33.8 C
Jakarta
Saturday, August 9, 2025

PSIM Yogyakarta Langsung Menggebrak Super League, Permalukan Persebaya di Stadion GBT

PROKALTENG.CO-Laga pembuka Super League 2025/2025 yang mempertemukan Persebaya vs PSIM Yogyakarta menjadi ajang pembuktian dalam banyak hal. Mulai dari pembuktian PSIM layak naik kasta hingga pembuktian Ze Valente kembali ke Stadion GBT sebagai algojo yang melumat mantan klubnya. Ze Valente seolah ingin membuktikan Persebaya melakukan kesalahan besar telah melepasnya.

Penampilan PSIM Yogyakarta telah mengguncang Super League 2025/2026. Mereka naik kasta ke level tertinggi kompetisi sepak bola tanah air dengan semangat pembuktian. PSIM bukan klub kacangan yang pantas diremehkan. Laskar Mataram datang ke Surabaya dengan mental dan ambisi juara.

Gemuruh Stadion Gelora Bung Tomo mendadak beku. PSIM Yogyakarta memperoleh kemenangan dramatis di kandang Persebaya Surabaya pada laga pembuka Super League 2025/2026 yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Jumat (8/8/2025).

Norberto Ezequiel Vidal tampil menjadi pahlawan PSIM Yogyakarta. Gol tunggalnya di masa injury time babak kedua atau menit ke-90+2. Kemenangan ini memastikan Laskar Mataram pulang dari Stadion Gelora Bung Tomo dengan 3 poin.

Hingga di akhir laga, wasit meniup peluit panjang dan papan skor memajang fakta telak: Persebaya kalah 0-1 dari PSIM Yogyakarta. Ironis. Menyakitkan. Apalagi yang menari-nari sepanjang pertandingan adalah Ze Valente mantan bintang Persebaya sendiri yang kini berseragam lawan.

Padahal skuad The Green Force sudah tampil dominan dengan modal skuad mewah. Pelatih Persebaya langsung menurunkan 7 pemain asing sebagai starter.

Sayangnya, skuad mewah itu belum maksimal mengubah peluang menjadi gol. PSIM Yogyakarta justru tampil militan dengan semangat klub promosi dari Liga 2 yang ingin membuktikan diri layak naik kasta.

Pertandingan ini menjadi ujian perdana pelatih Eduardo Perez bersama Green Force menghadapi tim promosi yang baru kembali ke kasta tertinggi.

Baca Juga :  Hadapi Tantangan, Pengurus KONI Kota Tidak Boleh Berpangku Tangan

Sebuah ironi, Persebaya dengan skuad mewah dan dukungan suporter fanatik di kandang sendiri, justru dipermalukan klub promosi dari Liga 2.

Serangan bertubi-tubi Persebaya tak mampu membongkar pertahanan rapat PSIM.

Justru, gol Vidal di injury time seperti tak terkawal dengan baik oleh skuad Persebaya.

Ze Valente yang dilepas Persebaya dan memakai kostum PSIM tampil sebagai algojo. Gelandang asal Portugal itu berkali-kali ia menusuk lini belakang Persebaya, melepaskan tembakan berbahaya, dan mengacaukan aliran bola.

Ze Valente yang musim lalu dielu-elukan Bonek, seakan ingin membuktikan bahwa Persebaya telah melakukan kesalahan besar telah melepasnya. Ze Valente tampil dengan semangat ganda—separuh dendam, separuh pembuktian.

Kemenangan PSIM bukan kejutan semata. Laskar Mataram membuat manajemen serangan dan pertahanan serta ditopang dengan semangat tinggi.

PSIM mampu menciptakan barisan pertahanan rapi. Serangan cepat dan presisi. Pelatih Kas Hartadi sukses menanamkan militansi yang jarang dimiliki tim debutan.

Para pemain PSIM tak gentar menghadapi nama-nama asing Persebaya. Mereka justru menikmati laga seolah sedang bermain di rumah sendiri.

Dan klimaksnya datang di menit 90+2. PSIM akhirnya memecah kebuntuan. Umpan akurat Dede Sapari yang disambut sepakan keras Ezequiel Vidal tak mampu dibendung Ernando Ari, dan menggetarkan jala Persebaya Surabaya.

Gol tersebut langsung membuat suporter tuan rumah terdiam. Green Force yang sepanjang laga dominan di babak pertama kini tertinggal di detik-detik akhir laga.

Saat lini belakang Persebaya lengah, umpan terobosan memecah perangkap offside yang gagal total. Vidal, tanpa kawalan, tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Ernando Ari. Skor pun berubah. GBT membisu.

Persebaya: Mahal, Tapi Gagal. Nama-nama seperti Rivera, Perovic, Mitrevski, Bruno Moreira, Dimov, hingga Dejan Tumbas menghiasi daftar starter. Tapi semuanya seperti tidak terhubung. Lini belakang keropos. Lini tengah kalah agresif. Serangan tumpul.

Baca Juga :  SANGAT BERSEMANGAT

Semua mata kini mengarah ke pelatih Eduardo Peres. Strategi apa yang dijalankan? Kenapa tim bertabur bintang bisa kalah oleh tim yang baru naik?

“Kami lengah dan terlalu lama panas. PSIM main sangat disiplin,” ujar Aji dengan wajah kecewa usai laga.

Tapi kalimat itu tidak cukup memadamkan amarah suporter Bonek Murka, Tagar #PersebayaPayah Trending

Di media sosial, kemarahan Bonek meledak. Banyak yang menyebut kekalahan ini sebagai tamparan keras buat manajemen. Ada yang menyindir, “Mending pakai pemain lokal yang berjiwa juang, daripada pemain asing yang malas gerak!”

Tak sedikit pula yang menyebut ini sebagai karma karena membuang Ze Valente yang justru tampil luar biasa bersama tim lawan.

Dengan kemenangan ini, PSIM resmi mengguncang Liga 1. Mereka bukan tim pelengkap, mereka tim penantang. Dan Ze Valente, sang mantan, jadi simbol perubahan: dibuang Persebaya, bangkit di Yogyakarta.

Secara statistik, laga berlangsung seimbang. Persebaya Surabaya mencatat delapan tembakan dengan dua tepat sasaran, sedangkan PSIM memiliki sembilan upaya dengan empat mengarah ke gawang.

Akurasi tembakan PSIM mencapai 45 persen, lebih baik dibanding Persebaya Surabaya yang hanya 25 persen. Dari segi penguasaan bola, kedua tim sama kuat dengan masing-masing 50 persen.

Jumlah umpan yang dilepaskan juga hampir sama, Persebaya Surabaya dengan 389 kali dan PSIM 397 kali.

Meski akurasi umpan Persebaya Surabaya sedikit unggul di angka 80 persen, PSIM lebih efektif dalam mengubah peluang menjadi gol.

Skor akhir: Persebaya 0 – 1 PSIM

Pencetak gol: Vidal (90+3)

Mantan terbaik: Ze Valente, pemain yang “tersisih” tapi kembali menghantam mantan klubnya sendiri. (fajar)

PROKALTENG.CO-Laga pembuka Super League 2025/2025 yang mempertemukan Persebaya vs PSIM Yogyakarta menjadi ajang pembuktian dalam banyak hal. Mulai dari pembuktian PSIM layak naik kasta hingga pembuktian Ze Valente kembali ke Stadion GBT sebagai algojo yang melumat mantan klubnya. Ze Valente seolah ingin membuktikan Persebaya melakukan kesalahan besar telah melepasnya.

Penampilan PSIM Yogyakarta telah mengguncang Super League 2025/2026. Mereka naik kasta ke level tertinggi kompetisi sepak bola tanah air dengan semangat pembuktian. PSIM bukan klub kacangan yang pantas diremehkan. Laskar Mataram datang ke Surabaya dengan mental dan ambisi juara.

Gemuruh Stadion Gelora Bung Tomo mendadak beku. PSIM Yogyakarta memperoleh kemenangan dramatis di kandang Persebaya Surabaya pada laga pembuka Super League 2025/2026 yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Jumat (8/8/2025).

Norberto Ezequiel Vidal tampil menjadi pahlawan PSIM Yogyakarta. Gol tunggalnya di masa injury time babak kedua atau menit ke-90+2. Kemenangan ini memastikan Laskar Mataram pulang dari Stadion Gelora Bung Tomo dengan 3 poin.

Hingga di akhir laga, wasit meniup peluit panjang dan papan skor memajang fakta telak: Persebaya kalah 0-1 dari PSIM Yogyakarta. Ironis. Menyakitkan. Apalagi yang menari-nari sepanjang pertandingan adalah Ze Valente mantan bintang Persebaya sendiri yang kini berseragam lawan.

Padahal skuad The Green Force sudah tampil dominan dengan modal skuad mewah. Pelatih Persebaya langsung menurunkan 7 pemain asing sebagai starter.

Sayangnya, skuad mewah itu belum maksimal mengubah peluang menjadi gol. PSIM Yogyakarta justru tampil militan dengan semangat klub promosi dari Liga 2 yang ingin membuktikan diri layak naik kasta.

Pertandingan ini menjadi ujian perdana pelatih Eduardo Perez bersama Green Force menghadapi tim promosi yang baru kembali ke kasta tertinggi.

Baca Juga :  Hadapi Tantangan, Pengurus KONI Kota Tidak Boleh Berpangku Tangan

Sebuah ironi, Persebaya dengan skuad mewah dan dukungan suporter fanatik di kandang sendiri, justru dipermalukan klub promosi dari Liga 2.

Serangan bertubi-tubi Persebaya tak mampu membongkar pertahanan rapat PSIM.

Justru, gol Vidal di injury time seperti tak terkawal dengan baik oleh skuad Persebaya.

Ze Valente yang dilepas Persebaya dan memakai kostum PSIM tampil sebagai algojo. Gelandang asal Portugal itu berkali-kali ia menusuk lini belakang Persebaya, melepaskan tembakan berbahaya, dan mengacaukan aliran bola.

Ze Valente yang musim lalu dielu-elukan Bonek, seakan ingin membuktikan bahwa Persebaya telah melakukan kesalahan besar telah melepasnya. Ze Valente tampil dengan semangat ganda—separuh dendam, separuh pembuktian.

Kemenangan PSIM bukan kejutan semata. Laskar Mataram membuat manajemen serangan dan pertahanan serta ditopang dengan semangat tinggi.

PSIM mampu menciptakan barisan pertahanan rapi. Serangan cepat dan presisi. Pelatih Kas Hartadi sukses menanamkan militansi yang jarang dimiliki tim debutan.

Para pemain PSIM tak gentar menghadapi nama-nama asing Persebaya. Mereka justru menikmati laga seolah sedang bermain di rumah sendiri.

Dan klimaksnya datang di menit 90+2. PSIM akhirnya memecah kebuntuan. Umpan akurat Dede Sapari yang disambut sepakan keras Ezequiel Vidal tak mampu dibendung Ernando Ari, dan menggetarkan jala Persebaya Surabaya.

Gol tersebut langsung membuat suporter tuan rumah terdiam. Green Force yang sepanjang laga dominan di babak pertama kini tertinggal di detik-detik akhir laga.

Saat lini belakang Persebaya lengah, umpan terobosan memecah perangkap offside yang gagal total. Vidal, tanpa kawalan, tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Ernando Ari. Skor pun berubah. GBT membisu.

Persebaya: Mahal, Tapi Gagal. Nama-nama seperti Rivera, Perovic, Mitrevski, Bruno Moreira, Dimov, hingga Dejan Tumbas menghiasi daftar starter. Tapi semuanya seperti tidak terhubung. Lini belakang keropos. Lini tengah kalah agresif. Serangan tumpul.

Baca Juga :  SANGAT BERSEMANGAT

Semua mata kini mengarah ke pelatih Eduardo Peres. Strategi apa yang dijalankan? Kenapa tim bertabur bintang bisa kalah oleh tim yang baru naik?

“Kami lengah dan terlalu lama panas. PSIM main sangat disiplin,” ujar Aji dengan wajah kecewa usai laga.

Tapi kalimat itu tidak cukup memadamkan amarah suporter Bonek Murka, Tagar #PersebayaPayah Trending

Di media sosial, kemarahan Bonek meledak. Banyak yang menyebut kekalahan ini sebagai tamparan keras buat manajemen. Ada yang menyindir, “Mending pakai pemain lokal yang berjiwa juang, daripada pemain asing yang malas gerak!”

Tak sedikit pula yang menyebut ini sebagai karma karena membuang Ze Valente yang justru tampil luar biasa bersama tim lawan.

Dengan kemenangan ini, PSIM resmi mengguncang Liga 1. Mereka bukan tim pelengkap, mereka tim penantang. Dan Ze Valente, sang mantan, jadi simbol perubahan: dibuang Persebaya, bangkit di Yogyakarta.

Secara statistik, laga berlangsung seimbang. Persebaya Surabaya mencatat delapan tembakan dengan dua tepat sasaran, sedangkan PSIM memiliki sembilan upaya dengan empat mengarah ke gawang.

Akurasi tembakan PSIM mencapai 45 persen, lebih baik dibanding Persebaya Surabaya yang hanya 25 persen. Dari segi penguasaan bola, kedua tim sama kuat dengan masing-masing 50 persen.

Jumlah umpan yang dilepaskan juga hampir sama, Persebaya Surabaya dengan 389 kali dan PSIM 397 kali.

Meski akurasi umpan Persebaya Surabaya sedikit unggul di angka 80 persen, PSIM lebih efektif dalam mengubah peluang menjadi gol.

Skor akhir: Persebaya 0 – 1 PSIM

Pencetak gol: Vidal (90+3)

Mantan terbaik: Ze Valente, pemain yang “tersisih” tapi kembali menghantam mantan klubnya sendiri. (fajar)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/