Site icon Prokalteng

Jadwal Ketat Menanti

jadwal-ketat-menanti

PANDEMI Covid-19 meniadakan sepak bola dan
agenda olahraga lainnya. Sejak berhentinya kompetisi sepak bola Eropa  bulan lalu dan tiap negara punya kebijakan berbeda
soal melanjutkan kompetisi domestiknya, maka hal itu berdampak pada
penyelenggaraan musim berikutnya 2020-2021.

Editor The Athletic Ed Malyon dalam kolomnya 8
April lalu menulis : apakah ini saat yang tepat menyeriusi wacana pembatalan
Piala Dunia 2022 Qatar ? Bukan sekadar karena isu jual beli suara ketika
pengambilan keputusan tuan rumah pada kongres FIFA Desember 2010. Juga bukan
karena kontroversi kalender penyelenggaraan pada akhir tahun 2022 dengan alasan
menghindari cuaca ekstrim. Atau pekerja yang tewas ketika mengerjakan stadium
di Qatar.


“Dengan tertundanya musim 2019-2020 karena
pandemi Covid-19 ini, semua agenda mengalami pemunduran jadwal. Liga domestik,
regional, sepak bola antarnegara dalam satu regional terdampak dan dijadwalkan
ulang,” tulis Malyon.

“Musim 2020-2021 akan dijalani dalam
keterbatasan waktu yang membuat semua pihak terengah-engah, penghapusan Piala
Dunia 2022 akan memberikan tiap pihak kesempatan menarik nafas,” tambah Malyon.

The Sun kemarin (21/4) membeberkan bagaimana
para pemain khususnya asal Amerika Latin terhimpit jadwal pada musim 2020-2021
ini. Presiden UEFA Aleksander Ceferin kabarnya akan mengumumkan titik awal
musim 2020-2021 di Eropa pada 12 September.


Padahal sebelum tanggal tersebut, dua matchday
kualifikasi Piala Dunia 2022 zona CONMEBOL atau Amerika Selatan dijadwalkan
berlangsung. Yakni 4 dan 9 September.

Sebagai catatan, kalau saja pandemi Covid-19
tak terjadi maka jeda internasional September mendatang adalah matchday ketiga
dan keempat CONMEBOL. Sedang matchday satu dan dua sesungguhnya dijadwalkan 27
Maret dan 1 April. Cuma agenda ini dibatalkan oleh FIFA.

Bisa sih para pesepakbola Amerika Latin itu
menyewa jet khusus secara patungan untuk menerbangkan mereka ke Eropa usai
kualifikasi September dan bersiap tampil di kompetisi domestik. Namun pelatih
di level klub biasanya lebih memilih mengistirahatkan mereka.

“Pemain-pemain Amerika Latin memegang peran
sentral seperti Roberto Firmino dan Alisson Becker (Brasil/Liverpool) atau
Ederson dan Sergio Aguero (Manchester City/Argentina),” tulis The Sun.

Daily Mail menulis kompetisi Inggris yang
memiliki tiga kompetisi (liga, Piala FA, dan Piala Liga) pasti akan lebih
menguras tenaga para pemain. Apalagi buat mereka yang dari Amerika Selatan.
Padatnya jadwal kompetisi juga periode istirahat yang pendek pada musim
2020-2021 membuka lebar-lebar peluang pemain cedera secara serius.

Goal bahkan memprediksi dengan jadwal mepet
pada 2020-2021 akan punya imbas besar pada dua turnamen regional yang ditunda.
Euro 2020 dan Copa America 2020. Keduanya mundur jadi musim panas 2021.

“Kita tak pernah tahu, sesiap apa pemain
menghadapi jadwal yang super padat. Jangan-jangan sebelum Euro 2021 dan Copa
America 2021, negara-negara itu kehabisan stok pemain karena sudah diperas
lebih dahulu oleh klub,” tulis Goal.

Pelatih Juergen Klopp kepada Liverpool Echo
tahun lalu mengatakan jadwal kompetisi Inggris ini terbilang ‘gila’. “Bulan
Desember hingga Februari, kalau dirata-rata kami bermain tiga hari sekali,”
ucap Klopp. Itu pun dengan catatan musim berjalan normal. Alias tak ada
pemunduran jadwal. Bayangkan bagaimana dengan musim 2020-2021 dimana semua
agendanya dimampatkan.

Nah, seandainya benar kompetisi domestik
2020-2021 harus bergulir pekan kedua September sementara jatah sisa kompetisi
2019-2020 belum tahu kapan dilanjutkan, klub-klub pun menjadi pihak yang paling
pusing.

Selain menanggung beban
finansial terberat karena tak ada pemasukan karena kompetisi stop, diantara
kompetisi elite Eropa baru Bundesliga yang menetapkan jadwal mulai lagi. Yakni
bulan depan. Sedang kompetisi lain masih sibuk soal pemotongan gaji,
berkordinasi dengan otoritas negerinya soal izin. 

Exit mobile version