30 C
Jakarta
Friday, April 18, 2025

Wasit Jadi Pengangguran yang Mengandalkan Tabungan

DITUNDANYA Liga 1 dan Liga 2 hingga 29 Mei tak hanya berdampak pada pemain dan
ofisial klub. Penundaan kompetisi gara-gara pandemi korona juga berdampak buruk
bagi para wasit yang selama ini memimpin pertandingan.

Ya, wasit-wasit tersebut kini harus jadi penganggur.
Tidak punya asosiasi seperti pemain dan pelatih serta hanya bersifat freelance,
para wasit Liga 1 dan Liga 2 otomatis tanpa penghasilan sedikit pun saat ini
dari profesinya tersebut.

Bahkan, sekelas wasit FIFA seperti Thoriq Alkatiri juga
tanpa penghasilan selama pandemi korona. Tidak ada kompetisi berarti tidak ada
job. ’’Dari media saja ketika kompetisi ditunda saya sudah siap, sudah paham,
tidak perlu lagi menunggu keputusan PSSI,’’ ujarnya.

Saat ini, Thoriq hanya mengandalkan tabungan untuk
menjalani hidup. Dia sempat berpikir untuk membuka usaha. Namun, melihat
kondisi di tengah pandemi korona, Thoriq urung memulainya. ’’Segala risiko kami
hadapi, usaha juga lagi sepi karena korona. Ya hanya bisa berharap ini cepat
berlalu,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Inilah 32 Kontestan Liga Champions 2019-2020

Hal senada dikatakan wasit lainnya, Nurul Fadilah. Jika
Thoriq pasrah, Nurul justru tetap berharap pada keputusan di Komite Wasit PSSI.
Dia saat ini masih menunggu keputusan tersebut. ’’Tapi memang sejauh ini saya
belum ada komunikasi sama sekali,’’ ungkapnya.

Nurul mengaku sama sekali tidak ada pendapatan. Sama
halnya dengan Thoriq, dia hanya mengandalkan tabungan. Beruntung, pada awal
pertandingan Liga 1, kenaikan gaji wasit sebesar 38 persen sedikit membantu.
’’Saya memang hanya mengandalkan pekerjaan wasit. Bukan hanya Liga 1, Liga 2,
bahkan di strata junior juga sama. Tabungan juga akan habis kalau begini
terus,’’ terangnya.

Berdasar data, ada 70 wasit di Liga 1 musim ini. Dengan
perincian, 30 wasit utama dan 40 asisten wasit. Di Liga 2 musim ini, jumlah
wasit mencapai 108 orang. Perinciannya, 46 wasit utama dan 62 asisten wasit.
Angka itu belum termasuk wasit-wasit yang bertugas di Elite Pro Academy yang
nasibnya juga di ujung tanduk.

Baca Juga :  Iwan Bule Minta Pemerintah Membangun Gedung PSSI

Sementara itu, Ketua Komite Wasit PSSI Sonhadji
menyatakan, pihaknya tidak tinggal diam melihat situasi yang ada. Sudah ada
pembicaraan dengan PT LIB untuk mencari jalan keluar agar para wasit tidak jadi
penganggur. ’’Tapi, opsti itu belum ada. Seminggu ini kami berdiskusi dengan
LIB, tapi harus diakui kondisi keuangan kami sendiri juga sedang tidak bagus.
Kami hanya mengandalkan sponsor, yang sampai sekarang juga belum mau membayar
kami,’’ katanya.

Sonhadji hanya bisa pasrah jika memang belum ditemukan
solusi. Artinya, keputusan akan nasib wasit hanya ditentukan dengan kejelasan
kompetisi. Jika kompetisi kembali bergulir, awal Juni wasit-wasit sudah bisa
kembali bekerja. ’’Tapi memang semua harus menyadari kondisi saat ini tidak ada
yang menghendaki. Semua di luar kendali kami,’’ ucapnya.

DITUNDANYA Liga 1 dan Liga 2 hingga 29 Mei tak hanya berdampak pada pemain dan
ofisial klub. Penundaan kompetisi gara-gara pandemi korona juga berdampak buruk
bagi para wasit yang selama ini memimpin pertandingan.

Ya, wasit-wasit tersebut kini harus jadi penganggur.
Tidak punya asosiasi seperti pemain dan pelatih serta hanya bersifat freelance,
para wasit Liga 1 dan Liga 2 otomatis tanpa penghasilan sedikit pun saat ini
dari profesinya tersebut.

Bahkan, sekelas wasit FIFA seperti Thoriq Alkatiri juga
tanpa penghasilan selama pandemi korona. Tidak ada kompetisi berarti tidak ada
job. ’’Dari media saja ketika kompetisi ditunda saya sudah siap, sudah paham,
tidak perlu lagi menunggu keputusan PSSI,’’ ujarnya.

Saat ini, Thoriq hanya mengandalkan tabungan untuk
menjalani hidup. Dia sempat berpikir untuk membuka usaha. Namun, melihat
kondisi di tengah pandemi korona, Thoriq urung memulainya. ’’Segala risiko kami
hadapi, usaha juga lagi sepi karena korona. Ya hanya bisa berharap ini cepat
berlalu,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Inilah 32 Kontestan Liga Champions 2019-2020

Hal senada dikatakan wasit lainnya, Nurul Fadilah. Jika
Thoriq pasrah, Nurul justru tetap berharap pada keputusan di Komite Wasit PSSI.
Dia saat ini masih menunggu keputusan tersebut. ’’Tapi memang sejauh ini saya
belum ada komunikasi sama sekali,’’ ungkapnya.

Nurul mengaku sama sekali tidak ada pendapatan. Sama
halnya dengan Thoriq, dia hanya mengandalkan tabungan. Beruntung, pada awal
pertandingan Liga 1, kenaikan gaji wasit sebesar 38 persen sedikit membantu.
’’Saya memang hanya mengandalkan pekerjaan wasit. Bukan hanya Liga 1, Liga 2,
bahkan di strata junior juga sama. Tabungan juga akan habis kalau begini
terus,’’ terangnya.

Berdasar data, ada 70 wasit di Liga 1 musim ini. Dengan
perincian, 30 wasit utama dan 40 asisten wasit. Di Liga 2 musim ini, jumlah
wasit mencapai 108 orang. Perinciannya, 46 wasit utama dan 62 asisten wasit.
Angka itu belum termasuk wasit-wasit yang bertugas di Elite Pro Academy yang
nasibnya juga di ujung tanduk.

Baca Juga :  Iwan Bule Minta Pemerintah Membangun Gedung PSSI

Sementara itu, Ketua Komite Wasit PSSI Sonhadji
menyatakan, pihaknya tidak tinggal diam melihat situasi yang ada. Sudah ada
pembicaraan dengan PT LIB untuk mencari jalan keluar agar para wasit tidak jadi
penganggur. ’’Tapi, opsti itu belum ada. Seminggu ini kami berdiskusi dengan
LIB, tapi harus diakui kondisi keuangan kami sendiri juga sedang tidak bagus.
Kami hanya mengandalkan sponsor, yang sampai sekarang juga belum mau membayar
kami,’’ katanya.

Sonhadji hanya bisa pasrah jika memang belum ditemukan
solusi. Artinya, keputusan akan nasib wasit hanya ditentukan dengan kejelasan
kompetisi. Jika kompetisi kembali bergulir, awal Juni wasit-wasit sudah bisa
kembali bekerja. ’’Tapi memang semua harus menyadari kondisi saat ini tidak ada
yang menghendaki. Semua di luar kendali kami,’’ ucapnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru