Masalah subsidi termin pertama yang belum
dibayar ternyata tak dialami semua klub Liga 2. Sebab, PT LIB sudah
mencairkannya kepada sebagian peserta. Kabarnya, sudah ada enam klub yang
mendapat subsidi termin pertama. Nilainya Rp 250 juta.
Salah satu
yang sudah menerima adalah Putra Sinar Giri (PSG) Gresik. Hal itu dibenarkan
Manajer PSG Gresik Aziz Rudianto. Dia mengungkapkan, timnya memang sudah
mendapatkan subsidi termin pertama yang cair akhir Maret lalu. ’’Ya, dapat Rp
250 juta dipotong pajak. Jadi masuk bersih sekitar Rp 240 juta,’’ ujarnya.
Aziz
mengaku sudah mendengar tidak semua tim mendapatkan subsidi termin pertama
tersebut. Dia bersyukur PSG jadi salah satu tim yang mendapatkannya. Tanpa
adanya sponsor dan menggunakan biaya mandiri, subsidi tersebut sangat berguna
untuk menambal pengeluaran selama masa pandemi korona.
Aziz juga
tidak tahu mengapa PSG cepat mendapatkan subsidi termin pertama. Jadi salah
satu tim promosi, PSG sendiri tidak pernah berpikir ’’dispesialkan’’ oleh LIB.
’’Menurut saya, itu harus pandai-pandainya manajer klub ya,’’ katanya.
Aziz
menuturkan, PSG mengirimkan invoice kepada LIB setelah pulang dari manager
meeting di Jakarta pada 7 Maret lalu. Ketika seluruh klub Liga 2 membahas
kompetisi dan subsidi. ’’Saya langsung membuat invoice dan kirim ke LIB. Jadi,
kemungkinan besar PSG jadi tim yang pertama kali mengirim invoice dan
kemungkinan pertama kali cairnya,’’ terangnya.
Tim lain
yang sudah menerima adalah PSMS Medan. Sekretaris PSMS Julius Raja tidak
menampik hal itu. Bagi dia, pencairan subsidi tahap pertama yang diterima
memang sudah sesuai aturan. ’’Soalnya kami sudah bayar gaji Maret,’’ tuturnya.
Walau
sudah menerima termin pertama, Julius tetap menagih LIB untuk pencairan termin
kedua. Ayam Kinantan, lanjut dia, sudah sesuai aturan untuk menerima subsidi
tahap kedua. ’’Kami sudah bayar sampai Juli. Artinya, sudah wajib dibayar lah.
PSSI kan kabarnya mendapat uang dari FIFA Rp7,7 miliar, bantu dong klub,’’
harapnya.
Menurut
Julius, bantuan dana dari FIFA itu bisa disalurkan kepada klub. Berapa pun
nilainya, menurut Julius, sangat berguna. Terutama bagi klub Liga 2. ’’Untuk
gaji pemain, berapa pun yang namanya bantuan akan kami hargai,’’ tuturnya.
Nah,
ketidakmerataan pembayaran subsidi tersebut dikeluhkan klub yang tidak
menerima. Sriwijaya FC, misalnya. Laskar Wong Kito harus kembali merogoh kocek
sangat dalam untuk membiayai tim dan pemainnya.
Sekretaris
Sriwijaya FC Faisal Mursyid mengatakan, belum dibayarnya subsidi sudah
ditanyakannya ke pihak LIB. Tapi, jawaban yang diterima selalu sama. Yaitu,
uang sponsor belum cair karena tidak ada kompetisi. ’’Hal tersebut kami
sesalkan. Seharusnya merata dong,’’ ucapnya.
Faizal
mengingatkan, jika tidak segera dibayar, utang LIB kepada Sriwijaya FC akan
kian menumpuk. Selain termin pertama dan kedua Liga 2 musim ini, LIB masih
punya tunggakan ke Sriwijaya FC masalah subsidi sejak musim 2017.
Total
utang LIB sejak 2017 adalah Rp 3,4 miliar. Itu berasal dari rating televisi,
Elite Pro Academy, dan subsidi klub Liga 1 2017 dan Liga 2 2018. ’’Sudah tiga
bulan ini kami nombok,’’ ungkapnya.
PSIM
Jogjakarta juga meradang. Manajer PSIM David M.P. Hutauruk meminta LIB menjaga
komitmen yang sudah disepakati ketika manager meeting Liga 2. Yakni,
membayarkan hak klub secara tepat waktu. ’’Kami minta kedewasaan serta
profesionalitas semua pihak saja. Karena kewajiban harus dilakukan, termasuk
menjaga komitmen dari awal,’’ tegasnya.