29.1 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Mengaku Lega dan Lebih Sering Tersenyum

Ada yang berbeda dari
pembawaan Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti setelah menjuarai Denmark
Open dan French Open 2019. Tak hanya lebih ceria, aura yang ditunjukkan
pasangan itu juga lebih akrab dan positif. Praveen maupun Melati lebih sering
menebar senyum.

 

———————

DUA hari setelah
kepulangan mereka ke Indonesia, Kamis (31/10) para pemain menjalani sesi
latihan perdana di pelatnas Cipayung. Hanya ada Melati yang hadir dalam latihan
pagi itu. Praveen tidak terlihat batang hidungnya. Dia baru muncul setelah
latihan berakhir. Masih capek dan baru bangun, kata Praveen.

Tetapi, kali ini, hal
itu tidak dipermasalahkan pelatih kepala ganda campuran Richard Mainaky.

Ditemui secara
terpisah, Melati maupun Praveen mengaku lega. Hampir dua tahun berpasangan,
akhirnya mereka bisa meraih gelar. Dari dua turnamen bergengsi pula. ’’Aku
benar-benar senang banget. Biasanya runner-up terus, akhirnya tembus. Jadi lebih
plong, enjoy, dan makin percaya diri,’’ tutur Melati, lantas tersenyum.

Dia memamerkan
gingsulnya yang manis.

Kemenangan di Denmark
terasa spesial. Selain menjadi gelar perdana, itu pembuktian buat Pramel
(sebutan Praveen/Melati). Mereka bisa menaklukkan pasangan Tiongkok yang kini
masih mendominasi ganda campuran dunia. Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang
Yilyu/Huang Dongping pun dilewati. Dan itu bukan kebetulan. Sebab, Zheng/Huang
kembali mereka taklukkan di final French Open.

Baca Juga :  Kembali Positif Covid-19, Rossi : Virus Ini Sangat Rumit dan Serius

Sudah begitu, ada kabar
baik lagi pekan ini. Peringkat dunia mereka, untuk kali pertama, menembus lima
besar. Mereka dipastikan meraih tiket ke BWF World Tour Finals di Guangzhou
akhir tahun mendatang. Plus memperbesar peluang lolos kualifikasi Olimpiade
Tokyo 2020.

’’Kalau dibilang
selevel (dengan pasangan Tiongkok), dari segi prestasi, kami belum ada
apa-apanya,’’ kata Melati. ’’Maksudnya bikin bangga itu kami bisa kalahkan
mereka. Ternyata kami bisa. Sekarang gimana caranya buat terus konsisten
seperti itu,’’ tutur pemain yang berulang tahun ke-25 pada Sabtu lalu (26/10)
tersebut.

Sementara itu, banyak
yang menyangka bahwa dua gelar di tur Eropa lalu adalah ajang pembuktian
Praveen. Dia tampil sangat bagus setelah dirundung berbagai persoalan pribadi.
Menurut dia, itu tidak sepenuhnya benar.

’’Sebenarnya bukan
gara-gara itu lalu jadi tambah semangat. Cuma, dalam setiap pertandingan, saya
coba kasih yang terbaik,’’ ujar Ucok, sapaan akrabnya. ’’Kalau sudah ada di
lingkaran top 5 sampai 10, secara level sudah sama. Tak ada perbedaan yang
jauh. Tinggal siapa yang lebih siap secara mental,’’ lanjut pemain besutan PB
Djarum itu.

Baca Juga :  Edy Raya Jadi Bintang, All Star Palangka Raya Juarai Laga Trofeo

Setidaknya dua turnamen
itu mengubah banyak hal di antara mereka. Kini komunikasi Praveen/Melati lebih
solid. Secara pribadi, Melati mengakui sekarang bisa lebih terbuka dengan
partnernya. Selama ini, pemain berlesung pipit tersebut sering sungkan kepada
Praveen. Maklum, Praveen punya pengalaman lebih banyak.

Dengan teratasinya
kendala nonteknis, Praveen/Melati lebih percaya diri untuk pasang target lebih
tinggi dalam turnamen. Termasuk di Fuzhou Open pekan depan. ’’Jangan mau juara
super 750 saja dua kali. Menurutku, itu masih terlalu kecil. Buat ke depan
masih banyak turnamen besar. Puncaknya Olimpiade Tokyo 2020. Semoga bisa dapat
emas,’’ harap Praveen.

Richard, sebagai pelatih, mengapresiasi capaian
anak buahnya. Sudah lama dia ingin ganda campuran meraih gelar sepeninggal
Liliyana Natsir. Bukan hanya Praveen/Melati, Hafiz Faizal/Gloria E. Widjaja
juga harus juara. ’’Tantangan ke depan sudah menunggu. Jangan puas, jangan
kendur, tambah semangat dan percaya diri,’’ pesan Richard. (jpc/jpnn)

Ada yang berbeda dari
pembawaan Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti setelah menjuarai Denmark
Open dan French Open 2019. Tak hanya lebih ceria, aura yang ditunjukkan
pasangan itu juga lebih akrab dan positif. Praveen maupun Melati lebih sering
menebar senyum.

 

———————

DUA hari setelah
kepulangan mereka ke Indonesia, Kamis (31/10) para pemain menjalani sesi
latihan perdana di pelatnas Cipayung. Hanya ada Melati yang hadir dalam latihan
pagi itu. Praveen tidak terlihat batang hidungnya. Dia baru muncul setelah
latihan berakhir. Masih capek dan baru bangun, kata Praveen.

Tetapi, kali ini, hal
itu tidak dipermasalahkan pelatih kepala ganda campuran Richard Mainaky.

Ditemui secara
terpisah, Melati maupun Praveen mengaku lega. Hampir dua tahun berpasangan,
akhirnya mereka bisa meraih gelar. Dari dua turnamen bergengsi pula. ’’Aku
benar-benar senang banget. Biasanya runner-up terus, akhirnya tembus. Jadi lebih
plong, enjoy, dan makin percaya diri,’’ tutur Melati, lantas tersenyum.

Dia memamerkan
gingsulnya yang manis.

Kemenangan di Denmark
terasa spesial. Selain menjadi gelar perdana, itu pembuktian buat Pramel
(sebutan Praveen/Melati). Mereka bisa menaklukkan pasangan Tiongkok yang kini
masih mendominasi ganda campuran dunia. Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang
Yilyu/Huang Dongping pun dilewati. Dan itu bukan kebetulan. Sebab, Zheng/Huang
kembali mereka taklukkan di final French Open.

Baca Juga :  Kembali Positif Covid-19, Rossi : Virus Ini Sangat Rumit dan Serius

Sudah begitu, ada kabar
baik lagi pekan ini. Peringkat dunia mereka, untuk kali pertama, menembus lima
besar. Mereka dipastikan meraih tiket ke BWF World Tour Finals di Guangzhou
akhir tahun mendatang. Plus memperbesar peluang lolos kualifikasi Olimpiade
Tokyo 2020.

’’Kalau dibilang
selevel (dengan pasangan Tiongkok), dari segi prestasi, kami belum ada
apa-apanya,’’ kata Melati. ’’Maksudnya bikin bangga itu kami bisa kalahkan
mereka. Ternyata kami bisa. Sekarang gimana caranya buat terus konsisten
seperti itu,’’ tutur pemain yang berulang tahun ke-25 pada Sabtu lalu (26/10)
tersebut.

Sementara itu, banyak
yang menyangka bahwa dua gelar di tur Eropa lalu adalah ajang pembuktian
Praveen. Dia tampil sangat bagus setelah dirundung berbagai persoalan pribadi.
Menurut dia, itu tidak sepenuhnya benar.

’’Sebenarnya bukan
gara-gara itu lalu jadi tambah semangat. Cuma, dalam setiap pertandingan, saya
coba kasih yang terbaik,’’ ujar Ucok, sapaan akrabnya. ’’Kalau sudah ada di
lingkaran top 5 sampai 10, secara level sudah sama. Tak ada perbedaan yang
jauh. Tinggal siapa yang lebih siap secara mental,’’ lanjut pemain besutan PB
Djarum itu.

Baca Juga :  Edy Raya Jadi Bintang, All Star Palangka Raya Juarai Laga Trofeo

Setidaknya dua turnamen
itu mengubah banyak hal di antara mereka. Kini komunikasi Praveen/Melati lebih
solid. Secara pribadi, Melati mengakui sekarang bisa lebih terbuka dengan
partnernya. Selama ini, pemain berlesung pipit tersebut sering sungkan kepada
Praveen. Maklum, Praveen punya pengalaman lebih banyak.

Dengan teratasinya
kendala nonteknis, Praveen/Melati lebih percaya diri untuk pasang target lebih
tinggi dalam turnamen. Termasuk di Fuzhou Open pekan depan. ’’Jangan mau juara
super 750 saja dua kali. Menurutku, itu masih terlalu kecil. Buat ke depan
masih banyak turnamen besar. Puncaknya Olimpiade Tokyo 2020. Semoga bisa dapat
emas,’’ harap Praveen.

Richard, sebagai pelatih, mengapresiasi capaian
anak buahnya. Sudah lama dia ingin ganda campuran meraih gelar sepeninggal
Liliyana Natsir. Bukan hanya Praveen/Melati, Hafiz Faizal/Gloria E. Widjaja
juga harus juara. ’’Tantangan ke depan sudah menunggu. Jangan puas, jangan
kendur, tambah semangat dan percaya diri,’’ pesan Richard. (jpc/jpnn)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru