OLIMPIADE Tokyo 2020 berlangsung enam bulan
lagi. Babak kualifikasi yang tinggal empat bulan membuat persaingan di semua
sektor kian sengit. Turnamen makin ramai bukan saja oleh nama-nama lama, tapi
juga wajah-wajah baru. Peringkat dunia, yang selama dua-tiga tahun terakhir
tidak banyak berubah, tiba-tiba saja bergolak.
Salah satu sektor paling seru adalah ganda
putri. Hal itu dirasakan betul oleh pasangan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.
Tahun lalu, titel sebagai pasangan nomor satu dunia hanya mampu mereka pegang
selama lima pekan. Yakni dari 30 April hingga 5 November. Setelah itu posisi
mereka digeser oleh ganda putri Tiongkok Chen Qing Chen/Jia Yifan.
Padahal ganda putri Jepang sempat begitu
mendominasi di dunia. Selain Matsumoto/Nagahara, ada Yuki Fukushima/Sayaka
Hirota dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi. Ketiganya pernah secara berurutan
menempati top 3 peringkat BWF. Di bawah mereka, ada dua pasangan Korea, Kim
So-yeong/Kong Hee-yong dan Lee So-hee/Shin Seung-chan.
”Untuk Olimpiade, tidak hanya Jepang saja yang
kuat, negara lain juga. Semua bakal berusaha yang terbaik. Tapi aku juga nggak
akan mau kalah,” tutur Nagahara dalam konferensi pers di Istora Senayan,
Jakarta, kemarin (13/1).
Meski pernah menjadi ganda putra terbaik dunia,
Matsumoto/Nagahara tidak benar-benar dominan. Dalam lima pertemuan dengan
Chen/Jia tahun lalu, pasangan ini hanya mampu sekali merenggut kemenangan.
Apalagi setelah Korea menguat. Faktanya, sejak Indonesia Open pada Juli, dia
dan Matsumoto tidak pernah lagi menjuarai turnamen. Selalu kalah di tangan
pasangan Korea. Baik itu Kim/Kong, Lee/Shin, maupun Chang Ye-na/Kim Hye-rin.
Nagahara tentu tidak ingin memperpanjang tren
buruk itu. Apalagi Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade. Pertama-tama, mereka
ingin meraih tiket. Lalu nanti berusaha yang terbaik untuk merebut emas.
”Bukan jadi tekanan, tetapi ini (status tuan rumah, Red) motivasi bagi seluruh
tim Jepang untuk ikut Olimpiade. Tak cuma ikut, tapi juga dapat medali,” ucap Nagahara
bersemangat.
Sementara itu, tunggal
putra Taiwan Chou Tien Chen tidak menampik bahwa menjelang Olimpiade ke-32 itu,
tekanan yang dirasakannya semakin berat. Persaingan di sektornya juga sangat
keras. Status dia sebagai nomor dua dunia tidak menjamin apapun. ”Tekanan itu
saya jadikan semangat. Saya cuma mau fokus. Tidak ingin terlalu memikirkan
tekanan. Fokus latihan saja,” tutur dia. (feb/na/jpg)