PROKALTENG.CO-Keputusan PSSI untuk mengakhiri kerja sama dengan Shin Tae-yong (STY) memunculkan spekulasi mengenai siapa penggantinya. Salah satu nama yang mencuat untuk menangani Timnas Indonesia adalah Patrick Kluivert, legenda sepakbola Belanda.
Namun, jika dibandingkan dari segi prestasi, bagaimana jejak karier keduanya di dunia kepelatihan?
Jejak Prestasi Shin Tae-yong
Dalam konteks perbandingan prestasi kepelatihan, Shin Tae-yong memiliki portofolio yang lebih meyakinkan. Pelatih asal Korea Selatan ini telah membuktikan kemampuannya baik di level klub maupun timnas.
Di level klub, prestasi terbesarnya adalah membawa Seongnam Ilhwa Chunma menjuarai AFC Champions League 2009-2010, sebuah pencapaian yang menunjukkan kapabilitasnya menangani kompetisi elite Asia. Prestasi ini diperkuat dengan keberhasilannya meraih Piala Korea Selatan 2010-2011, membuktikan konsistensinya dalam meraih trofi.
Di kancah internasional, track record Shin Tae-yong tidak kalah mengesankan. Bersama Timnas Korea Selatan, ia berhasil memenangkan East Asian Championship 2016-2017. Namun, prestasi yang paling dikenang adalah ketika ia memimpin Korea Selatan mengalahkan Jerman, sang juara bertahan, di Piala Dunia 2018 dengan skor 2-0. Kemenangan ini tidak hanya mengejutkan dunia sepakbola, tetapi juga menunjukkan kemampuan taktikal STY dalam menghadapi tim-tim besar.
Selama empat tahun kepemimpinannya bersama Timnas Indonesia (2019-2024), meskipun belum menghasilkan trofi mayor, STY telah mencatatkan sejumlah pencapaian bersejarah. Ia berhasil membawa Indonesia menembus babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia untuk pertama kalinya, sebuah milestone penting dalam sejarah sepakbola nasional.
Prestasi lainnya termasuk membawa Timnas senior ke babak 16 besar Piala Asia 2023 dan mengantarkan Timnas U-23 ke semifinal Piala Asia U-23 2023, pencapaian terbaik Indonesia di kedua turnamen tersebut.
Di bawah kepemimpinan STY, peringkat FIFA Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan, dari posisi 173 menjadi 134, sebuah kenaikan 41 peringkat yang mencerminkan perbaikan performa tim secara konsisten. Prestasi lain yang patut dicatat adalah runner-up Piala AFF 2020 dan medali perunggu SEA Games 2021, menunjukkan daya saing Indonesia di level regional.
Jejak Prestasi Patrick Kluivert
Sementara itu, Patrick Kluivert, meskipun dikenal sebagai legenda sepakbola Belanda dengan karier cemerlang sebagai pemain di klub-klub besar seperti Ajax, AC Milan, dan Barcelona, memiliki pengalaman yang relatif terbatas sebagai pelatih. Prestasi terbesarnya di dunia kepelatihan adalah membawa FC Twente U-21 menjuarai Beloften Eredivisie 2011-2012, kompetisi untuk tim cadangan di Belanda.
Karier kepelatihan Kluivert lebih banyak dihabiskan sebagai asisten pelatih atau dalam posisi manajerial. Ia pernah menjadi asisten pelatih Timnas Belanda (2012-2014), pelatih kepala Timnas Curacao (2015), Direktur Akademi PSG (2016-2017), Direktur Olahraga Barcelona (2019-2020), dan asisten pelatih Kamerun (2019). Saat ini, ia menangani klub Turki, Adana Demirspor, yang menjadi pos pertamanya sebagai pelatih kepala klub profesional.
Meski demikian, pemilihan pelatih dari Belanda memiliki beberapa pertimbangan logis. Banyaknya pemain naturalisasi Timnas Indonesia yang berketurunan Belanda bisa menjadi nilai plus, karena akan memudahkan komunikasi dan adaptasi.
Selain itu, kedekatan kultur sepakbola Indonesia dengan gaya permainan Belanda, serta jaringan yang luas di sepakbola Eropa untuk pengembangan pemain, menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan.
Dalam konteks prestasi kepelatihan, Shin Tae-yong memang memiliki catatan yang lebih meyakinkan dibandingkan Kluivert. Namun, sepakbola modern tidak hanya berbicara tentang prestasi masa lalu, tetapi juga visi ke depan, kemampuan adaptasi, dan pendekatan dalam membangun tim.
Keputusan PSSI untuk memilih pelatih baru akan sangat menentukan arah pengembangan sepakbola Indonesia ke depan, terutama dalam menghadapi tantangan kompetisi internasional yang semakin kompetitif. (jpg)