejuaraan Asia 2019 di Ningbo,
Tiongkok. Padahal jaraknya tak sampai dua bulan. Tentu saja, melawan
lifter-lifter dari Tiongkok dan Korea Utara yang menguasai berbagai event
dunia, dia tidak meraih medali. Tapi, cewek yang berlaga di kelas 49 kg itu
pulang membawa tiga rekor dunia remaja!
Rekor itu dia pertajam saat terjun dalam IWF Junior World
Championship 2019 (alias Kejuaraan Dunia Junior) di Suva, Fiji bulan lalu.
Lifter kelahiran Bandung, 11 Juni 2002 tersebut melengkapi pembaruan rekornya
dengan menyabet tiga perak. Hasil di dua dua kejuaraan itu melontarkan Cantika,
sapaan akrabnya, ke peringkat 18 dunia.
Seperti Sri dan Acchedya, Cantika juga diproyeksikan
untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Untuk itu, dia harus mampu menembus posisi
delapan besar. Bukan hal yang tidak mungkin, sebenarnya. Namun, Cantika sendiri
mengakui target tersebut cukup berat. Apalgi usianya masih belia. Juga masih
anak kemarin sore dalam angkat besi level dunia.
“Lifter senior saja susah payah dan butuh waktu
panjang (untuk menembus Olimpiade). Apalagi saya,” tutur Cantika jujur, saat
ditemui Jawa Pos di mess pelatnas angkat besi di Kwini, Jakarta Pusat, pekan
lalu. ”Rasa takut pasti ada. Tapi kata pelatih, jalanin aja dulu. Dapat
syukur, kalau nggak dapat ya nggak apa-apa. Mengalir saja. Jalani dengan
enjoy,” papar dia.
Meski dipersiapkan untuk lolos ke Tokyo, pelatih angkat besi
Dirdja Wihardja mengatakan target utama Windy adalah emas Asian Games 2022. Dia
melihat Windy punya potensi besar untuk itu. Namun, karena usianya masih sangat
belia, otot-ototnya belum matang. PB PABSSI masih memperkuat hal-hal dasar
terlebih dahulu. Dia bisa mencapai peak performance sekitar tiga tahun lagi.
“Cantika kan masih muda, kami tidak terlalu memberi
latihan yang berat. Yang utama mempersiapkan otot supaya bisa meningkatan power
dia,” jelas Dirdja. ”Tapi yang jelas dia punya semangat dan disiplin. Itu
modal yang bagus,” tambahnya.
Saat ini Cantika memiliki total angkatan terbaik 179 kg.
Dirdja mengatakan, untuk bisa lolos ke Tokyo, remaja asal Bandung, Jawa Barat,
itu harus bisa mencapai total angkatan setidaknya 185 kg. Bukan hal mudah untuk
menambah 6 kg lagi dalam waktu kurang dari setahun.
Di sisi lain, Cantika unggul dalam hal kecepatan. Namun,
dia masih harus menyempurkan angkatan clean and jerk. “Itu karena basic
power yang masih kurang. Kalau angkatan snacth dia sudah luar biasa,” puji
Dirdja.
Untuk itu, Dirdja menargetkan secara bertahap. Cantika
diproyeksikan mengikuti enam turnamen sebelum bisa menyandang predikat Olimpian
(peserta Olimpiade). Dua sudah dilalui dengan baik. Lalu, tahun ini, dia masih
bisa mengikuti IWF World Championship 2019 (kejuaraan dunia), Asian Junior
Championship 2019 (kejuaraan Asia Junior), dan SEA Games 2019.
“Pertama, angkatan jangan sampai gagal dalam setiap
turnamen. Bisa fatal karena nggak dapat poin. Kedua, bisa meningkatkan total
angkatan. Sedikit demi sedikit yang penting meningkat,” jelas Dirdja.
Jika dalam tiga turnamen itu posisi Cantika bisa masuk
delapan besar, kita semua bisa bernafas lega. Namun, kalau hingga saat itu
posisi dia belum aman, masih ada satu kejuaraan lagi yang bisa dia ikuti pada
April 2020 mendatang. ”Buat meningkatkan posisi,” kata Cantika. Good luck,
Cantika! (na/jpg)